Oleh ANITA MARTHA HUTAGALUNG
HARI KE-27.
Pagi-pagi sudah disiapkan keluarga Delpiana Sitanggang ubi rebus, kopi dan teh manis. Semua pada kesenangan, karena sudah lama nggak makan ubi kayu. Mana ubinya pulen lagi. Tak lama datang lagi mi gomak telor. Bah… awak pikir cuma sarapan ubi aja . Kalau Oni tetap aja sarapan telur 3 butir.
Kali ini jalan kaki AJAK TUTUP TPL didampingi Pdt, Simarmata dari HKI dan 4 pemuda GMKI. Lalu kami melintasi kota Lubuk Linggau yang bersih. Banyak penjual makanan jajanan pasar. Aku jadi pengen jajan tapi nggak bawa duit. Dompetku dalam tas di mobil depan sana. Tapi di mobil belakang ada Ketua Jevri Manik. Aku minta duitnya. Jadi Oni bisa jajan. Aku pilih bubur sumsum, wajik, klepon dan lepat nagasari. Tapi makannya nanti, pas kita istirahat.
Lanjut perjalanan, kutengok terlalu jauh jarak antara Oni dengan teman lain. Biasanya Oni menunggu beberapa saat. Tadi aku menunggu di simpang dekat lampu merah. Seorang kakek kulihat duduk di dekat parkiran. Selain ramah, si kakek baik hati. Beliau menawarkan ingin membeli makanan.Dengan halus Oni tolak.
Setelah ito Togu tiba, Oni langsung masuk barisan dan berjalan kaki lagi. Tak lama ada bapak-bapak menyapa Oni dan memberi semangat. “Saya hanya bisa bantu untuk sekedar beli minum,” katanya sambil menyalamkam uang 100 ribu.
Lanjut lagi perjalanan, tiba-tiba ada anak gadis yang nyelonong memberi pisang pada Oni, katanya buat bekal di jalan. Namanya Sihol Butarbutar. Dan dia minta izin ikut berjalan kaki sampai dimana dia sanggup. Dia mengajar di SD.
Kami istirahat makan siang di rumah makan Pegagan. Saat istirahat dipergunakan ito Togu Simorangkir mengikuti pertemuan zoom dengan rekan-rekannya ahli konservasi dan ekowista dari Alumni Fakultas Biologi Universitas Nasional (IKA FABIONA). Karena cuaca panas, banyak di antara TIM 11 yang cari pepohonan buat neduh sambil istirahat. Oni juga.
Dan sekonyong-konyong muncul Leni Seprita yang kemarin menjamu kami makan malam, dan yang memijat Oni. Beliau membawa bantal pink buat Oni, trus BH dan CD juga, lalu ada lampet ombus-ombus. Ya, ampun, kok baik bangat, ya? Boru Siagian itu juga membawa 3 botol minyak kusuk titipan seseorang buat Ketua Jevri yang memang sedang tak enak badan.
“Kalau begitu sekalian kusukkanlah ketua kami itu,” kataku. Mengingat semalam aku dikusuk dan kurasa cocok. Awalnya ketua Jevri menolak, karena sungkan. Tapi aku memaksa, dan akhirnya Ketua mau dikusuk di bawah pohon.
TIM 11 sudah beberapa yang “tumbang”. Sudah pada minum obat. Rata-rata flu dan meriang. Untuk itu kami rembuk, sepakat untuk cari tempat istirahat lebih cepat. Dan kami memilih menginap di Mes Pemkab di Tebing Tinggi. Kamarnya bagus, fasilitasnya kayak hotel bintang 4. Sangat nyaman dan murah bangat, cuma 200 ribu. Kami ambil 5 kamar. Eh… dibayarin Mak Ifani Ifani dari Bali.
Malam, saat mau keluar nyari makan, di lobby sudah ada yang cari kita. Ikatan Keluarga Batak Dos Roha Tebing Tinggi. Ketuanya marga Manalu. Mereka memberi dukungan AJAK TUTUP TPL. Dan mereka menemani kita makan malam sekaligus membayari.
Selesai makan, kami segera pamit untuk istirahat. Begitu sampai mess semua masuk kamar dan tidur. Oni pun tertidur pulas, dan baru saja terbangun, akibat teringat belum “laporan” .
Terimakasih buat semua yang mensuport TIM 11. Doakan kami supaya sehat-sehat selalu, sehingga apa yang kita rencanakan dapat terlaksana. Apapun ceritanya, TUTUP TPL! Oni emang kek gitu orangnya. *