#Tanyakan Alasan
Sangat mungkin anak tak bertujuan melakukan tinakan agresif untuk “merusak” mainannya. Bisa saja jawaban yang terlontar dari mulut mungilnya “Akucuma mau tahu kok, kenapa ban mobil ini bisa berputar.” Bila demikian, maka kegiatan “merusak” mainan yang dilakukan bukan termasuk kategori merusak. Melainkan kegiatan mengeksplorasi, hingga memang tidak pada tempatya jika Anda memarahinya.
#Usahakan Susun Kembali
Minta anak untuk menyusun kembali mainan yang telah dirusaknya agar bisa digunakan kembali. Bila anak terlihat tak mampu melakukan, tak ada salahnya orangtua brperan aktif membantu menyusun kembali mainan tersebut. Tentu saja dengan tetap melibatkan anak, dengan harapan ia mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilakukan saat menyusunnya.
Misal, dengan meminta tolong anak mengambilkan bagian-bagian yang akan disusun. Tujuannya apalagi kalau bukan agar anak menyimak bagaimana caranya menyatukan kembali mainannya yang sudah cerai-berai. Sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri anak akan perbuatannya.
#Jika Tak Bisa Dipakai Lagi
Sampaikan bahwa mainan yang ia rusak, sekarang tak bisa digunakan lagi untuk bermain. Atau tampilannya tak sebagus seperti semula. Cukupkan sampai di situ. Orangtua tak perlu mengungkit-ungkit harga beli dan kerugian yang harus ditanggung. Orangtua tak perlu merasa rugi.
Bukankah anak sudah mendapat tambahan pengetahuan dan terpuaskan pula rasa ingin tahunya. Hendaknya beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai jawaban dari rasa ingin tahu anak. Anggaplah uang yang terbuang sebagai “biaya” yang harus dibayar untuk proses belajar si anak.
#Berikan Konsekuensi
Ajak anak berkomunikasi, tapi bukan berupa nasihat panjang lebar. Jika mainan itu dilempar atau dibanting tapi tidak rusak, sanksinya cukup meminta si prasekolah mengambil lalu meletakkan kembali di rak mainan. Orangtua juga harus peka mengamati suasana hati anaknya. Ia berbuat demikian apakah karena merasa bosan atau sebagai upaya untuk menarik perhatian?
Bila si prasekolah menginginkan kembali mainan yang telah rusak karena ulahnya, sebaiknya jangan langsung diberikan penggantinya. Sedapat mungkin harus ada tenggang waktu. Hendaknya orangtua mampu mengendalikan diri untuk bisa bertahan mendengar rengekan anak. Sampaikan pada anak bahwa bila ia ingin mainan tersebut harus mau menunggu 4 minggu ke depan saat orangtua telah memiliki uang.
Untuk memudahkan sekaligus mengenalkan anak pada konsep waktu (hari, minggu dan bulan), ajak anak mencermati kalender. Lingkari tanggal yang Anda janjikan dengan spidol merah. Jika anak bertanya, berikan penjelasan yang mudah dicerna misal, masih harus menunggu 3 kali hari Minggu lagi.
(Puspa) – nakita