Setiap lima tahun sekali gambar-gambar calon wakil rakyat muncul mengemis suara rakyat. Sesudah itu senyap. Saatnya rakyat memilih berdasar rekam jejak. Prestasi, bukan janji ( Foto AI-Bing/Seide.id)
Akhir bulan Desember 2023 dan awal bulan 2024, merupakan kondisi yang cukup membuat galau. Hampir setiap saat, lewat manapun, kita dikepuang oleh mahluk-mahluk berseragam, menamakan dirinya calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, pusat atau daerah, yang merengek, mengemis minta dipilih kembali menjadi anggota DPR/ DPRD.
Gambar-gambar mereka muncul di jalan raya higga jWC umum. Poster dan spanduk “ pilihlah aku, cobloslah partaiku”, terasa jomplang ( tidak imbang) saat mereka kembali masuk gedung dewan yang terhormat. Mereka tak lagi ingat siapa yang memilih mereka dan untuk apa mereka menjadi anggota dewan yang mewakili rakyat,
Tidak Ada Untuk Rakyat
Mereka sudah lupa tentang suara siapa yang membuat mereka terpilih. Mereka mulai sibuk dengan tugas-tugas kepartaian. Mereka harus pintar-pintarnya membagi gaji bulanan sebesar Rp 139,320,000 untuk dirinya dan untuk partai. Tak ada untuk rakyat. Jika ada itu recehan. Sekedan makan sehari dua hari atau transport pulang kampung.
Jikapun perlu dilakukan “membantu” rakyat, mereka mencari dana lewat perusahaan-perusahaan atau CSR ( Corporate Social Responsibility) lalu membagi dana itu sebagai ( seakan) dari diri sang anggota dewan.
Dari 575 anggota DPR-RI yang bermarkas di Gedung DPR Senayan, hanya beberapa gelintir saja selama 5 tahun menjabat, berbicara atas nama rakyat, untuk rakyat dan mencari solusi untuk persoalan-persoalan masyarakat seperti pengangguran, kemiskinan, masalah sosial maupum hukum yang menimpa mereka.
Tak lebih dari 5% yang pernah berbicara di depan televisis, radio dan khalayak, berbicara dengan bersemangat dan menggebu-gebu untuk kepentingan rakyat. Berbeda jika mereka memperjuangkan partainya saat berdebat atau capresnya. Tidak untuk rakyat.
Suara mereka sangat riuh saat untuk dipilih. Begitu sudah terpilih, mereka lupa kewajiban mereka. Padahal, mereka paham sejak dilantik hak dan kewajiban mereka. Haknya selalu didahulukan, namun tidak kewajiban mereka, seperti mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan serta memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Semakin mendekati Februari, suara mereka yang ingin terpilih semakin kencang dan memekakkan. Mungkin mereka akan memulai dengan berbagai upaya agar mereka terpilih. Termasuk memberi upeti atau hadiah sekali 5 tahun untuk sarapan bubur kcang hijau atau beras dua piring, agar mereka terpilih.
Pilih Prestasi dan Rekam jejak
Itu sebabnya suara-suara rakyat yang tak terwakili, mesti mengambil peran dengan memilih para wakil rakyat yang benar-benar bisa diandalkan untuk memperjuangkan suara rakyat. Jika perlu, setiap anggota dewan membuat perjanjian dengan rakyat. Tempelkan perjanjian itu di depan kantor partai mereka.
Sanksinya jelas: jika ingkar, dia dan partainya tak usah dipilih kembali. Buang saja gambarnya ke selokan atau wajah mereka dibiarkan membusuk dengan sendirinya.
Saatnya, masyarakat mulai menutup mata dan telinga tanpa perlu mendengarkan janji-janji wakil rakyat atau calon presiden rakyat Indonesia, saat kampanye. Dari dulu tidak ada sejarah janji politik ditepati.
Pilih saja berdasar track record ( rekam jejak) mereka selama ini. Pilih berdasar prestasi mereka, selama menjabat. Itulah karakter mereka.
Jika pemimpin yang pernah menjabat kerjanya bagus seperti Mahmud MD dan Gibran, layak dipilih. Jika meeka menjadi pemimpin negara, kerja mereka akan bagus. Pemimpin yang sudah ketahuan tak becus kerja dan selalu memanfaatkan rakyat dengan janji-janji kosong. Membangun pemerintahan ( DKI) yang bersih, modern, transparan, akuntable, adalah janji omong kosong semua. Yang terjadi justru kebalikan: pemerintahan yang porak poranda dan berbau korup/
Tutup mata dan telinga akan janji-janji capres-cawapres. Jangan pernah menerima apapun dari mereka yang hanya akan menyengsarakan rakyat. Sekarang saatnya memilih berdasar; kecakapan memimpin dan prestasi selama ini.
Rekam jejak bagus akan menghasilkan pemimpin bagus pula. Setidaknya terbaik dari yang ada. Apa boleh buat. Rayakan Setiap Pencapaian
Lebih dari 50% Milenial dan Gen Z Memilih Capres Pro Kripto