Senjata Peninggalan Amerika di Afganistan Kini Dijual Bebas Disana

Seide.id- Kepergian Amerika dari  Afganistan awal September lalu meninggalkan banyak sekali peralatan perang.

Mulai dari jip tempur, truk, pesawat serang ringan A-29, helikopter dan banyak lagi. Sebagian sempat dirusak sebelum ditinggalkan, sementara sebagian besar lagi teronggok dalam keadaan utuh.

Lebih diminati

Selain peralatan perang tadi masih ada ratusan ribu senjata, amunisi dan suku cadangnya yang masih tertinggal. Granat, pistol, senjata ringan, senapan serbu, sepatu tempur, teropong, juga teropong malam berinfra merah, helm, radio komunikasi dan banyak lagi.

Senjata-senjata ini sekarang banyak digunakan oleh pasukan Taliban yang kini berkuasa, sebagian -besar- lagi sekarang beredar di pasar gelap. Senjata-senjata mematikan ini berpindah tangan dengan cepat.

Senjata Amerika lebih disukai pembeli dari pada produksi Rusia. Ini karena pengoperasiannya lebih mudah, banyak penduduk yang sudah paham, kuat dan punya nilai jual lagi yang cukup tinggi.

Peminatnya adalah para pengusaha dan orang-orang kaya Afganistan.

Bagi para pedagang, membeli senjata Amerika di pasar gelap jelas lebih menguntungkan. Setelah melayani pembeli dari Afganistan, senjata ini kemudian diselundupkan masuk ke Pakistan, negara tetangga di sebelah timur. Disana peminatnya juga banyak. Senjata Amerika laku keras.

Helikopter Black Hawk hanya dirusak kaca instrumennya, masih bisa diperbaiki dan diterbangkan Taliban.

Uang pajak rakyat Amerika

Semua peralatan ini semula disediakan untuk melengkapi pasukan AB Afganistan, sebelum Taliban berkuasa. Selama dua dekade Amerika berada di Afganistan telah mensuplai peralatan militer senilai 83 milyar dolllar atau sekitar 1.187 trilyun rupiah.

Semua dana ini tentu berasal dari para pembayar pajak di Amerika. Ini yang membuat rakyat Amerika meradang, apalagi kini menyaksikan ribuan senjata ini ditinggalkan begitu saja.

Meski menteri pertahanan AS, Lloyd J. Austin, telah memberi kesaksian di depan Konggres bahwa alutista tersebut telah dirusak sebelum ditinggalkan, namun pada kenyataanya banyak yang masih berfungsi dengan baik dan kini beredar kencang di pasar gelap.

Bilal Karimi, juru bicara Taliban, membantah bahwa pasukan Taliban terlibat aksi jual beli senjata peninggalan Amerika di pasar gelap, “saya tidak sependapat dengan kabar itu, pasukan kami tak mungkin seceroboh itu. Tak sebutir peluru pun bisa dijual oleh tentara kami” katanya.

Saat Taliban mendekati ibukota Kabul awal Agustus lalu, banyak  pejabat tinggi Afganistan kabur keluar negeri, termasuk presiden Ashraf Ghani dan para pejabat militernya.

Melihat fenomena ini banyak tentara Afganistan kecewa. Mereka merasa ditinggalkan dan tak diurus lagi. Akibatnya, gaji dan tunjangan tak terbayar.

Dalam kondisi memprihatinkan ini para tentara mulai menjual senjata dan amunisi pemberian Paman Sam di pasar gelap.

Suku cadang senjata banyak yang masih baru dan utuh.

Pistol Berreta M-9 dihargai 1.200 dollar, 17 juta rupiah, harga ini jauh lebih tinggi dari pada gaji seorang tentara berpangkat rendahan.

Senapan serbu M-4 dibandrol 4.000 dollar, 57,2 juta rupiah, apalagi bila dilengkapi dengan penjejak sasaran dengan sinar laser, senjata ini lebih diminati konsumen.

Para tentara Afganistan ini cerdik juga. Ketika Taliban mulai berkuasa, mereka buru-buru menjual semua senjata ke pasar gelap terlebih dahulu, setelah itu berunding untuk menyerah kepada pasukan Taliban. (gun/NY Times) – Foto-foto NY Times.

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.