Masuknya investasi China dibuka oleh Presiden SBY pada 2014, dan terus meningkat selama masa pemerintahannya. Namun Presiden Jokowi lah yang menerima tudingan sebagai Presiden pro China. foto : Rumgapres/abror rizki
Oleh DIMAS SUPRIYANTO
KURANGNYA literasi di masyarakat kita membuat mereka mudah dimanipulasi dan dibodohi. Diperdaya. Pendakwah kadrun, para politisi oportunis sangat menikmati itu dan melanggengkannya.
Isu masuknya TKA China, misalnya, cenderung dibesar besarkan, seolah olah China akan menjajah Indonesia. Total TKA yang ada di Indonesia, 92 ribu – hanya sebagiannya saja dari China. Sedangkan orang Indonesia yang menjadi TKI di luar negeri ada 3,2 juta.
Masuknya investasi China dibuka oleh Presiden SBY pada 2014, dan terus meningkat selama masa pemerintahannya. Namun Presiden Jokowi lah yang menerima tudingan sebagai Presiden pro China.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah penggunaan tenaga kerja asing (TKA) terus mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Hingga Mei 2021, tercatat ada 92.058 TKA. Pada 2019 terdapat 95.168 TKA yang bekerja di Indonesia dan turun menjadi 93.374 pada 2020.
“Jika dilihat dari perbandingan data jumlah TKA yang masuk per Mei tahun 2021 itu turun dibandingkan 2019 dan 2020,” kata Ida dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (24/5/2021).
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan 3,2 juta TKI yang berkerja di luar negeri. Ada 1,7 juta TKI di negara negara ASEAN, 561 ribu TKI di negara Asia di luar ASEAN, 928 ribu di Timur Tengah, 833 ribu di Arab Saudi. Sisanya di Eropa, Amerika, Australia dan Negara lain.
Dari sumber yang sama, devisa yang didapat dari pekerja dan TKI di luar negeri US$ 11,43 miliar – setara Rp.160 triliun – di tahun 2019, tapi kini turun drastis dari menjadi US$ 9,4 miliar (setara Rp. 135 triliun) pada tahun 2020, terdampak pandemi.
Kampanye politisi lokal dan nasional mengusir TKA China tak memikirkan dampak, seandainya ada aksi pembalasan. Bagaimana bila 3,2 juta ribu TKI diminta balik?
MENTERI Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan, hingga 18 Mei 2021 mayoritas TKA yang masuk ke Indonesia memang berasal dari China, yakni 8.700 orang. Kemudian, Korea Selatan sebanyak 1.600 dan Jepang 1.400 orang. Selain ketiga negara tersebut, asal negara TKA meliputi Filipina, Malaysia, Inggris, AS, Australia, Thailand, dan sebagainya.
“Kenapa jumlah TKA China lebih besar? Ini tentu saja karena banyak investasi yang masuk ke Indonesia yang berasal dari China. Ini saya kira berbanding lurus dengan investasi yang masuk dari China, kalau dilihat investasi yang masuk ke Indonesia banyak dari China, berbanding lurus dengan TKA yang ditempatkan di Indonesia,” ujarnya.
Ia mengklaim jumlah TKA yang masuk ke Indonesia pada Mei 2021 lebih rendah dibandingkan dengan Mei 2019 dan 2020. Detailnya, jumlah TKA pada Mei 2019 sebanyak 95.168 orang, lalu berkurang di Mei 2020 sebanyak 93.374 orang, dan Mei 2021 totalnya kembali turun menjadi 92.058 orang.
Selain itu, jumlah perusahaan pengguna TKA juga berkurang, Tercatat, pada Mei 2019 perusahaan yang menggunakan jasa TKA mencapai 19.500, lalu turun menjadi 18.700 di Mei 2020 dan 16.795 perusahaan pada Mei tahun ini.
“Jadi, kalau dilihat dari jumlah perusahaan yang menggunakan TKA lebih sedikit dibandingkan dengan Mei 2019 dan Mei 2020,” ujarnya.
Data Kementerian Investasi mengungkapkan investasi dari China mencapai US$1 miliar (Rp.142 triliun) per kuartal I 2021. Modal dari Negeri Tirai bambu tersebut berada pada urutan terbesar kedua setelah Singapura yang mencapai US$2,6 miliar (Rp.37,4 triliun).
Secara total, realisasi investasi yang masuk ke Indonesia sebesar Rp219,7 triliun pada kuartal I 2021. Jumlahnya sekitar 25,66 persen dari target investasi tahun ini sebesar Rp856 triliun. ***