Kesempatan langka mejeng bareng sang legenda, rock star Inggris, David Bowie.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
Seide.id – Teguh Esha, abang jalanan saya, wafat pada 17 Mei 2021. Seperti pernah saya ungkap dalam sepuluh seri tulisan di FB, saya mengenalnya di sebuah kobakan air limbah di Kebayoran Baru Jakarta Selatan, jauh sebelum dia populer sebagai pengarang Ali Topan Anak Jalanan. Tapi sejak dia jadi orang beken, dan saya juga mulai sibuk kerja sebagai jurnalis, kami jarang ketemu muka.
Namun hubungan kami tak putus. Paling tidak, Bang Teguh seperti tak lepas tangan untuk terus me’monitor’ saya. Maklum, dari jalanan saya memang lantas jadi jurnalis gegara ‘cambuk’nya. Apa saja yang saya tulis, jika dia merasa itu lumayan baik, tak segan dia nelepon saya, sambil membuka percakapan dengan kalimat sama yang melekat di benak saya, “Hebat ente, Cil …!”

Setiawan Djody, David Bowie, Iman, Mooryati Soedibyo di Kraton Solo. Foto foto : Heryus Saputro
“Cil” adalah panggilan Bang Teguh kepada saya, yang merupakan penggalan dari kata kancil (sedang dia besar ibarat ‘macan’) atau kecil, karena saya memang jauh lebih muda dari dia. Begitu juga sore itu, akhir Juli 1992, dia nelepon ke kantor cuma buat bilang,”Hebat ente, Cil…!” dan lanjutnya, “Kok bisa-bisanya ente mejeng bareng sama David Bowie? Tahu gitu ane ikut…!” katanya dalam Bahasa Betawi, seperti biasa.

Saya langsung faham apa yang dimaksud. Minggu itu beredar majalah femina edisi nomor 29 XX 23-29 Juli 1992, yang di dalamnya antara lain termuat laporan saya ihwal pengalaman bergadang di Keraton Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, dalam rangka hajat budaya 1 Suro / 1 Muharam yang terjadi dua minggu sebelumnya, dimana saya (atas nama femina) diundang hadir pengusaha jamu nasional Moorjati Soedibjo.
Apakah ini pantas disebut sejarah? Entah. Yang pasti di dalam keraton, saya tak cuma ketemu pengusaha kapal tanker Setiawan Djody yang populer gegara tampil bareng Iwan Fals dan Rendra di grup Swami dan Kantata Takwa, tapi juga ketemu musisi asal Inggris David Bowie dan istrinya, Iman (Zara Mohammed Abdulmajid) yang mantan model asal Somalia.

Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, langsung saja saya wawancarai dia sambil tak lupa saya sebut judul album lagu keduanya yang popular, dirisis tahun 1972, yakni The Rise and Fall of Ziggy Stardust and The Spider from Mars. Siapa mengira, Mr ‘Ziggy Stardust’ jadi antusias, dan ngobrollah kami beberapa menit sambil menikmati Kirab Kebo Bule. Buntutnya, saya minta seorang Abdi Dalem mengabadikan kami.
Siapa mengira, foto bersejarah itu termasuk yang dimuat femina, dan menggelitik Bang Teguh untuk menelepon saya, ha…ha…ha…! Seberapa jauh ke’dekat’an Bang Teguh dengan David Bowie? Saya nggak faham. Tapi kejutan datang lagi 6th pasca saya pensiun dari femina. Persisnya di acara Sastra Reboan tanggal 13 Januari 2016, di Warung Apresiasi (WaPres) Bulungan yang dikelola Anto Baret di Kebayoran Baru.
Acara sastra rutin tiap Rabu malam itu belum dimulai ketika saya tiba, dan melihat Bang Teguh duduk di pojok. Saya mendekat dan belum sempat menyapanya, ketika dia bilang. “Ente pasti udah ngeh, dong, Cil…! David Bowie wafat, minggu 3 hari lalu di Manhattan, Kota New York, Amerika setelah 18 bulan menahan penyakit kanker yang dideritanya,” kata Bang Teguh, kalem, serius, seraya melempar koran ke saya.

Maut tak pernah bilang kapan dia kan datang? Diam tanpa suara, dan mengejutkan. Dari koran yang dibawa Bang Teguh saya baru ‘ngeh bahwa 2 atau 3 hari sebelum wafat, David Bowie yang kelahiran Inggris baru saja merayakan ulangtahunnya yang ke-69, sekaligus merilis video album teranyarnya yang bertajuk Lazarus. Saya cuma bisa mengangguk-angguk duduk di bale-bale di samping Bang Teguh.
Seberapa ‘kagum’ Bang Teguh pada David Bowie? Cuma malam itu ia terasa fasih melantunkan sebait lirik lagu yang belakangan saya tahu, itu potongan lagu Lazarus, yang lirik dan lagunya ditulis sendiri oleh David Bowie. Lirik yang menggambarkan kehidupan sesudah mati, afterlife, seolah David Bowie (si penulis) sudah wafat saat menuliskannya. Coba dengar:
Look up here, I’m in heaven
I’ve got scars that can’t be seen
I’ve got drama, can’t be stolen
Everybody knows me now
Seperti syair yang ditulis ulang Bang Teguh di kertas bon pesan makanan/minuman milik WaPres Bulungan, bada bait berikut secara tersamar David Bowie juga seperti sedang mencoba menggambarkan rasa sakitnya selama delapanbelas bulan terakhir
Look up here, man, I’m in danger
I’ve got nothing left to lose
I’m so high, it makes my brain whirl
Dropped my cell phone down below
Ain’t that just like me?
Masih Panjang bait-bair syair Lazarus karya David Bowie yang seperti sengaja ditulis Bang Teguh buat saya, seolah mengingatkan bahwa siapa pun dia pada akhirnya harus kembali kepada tiada. Al-Fatihah.
18/07/20021