Di sebuah kota di Indonesia – anda bisa menyebut kota mana saja- terjadi perdebatan seru yang tiada henti. Antara yang pro babi dan pro kurma. Entah mengapa dua makanan ini dijadikan korban perdebatan sia-sia. Bisa jadi ini gegara ada rumah makan Padang yang menu rendangnya memakai daging babi. Seseorang iseng membuat status, dan gegerlah penduduk negeri yang tak pernah berhenti berbicara tentang agama ini
Sampai-sampai, pemilik rumah makan di Jakarta Utara yang mayoritas Tionghoa itu ditangkap polisi. Padahal, rumah makan Padang itu sudah lama tidak ada. Sepertinya, orang lebih percaya sebuah status di medsos dibanding mencoba tahu rumah makan padang itu.
Manusia Simbol
Kasus ini semakin ramai, ketika ada orang bermain tik tok dan iseng bertanya: Jika makan babi pakai kurma, apakah halal ? Ramailah orang-orang yang menganggap babi dan kurma, mewakili simbok agama masing-masing. Selama berhari-hari, mereka berdebat soal babi dan kurma dan lupa kewajiban manusia yang lebih penting dibanding itu: saling menghargai, saling menghormati dan bekerja giat setiap saat.
Sebuah gambar atau bentuk, diklaim menjadi simbol khas sebuah agama kerena ia lahir dari sebuah kepercayaan. Dari berbagai ritual dan tanda yang turun -temurun, tanda dan simbol berubah menjadi kultur sistem dan struktur simbol yang membentuk manusia menjadi homo simbolicus dalam tipe atau pola relegiusnya.
Symballo ( Yunani) berarti melempar atau meletakkan secara bersama-sama dalam satu ide atau objek tertentu. Simbol jika dikaitkan dengan agama, bukan sebuah nilai dari agama itu sendiri. Namun, simbol sepertinya diperlukan manusia untuk kepentingan penghayatan akan nilai yang diwakili. Satu pihak nyinyir bahwa agama tertentu menyembah batu, sementara yang menuduh juga menyembah batu. Buruknya orang agama itu selalu menganggap agama sendiri paling sempurna. Sebaliknya, Tuhan menciptakan banyak agama untuk kesempurnaan. Akh, tapi manusia tak sampai sejauh itu mau berpikir.
Tasbih Simbol Apa
Simbol sekedar sasaran penghayatan. Itu sebabnya orang Katolik berdoa di depan salib, orang Islam menuju batu Ka’bah, Budha di depan patung, Hindu dengan kuilnya dan Penganut Kepercayaan lama bisa duduk berlama di depan pohon. Semua sedang bersemadi dan mengarahkan pada roh masing-masing. Tak cukup dengan satu dua simbol. orang kemudian mengkaliam tanda atau gambar yang lebih luas lagi karena kreativitas keisengan manusia.
Simbol kemudian menjadi identik dengan agama tertentu. Salib itu kekristenan. Bulan setengah bentuk itu keislaman. Dari tanda atau bentuk, kemudian berkembang menjadi apa saja yang melekat dalam agama tersebut. Ini yang lucu, sekaligus kacau:
Babi ( karena haram) dimasukkan kelompok kristen dan kurma ( karena dari Arab) diklaim bagian dari Islam. Begitu juga dengan pakaian, topi, sepatu bahkan sampai barang apa saja yang sering dipegang masing-masing agama. Klaim tanda, barang seperti ini yang dijadikan klaim simbol menjadi kacau karena keisengan orang-orang beragama.
Kenyataan, daging babi tidak hanya dimakan orang kristen saja. Sama dengan kurma tidak disantap oleh Islam saja. Bahwa kemudian dua makanan ini dijadikan semacam hak kepemilikan atau simbol, lantara orang-orang hanya mampu berpikir terbatas. Ada kecenderungan orang yang berpengalaman di satu agama, lebih kolot dan egois dari mereka yang mengenal satu agama.
Inti perbedaan dan persamaan tidak dijadikan kekayaan, namun justru pertentangan. Soal kalung berisi manik-manik atau tasbeh ( Kalung manik-manik) misalnya. Siapa yang berani mengklaim itu miliki agama tertentu jika setiap orang beragama memegangnya dengan erat.
Tasbih Dan Doa Khusus
Di Agama Katolik, manik-manik doa atau tasbih yang disebut rosaario digunakan untuk meditasi dan doa. Rosario ini terdiri dari 59 manik-manik yang saling tersambung meyerupai kalung. Ada doa tertentu yang dipanjatkan setiap kali memegang biji manik-manik. Pada rosario, 53 biji manik dimaksudkan untuk memanjatkan doa Salam Maria. enam biji lainnya untuk doa Bapa Kami.
Islam juga memanfaatkan doa setelah sholat tasbih sembari mengucapkan “ Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar”. Selengkapnya bisa dilihat di google.
Termasuk Budha yang sebenarnya tidak memiliki doa utama, melainkan dialog spiritual. Pun begitu ada mantra yang bisa anda baca: “ Om mani padme hum ( BACA: ohm man-ee pad-mae hoo). Om Amideva Hrih. Om A Ra Pa Ca Dhin ( Aku bersujud kepada permata dalam teratai. Untuk mengatasi segala halangan dan rintangan. Bisa dilanjutkan dengan “ Aku berlindung kepada Buddha Dharma dan Sangha hingga aku mencapai pencerahan, demi kebaikan hati dan kebaikan semua mahluk”.
Tetapi semua agama bahkan kepercayaan kuno seperti yang dilakukan orang Efesus dalam memuja Dewi Diana ( Artemus), juga memakai tasbeh ini. Kabarnya dari sini diadopsi di India, Roma, Arab dan banyak lagi. Jangan dilupakan sejarah Budha lama yang juga memakai tasbih atau kalung manik-manik ini.
Simbol remeh Temeh
Maka sesungguhnya debat soal babi, kurma atau simbol-simbol agama tertentu- termasuk Borobudur- yang saat ini sedang hit, adalah bentuk pelarian dari ketidakmampuan manusia dalam berbuat kebaikan. Mereka lebih suka melakukan hal-hal remeh temeh seperti simbol agama dibanding inti ajaran agama itu sendiri: kebaikan dan cinta kasih sesama manusia.
Orang begitu hormat pada simbol agama, sampai-sampai mereka lupa, bahwa selama ini orang-orang tertentu telah berani menghina sesama manusia, terlebih kepala negara mereka dengan menghinanya. Ini simbol negara yang telah disepakati untuk dihormati dan bukan dipuja seperti di berbagai negara lain.
Orang Pintar Bisa Menjadu Dungu
Saking senangnya berdebat soal simbol agama, orang-orang pintarpun tidak bisa membedakan penghormatan antara simbol agama dan simbol negara. Pemilik restauran Padang dianggap menghina agama karena membuat rendang yang biasanya dari daging sapi, menjadi daging babi, sehingga ditangkap polisi. Sebuah penangkapan yang sia-sia dan tak berguna. Padahal dari kreataivitas manusia, rendang terbuat di luar daging sapi memiliki nilai tambah ekonomi dan manfaat bagi lebih banyak orang.
Karena terbiasa menghina melalui simbol dan makanan, orang tak bisa membedakan penghinaan itu sendiri.
Orang yang pernah berada di pucuk jabatan tinggi seperti Rizal Ramli atau Said Didu juga tak bisa membedakan soal penghinaan. Lihatlah status mereka yang tiap saat menghina Presiden, keluarga, dan bahkan simbol-simbol negara. Mereka dibiarkan menghina setiap hari, karena polisi segan menangkapnya. Presiden, Jokowidodo, istana negara, Bendara, Pancasila itu simbol negara. Jika dihina, tentunya aparat lebih tegas dibanding persoalan rendang babi.
Orang seperti Roy Suryo yang membuat status merendahkan presiden dengan mengunggah Patung Borobudur dengan wajah Presiden, harusnya ditangkap lebih dari polisi menangkan pencuri panci, atau daging babi, sebab ini sudah menyangkut kebanggaan dan kebesaran sebuah negara.
Jika dibiarkan, kegaduhan soal agama yang sia-sia, menjadi kebiasaan yang memprihatinkan. Termasuk menghina simbol negara Indonesia yang dibanggakan.
Bedanya Orang Kaya dan Orang Tidak Kaya