Foto : Wikipedia
Seide.id – Proses Islamisasi di Indonesia mengalami dinamikanya di setiap daerah. Di Jawa cenderung lebih lambat dibandingkan dengan daerah lainnya, misal di Aceh yang relatif cepat.
Faktor utamanya adalah agama dan keyakinan masyarakat Jawa sebelumnya yang cenderung kuat dan dominan.
Lambatnya proses Islamisasi di Jawa, berdampak juga pada lambatnya perkembangan ilmu sastra Jawa yang mendapat pengaruh dari Aceh.
Sastra Islam dari Aceh yang merupakan Sastra Melayu, mempengaruhi lahirnya sastra Jawa yang dikenal dengan istilah Kepustakaan Islam Jawa.
Kepustakaan Islam Jawa ini merupakan pertemuan antara tradisi Jawa dan ajaran Islam seperti serat, suluk dan wirid.
Pakar Sastra Jawa, Prof. Dr. Simuh menyebutnya Kepustakaan Islam Kejawen. Yang mana Sastra Islam Kejawen dominan dengan ajaran Islam berupa tasawuf atau kearifan sufistik.
Sedangkan dalam Sastra Jawa Pesantren lebih mengedepankan syariat sebagai inti ajaran yang dihargai.
Kebangkitan Sastra Islam Kejawen
Berkembangnya Sastra Islam Kejawen tidak lepas dari peran Sultan Agung Hanyokrokusumo selaku penguasa Mataram kala itu.
Sejarawan Ricklefs menyebut Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah seorang pemimpin Muslim yang saleh. Karena ia menempatkan kraton sebagai pusat penyebaran Islam atau leading agents of Islamisation.
Selain sebagai raja, Sultan Agung Hanyokrokusumo juga dikenal sebagai pujangga yang cukup produktif. Karya-karyanya seperti Sastra Gendhing, Kitab Nitipraja, dan Serat Pangracutan.
Jelaslah, bahwa peran dan dukungan dari penguasa sangat mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan kebudayaan di daerah tersebut.
Tonson Mosque, Masjid Tertua di Negara Gajah Putih yang Berdiri Sejak Abad 10
Elisabeth Philip, Tokoh Pembangkit Ekonomi Warga Desa Tlogoweru Demak