Oleh MAS SOEGENG
Anak saya, seminggu sekali ke Bali untuk urusan bisnis. Berangkat Senin, pulang Rabu. Dulu, perjalanan pulang pergi ini dinikmati benar. Yang menjadi masalah sekarang adalah, seminggu itu, minimal dia harus melakukan tes swab antigen 2 kali, atau sebulan 8 kali. Jika sekali tes harus bayar Rp 200,000, maka sebulan itu harus keluar dana Rp 1,600,000.
Hanya pergi ke Bali, dari Jakarta, orang yang bepergian diminta melakukan swab 1×24 jam. Pulangnya, dari Bali maksimal harus melakukan tes swab antigen lagi 2×24 jam. Bukan hanya soal uang yang cukup membenani, tapi dicolok hidung seperti ini tidak nyaman.
Tambah pusing lagi, kemarin Menteri Perdagangan memberi isyarat bahwa pergi belanja ke mall juga wajib tes antigen, meski sudah divaksin 2 kali. Untung segera dibatalkan. Jika atidak, ada akesan tes kesehatan covid ini hanya urusan dagang belaka.
Dugaan lain adalah, seberapa jauh efektivitas test ini bagi keselamatan diri atau tes yang cukup mahal ini adalah bisnis di atas penderitaan orang lain. Kalau pemerintah Indonesia, bisa menggratiskan beaya rumah sakit kepada setiap warga yang terkena covid19, urusan tes ini mestinya bisa lebih murah. Ini bukti pemerintah tidak hanya hadir, tapi juga memahami kesulitan warganya.
Harga Batas Tertinggi
Di Indonesia, harga tes PCR Rp 800 ribu sampai Rp 1,200,000, tergantung, mau cepat atau lama hasilnya. Semakin cepat, semakin mahal. Biasanya orang bisnis akan memilih pelayanan ini, tapi banyak orang Indonesia tak mampu membayarnya, kecuali terpaksa. Untuk usaha atau keperluan penting.
Memang, Pemerintah melalui Kemenkes telah menetapkan tarif batas tertinggi untuk swab PCR mandiri sebesar Rp 900 ribu. Keputusan itu diambil setelah banyak pihak mengusulkan pemerintah menetapkan standar tarif karena harga selama ini dianggap terlalu mahal dan dipermainkan laboratorium atau rumahsakit. Untuk rapid test antigen, ditetapkan harga tertinggi Rp 250 ribu untuk di Pulau Jawa. Di stasiun KA, harga Rp 105 ribu untuk penumpang jarak jauh.
Harga di Luar negeri
Harga tes Polymerase Chain Reaction ( PCR) di India juga diturunkan dari Rp 150 ribu menjadi Rp 96 ribu. Itu kalau orang pergi ke rumahsakit atau klinik. Biaya untuk melakukan tes PCR di rumah pun cukup murah. Pasca-penurunan, harga tes PCR dengan layanan di rumah hanya sebesar Rp 135 ribu. Untuk tes antigen cepat, di India saat ini seharga hanya Rp 58 ribu.
Menurut Menteri Dehli Arvind Kejriwal di twitter, “Pemerintah Delhi secara drastis mengurangi harga tes Corona untuk membantu orang biasa,” tulisnya. Ia juga menginstruksikan agar seluruh laboratorium memastikan pemprosesan sampel, pembagian laporan, dan pembaruan di portal COVID-19 semuanya diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pengumpulan sampel. Intinya, pemerintah India bersedia memberi subsidi agar tak terlalu membebani rakyat.
Di Amerika Serikat (AS), biaya tes PCR Rp1,4 juta. Chicago, negara bagian Illinois, beaya test Rp2,5 juta sekali tes. Inggris menurut the Guardian, harganya bervariasi dari Rp300 ribu sampai Rp4,2 juta. Berbagai layanan diberikan disesuaikan dengan harga dan jenis pelayanan. Sementara di Malaysia mulai dari Rp136 ribusampai Rp510 ribu. Hal itu disampaikan melalui laporan Resmi Kementerian Kesihatan Malaysia.
Singapura lebih mahal. Berkisar Rp1,6 juta. Selain di bandara Changi, tes PCR juga bisa dilakukan di pos pemeriksaan Woodlands dan Tuas serta di Terminal Feri Tanah Merah. Thailand mematok harga 4.900 baht atau Rp2,1 juta jika tesnya siang hari. Harga bisa hanya 3.500 baht atau Rp1,5 juta dengan hasil tes 24 jam kemudian.
Jangan Ada Kesan Berdagang
Banyak warga melalui medsos menghimbau, dalam kasus seperti ini, negara sebaiknya hadir. Pekerjaan sedang susah, sementara pengeluaran terus membanjir. Dr Tompi, melalui twitter juga menghimbau, “ Agar pak Jokowi mendengarkan suara rakyat dan menurunkan harga tes kesehatan untuk covid19 ini. “
Semakin banyak masyarakat Indonesia yang melakukan test sesungguhnya juga memudahkan tracing, salah satu cara untuk menghambat lajunya penyebaran penyakit covid19 ini. Namun tak banyak orang Indonesia memiliki kemampuan sama dan memilih melewatkan untuk melakukan tes kesehatan ini.
Jangan sampai nanti ada kesan, sebenarnya beaya test ini murah, tapi sengaja dinaikkan agar rakyat susah dan kesempatan bagi pengusaha memperkaya diri, sebab semua wajib tes. Tapi jika pemerintah tanggap, rasanya akan memudahkan orang juga untuk melakukan test dan mempercepat lalulintas perekonomian di tengah pandemi……