Sebarkan Kasih, Yusuf Susilo Hartono Pameran Lagi bareng Budhi Brassco

Jusuf Susilo Hartono

“Selain untuk apresiasi, pameran ini bertujuan mengajak kita kembali merenungkan tentang kasih sebagai kata kerja, di tengah kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi,” ujar Yusuf Susilo Hartono dalam perbincangan dengan Seide.id semalam. “Segala macam krisis dimulai dari hilangnya kasih, ” katanya.

Seide.id. – Begitu lengkap perjalanan yang dilalui oleh Yusuf Susilo Hartono. Dibesarkan oleh keluarga santri Muhamadiyah, menjadi guru di sekolah, berlanjut ke jurnalistik di ibukota lalu menjadi sketcher, pelukis pameran sambil aktif juga di sastra Jawa dan Indonesia. Senirupa nampaknya paling menguras perhatiannya.

Kini, bersama penekun kriya logam Budhi Brassco, Yusuf SH akan menggelar pameran seni rupa bertajuk “Kasih”.

Menurut rencana pameran dua seniman itu akan diresmikan oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, di Hotel Neo+ Kebayoran Jakarta Selatan, Kamis sampai Minggu, 16-18 Januari 2025.

“Selain untuk apresiasi, pameran ini bertujuan mengajak kita kembali merenungkan tentang kasih sebagai kata kerja, di tengah kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi,” ujar Yusuf Susilo Hartono dalam perbincangan dengan Seide.id semalam. “Segala macam krisis dimulai dari hilangnya kasih, ” katanya.

Untuk pameran kali ini dia menyertakan 38 lukisan dengan 23 judul – Selain media tinta, pensil, juga akrilik dan tinta cina. Selain media campuran.

Sedangkan Budhi Brassco, seniman asal Cirebon, menampilkan karya-karya kriya logam kuningan, seperti relief, yang menghubungkan tema kasih dengan binatang dan lingkungan hidup sebagai simbol (ikan, burung merak, macan, naga), kebudayaan (Borobudur, batik, dan kereta api).

“Seni seringkali menjadi saranan untuk mencari atau menciptakan makna dalam kehidupan. Dalam menghadapi ketidakpastian, seni membantu manusia menemukan cara untuk memahami dunia di sekitar mereka,” kata Anna Sungkar dalam catatan kuratorial pameran.

Yusuf Susilo Hartono pernah kuliah di FKIP-IKIP dan sempat mengajar di kelas.. Dikenal dikenal sebagai perupa, wartawan budaya senior dan penyair, mulai berkarya sejak 1980 melalui jalur sanggar. Sampai sekarang mantan Pemred Majalah Seni Rupa Visual Art, yang kini mengelola Majalah Galeri, pernah beberapa kali pameran tunggal antara lain di Balai Budaya (1990), Taman Ismail Marzuki (2010), Pusat Kebudayaan Jepang-Indonesia (2012), Galeri Nasional Indonesia (2014), dan Pameran Sketsa Keliling 3 kota, Jakarta, Bojonegoro, Surabaya (2013).

Pameran bersamanya yang pernah diikuti antara lain bersama Daoed Joesoef, Ruliati, dan kawan-kawan (1993), ‘Manifesto’ (2010), ‘Bayang’ (2011), ‘Sketsaforia’ (2019).

Tahun 2000 menjadi Finalis Philip Morris Indonesia Art Awards, dan tahun 2001 finalis Indofood Art Award. Di antara buku-bukunya tentang seni rupa, sastra dan jurnalistik, berjudul ‘Menangkap Momen dan Memaknai Essensi (Moment and Essence)’, merupakan kumpulan 300 sketsa pilihan tahun 1982- 2013, terbit tahun 2013. Seri sketsanya juga bisa dinikmati di channel YouTube ‘Galeri YSH’.

Budayawan dari Madura, KH.D. Zawawi Imron, juga dikenal sebagai sastrawan, penyair dan pelukis, mengikuti sepak terjang Yusuf SH sejak 1980-an.

Ia mengatakan, “Yang saya hargai pada YSH ialah kesetiaannya berkarya di bidang sketsa selama 40 tahun. Ke mana saja ia pergi selalu membawa peralatan bikin sketsa. Belakangan ia melakukan eksperimen selingkar bentuk sehingga pada karya-karyanya terakhir ia menemukan sejenis deformasi yang unik dan estetik.”

Pengamat seni rupa Agus Dermawan T menambahkan, sebagai seniman multi minat dan multi bisa, YSH antusias merekam masa lalu, dan bersemangat mengangkat peristiwa masa kini yang berkonteks, misalnya kali ini wabah korona.

Karya-karya YSH, tambah koreografer Rusdi Rukmarata dari EKI Dance Company, menunjukkan keterikatan perasaannya yang sangat kuat dengan obyek yang akhirnya menjadi goresan-goresan indah tetapi dramatis.

“Goresan-goresan YSH dipantik oleh rasa,” tutur penari, aktris film dan Dosen IKJ Nungki Kusumastuti, yang mengenalnya sejak 1980-an. Goresan rasa tadi, juga dirasakan oleh salah satu tokoh balet Indonesia Maya Tamara LRAD-ARAD, dari Namarina Dance Academy. – dms

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.