Foto : Pexels/Pixabay
Beberapa saat lalu, kuterima kiriman foto sahabat tentang kunjungannya ke kampung nelayan. Sebagian keluarganya adalah nelayan. Mereka sahabat gelombang dan putra-putri samudera. Laut adalah Ibu kehidupan. Nenek moyangnya orang pelaut.
Selain lagu ‘nenek moyangku orang pelaut’, mungkin definisi kehidupan adalah samudera, setiap pribadi adalah biduk – perahu layar di lautan, dirumuskan semangatnya dari sana. Saya kagum dan coba merenungkan semangat hidup para pelaut, dimana diri kita diibaratkan sebagai biduk. Lalu kutuliskan sajak:
Biduk dan Samudera
Di pantai ini
Aku berlabuh dan belajar
Aku rehat dan hening
Bidukku sahaja
di bibir samudera
Berguru pada pasir
membendung daratan
seribu bukit gunung lembah
dan
sejuta ombak gelombang peluang
Biduk kulabuhkan
agar bisa saksikan samudera
Telapak pijakku diasah
kelelahan raga dibalur
Sepoi antarkan pikiran segar
Jiwa nurani senyum syukur
Di pantai ini
kupanen kasih sayang
bersama orang tersayang
Untuk raih puncak gunung
dan memetik sinar bintang
Untuk menyelam dasar laut
memanen butir mutiara
Biduk ini terus kurawat
agar selalu bisa melaut
berlayar jelajah samudera
Biduk harapan
Samudera kehidupan
Aku pelaut
Nenek moyangku orang pelaut
Simply da Flores Harmony Institute