Seide.id – Selama ratusan tahun, pertigaan ini menjadi urat nadi lalu lintas di Jawa Tengah. Jalur ini sangat sibuk. Kalau Anda dari Semarang hendak menuju Solo, saat bertemu pertigaan Bawen Anda harus ambil kiri. Bila mau ke Yogyakarta, pilih lajur sebelah kanan.
Riwayat Bawen sangat panjang. Jalan Solo menuju Bawen lalu ke Semarang ini dibuka oleh Sultan Agung Hadi Prabu Hanyakrakusuma, Sultan Solo (memerintah tahun 1613–1645), sebagai jalur untuk mengirim pasukan dan logistik ketika Sultan Agung menyerang dan akhirnya menguasai kota-kota di pesisir utara Jawa. Lasem direbut pada 1616, Rembang 1617, dan akhirnya Tuban –kota besar- bisa direbut pada 1619.
Jalur Bawen-Semarang juga digunakan Sultan Agung untuk mengirim tentara menuju Batavia, ketika sultan yang bernama asli Raden Mas Jatmika ini berperang melawan Belanda.
Saat itu jalur Bawen menuju Yogya belum ada. Jalur ini dibangun dan mulai dihidupkan sekitar satu abad kemudian. Ini akibat Perjanjian Gianti, 13 Februari 1755, ketika Kerajaan Mataram pecah menjadi dua kerajaan, Solo dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Yogyakarta dengan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Jalur vital Bawen pernah dipakai untuk mengirim hasil perkebunan seperti kopi, te, h dan karet menuju Semarang ketika Belanda semakin berkuasa di Jawa Tengah. Belanda membangun beberapa kantor perkebunan di sekitar Bawen, juga mendirikan sekolah guru pertama di sana.
“Semasa revolusi fisik, Bawen menjadi pusat pertahanan bagi Laskar Hizbullah dan TKR (Tentara Kemanan Rakyat) ketika akan menyerang Sekutu di Ambarawa,” tutur sejarawan muda Beny Rusmawan.
Bawen riwayatmu kini
Saat ini jalur tol Semarang menuju Solo telah tersedia secara khusus. Sebentar lagi tol ini juga akan terhubung juga menuju Yogyakarta. Beban lalu lintas di pertigaan Bawen jadi berkurang drastis.
Pertigaan Bawen penuh kenangan, panjang riwayatnya. (gun)