HANDRAWAN NADESUL
Medical Doctor, Health Motivator, Health Book Writer and a Poet
Jangan abaikan sarapan. Bukan saja perlu, melainkan juga penting supaya tubuh berprestasi optimal. Berpikir tajam, bertenaga, dan tidak loyo. Ibarat mobil hendak bepergian jauh, perlu cukup bahan bakar, oli, dan minyak rem. Demikian pula tubuh kita.
Kalau makan malam pukul 19.00, sampai pukul 07.00 esok harinya, berarti tubuh puasa 12 jam. Apabila pukul 07.00 tidak sarapan, berarti waktu puasanya lebih panjang.
Kondisi tubuh tanpa kalori, gula darah lebih rendah, dan zat gizi lainnya tidak menunjung kerja semua organ tubuh. Anak sekolah bagaimana bisa menangkap pelajaran, kalau untuk berhitung sederhana saja butuh satu butir kacang, misalnya. Eksekutif bagaimana bisa cerdas memunculkan gagasan, karyawan bagaimana bisa tangkas brain-storming, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat secara jernih. Butuh asupan makanan untuk kerja otak, otot, dan semua organ tubuh agar bisa produktif.
Banyak studi dan riset ihwal kaitan tidak sarapan dengan prestasi dan kinerja. Bahwa sarapan melemahkan tubuh, dan perut kosong diyakini menurunkan kualitas kerja, selain risiko rentan “masuk angin”. Mungkin jadi sering gampang sakit, selain risiko radang lambung mag.
Masyarakat kita bukan sedikit yang tidak membiasakan sarapan sejak kecil. Ada keluarga yang memang tidak berpola makan sarapan. Terbiasa tidak sarapan yang terbawa sampai usia dewasa. Kelompok ini umumnya merasa tidak nyaman kalau sarapan. Mungkin mual, merasa sebah, atau malah murus. Namun membiarkan tanpa sarapan, tanpa disadari, kalau cermat diamati, mungkin mereka tidak sebugar, sebagus prestasi dibanding mereka yang terbiasa sarapan.
Bukan hanya butuh sarapan, tubuh memerlukan sarapan berkualitas, yakni sarapan yang lengkap. Kita tahu tubuh butuh sekitar 45 zat gizi atau nutrien. Untuk memperoleh kecukupan itu butuh empat-lima macam menu. Maka sarapan dianggap harus selengkap menu “pangeran”, menu selengkap-lengkapnya seturut American breakfast sebagaimana layak kalau kita sarapan di hotel. Begitu hendaknya kita mengadopsi gaya sarapan kita dibentuk di rumah sendiri.
Bukan saja soal prestasi dan kinerja, tanpa membiasakan sarapan, beberapa studi menemukan korelasi tidak sarapan dengan risiko terserang penyakit sebagaimana tampak dalam Tabel di bawah ini.
Penyakit pembuluh darah dan jantung, selain stroke serta penyakit lainnya. Penyebabnya lantaran sel-sel semua organ tubuh tidak memperoleh cukup makanan. Hazard ratio terkena penyakit semakin tinggi bila terbiasa semakin tidak, atau semakin jarang sarapan.
Kalau sarapan ibarat menu “pangeran”, makan siang boleh tidak selengkap sarapan, atau menu “raja”, dan makan malam cukup menu orang susah, menu seadanya. Kebanyakan kita, kalaupun sarapan, malah dibalik. Sarapan menu sisa makan malam atau ceplok telur, makan malam sering foya-foya, padahal makan malam cuma untuk dibawa mimpi.
Inilah tantangan orang sekarang yang pingin instan. Alihalih bisa menyiapkan sarapan lengkap, untuk satu macam menu saja sudah belum tentu ada waktu.
Tapi demi tidak berpenyakit nantinya, ayo mulai membiasakan sarapan. Sarapan ditemani empat-lima macam menu, dengan sayur-mayur dan bebuahan selengkap mungkin. Rasakan perubahannya. Lebih dari itu, risiko bahaya tidak sarapan yang bila terkena ongkosnya tidak murah, tidak perlu Anda alami.
Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL