Masih soal sepak bola. Saya pasang peta benua Eropa dengan banyak titik merah yang menunjukkan itu posisi lapangan sepak bola, saya percaya.
Pengalaman pribadi dulu di Belanda, dimana-mana selalu saya lihat lapangan sepak bola. Klub banyak sekali.
Dari tingkat Kelurahan, Kecamatan hingga Kota. Dan mereka saling adu kompetisi. Sudah ada yang atur. KNVB (PSSI-nya Belanda) yang menata. Dari yang kelas gurem sampai nasional. Yang amatir atau yang pro. Pria dan wanita. Lengkap.
Kompetisi sudah dijalankan untuk dibawah -10 tahun, U-15 dan seterusnya sampai kelas orang tua pun ada.
Setiap kota, di seluruh negeri!
Dulu saya bergabung di klub FC. NIVO di kota Den Haag untuk anak anak SMP. Kami anak-anak Indonesia yang sekolah di Sekolah Indonesia Nederland biasanya gabung disitu. Seru.
Setiap hari Sabtu dan Minggu itu hari kompetisi. Dan berlangsung sengit dan keras, dalam arti persaingannya.
Kami bertanding antar klub se kota Den Haag, dari jam 08 pagi sampai jam 16.00. Lama pertandingannya 2 kali 30 menit. Anggota klub setiap kelas lumayan banyak, jadi main bisa gantian.
Sabtu dan Minggu full bertanding, capek luar biasa! Dan persaingan begitu keras. Bukan antar klub saja, tapi juga antar pemain dalam satu klub!
Senin, klub libur. Hari Selasa sore latihan fisik. Jam 14 datang lalu lari, lari dan lari. Adu cepat, lari bumerang, keliling lapangan dan banyak lagi, pokoknya semua yang berbau olah fisik.
Rabu libur.
Kamis kita dilatih skill individu, dribling, umpan dan membahas taktik. Termasuk latihan tendangan penjuru, tendangan penalti dan tendangan bebas. Melatih melempar bola setelah out juga ada. Posisi kaki dan lemparan tangan harus benar. Jangan sampai salah, memalukan.
Jumat libur. Sabtu kompetisi lagi. Begitu seterusnya. Ada kalanya kompetisi libur. Biasanya setelah bagi piala dan medali.
Klub tempat saya gabung itu klub amatir. Belum profesional. Artinya, kami masih ditarik iuran bulanan. Tapi aturan sudah keras. Yang ketahuan merokok dipecat.
Ada buletin klub tiap minggu, jadi kita tahu posisi klub dimana dalam tabel klasemen sementara.
Kalau yang masuk profesional, sudah enak karena dapat gaji mingguan, belum uang sponsor.
Di Eropa kalau anak Anda jago main bola, itu sudah jadi deposito berjangka bagi keluarga. Karena yang profesional sudah punya penghasilan, makin jago makin tinggi gajinya. Asuransinya juga besar.
Jadi, bagaimana tidak hebat sepak bola mereka? Dari kelas TK aja ada komletisinya. Maka, kelak, bila butuh 22 pemain nasional tidak sulit untuk memilihnya. Tinggal comot saja.
Itu sebab kalau ada orang bilang, “penduduk kita 270 juta, masak memilih 11 pemain saja tidak bisa? Buat tanding kelas Asean?” Saya suka ketawa.
Jalankan dulu kompetisinya secara sehat dan fair sejak masih balita, di seluruh negeri, maka, jangankan memilih 11 orang pemain hebat, 1.000 pemain pun bisa!
Masalah yang kita hadapi:
Semua pemangku bola Nasional suah tahu apa yang harus dilakukan. Road Map Nasional pasti ada. Masalahnya ya tadi tinggal jalankan ketegasan aturan.
Ditambah lagi biasanya tatanan ini dirusak oleh para politisi. Penggila bola di kita jutaan, itu lumbung suara menggiurkan! Maka selalu ada tangan-kaki-kepala Partai nongol disana!
Oh ya, itu pengalaman jadi pemain amatir di tahun 1979 – 1982. Posisi saya links buiten, kiri luar.