Beberapa saat setelah proses perekaman usai, terjadi keributan di luar istana. Sekitar seribu tentara AD Jepang dengan nekad mengepung dan menyerbu istana!
Kaisar segera diungsikan, begitu pula para teknisi NHK.
Kasak-kusuk Jepang akan menyerah kepada Sekutu sudah menjadi gosip yang santer di kalangan militer, termasuk kabar Kaisar tengah melakukan proses perekaman di istana malam itu.
Bagi para perwira muda militan, Jepang menyerah merupakan aib. Mereka tidak mengenal kata menyerah dalam perang, karena hal tersebut akan menempatkan posisi Jepang menjadi tidak terhormat di mata dunia dan jelas berlawanan dengan sikap hidup (Bushido) para samurai Jepang.
Karena itu, pasukan penyerbu yang dipimpin oleh Mayor Kenji Hatanaka berusaha keras menemukan piringan hitam yang berisi rekaman suara Kaisar dan akan merusaknya.
Bagai Jarum di tumpukan jerami
Namun, menemukan dua piringan hitam yang sudah diberi label original dan copy tersebut di kompleks istana seluas hampir dua kilometer persegi itu tentu bukan perkara mudah. Itu dalam ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Di istana banyak ruang, berliku-liku, dan banyak kamar rahasia. Luas istana dengan mudah “menelan” dua piringan hitam yang dicari.
Tentara yang marah tak mudah menyerah. Mereka terus mengacak-acak ruang demi ruang.
Menjelang dini hari, dua piringan hitam tadi diam-diam berhasil diselundupkan keluar istana. Satu rekaman copy diselipkan dalam kotak kayu dengan segel istana, sedangkan yang satu lagi disembunyikan dalam boks makan siang pegawai istana. Kedua rekaman ini segera dibawa menuju ke kantor NHK dan menunggu proses penyiaran.
Gagal
Pencarian rekaman di istana tidak membuahkan hasil. Mayor Hatanaka tak kurang akal. Ia dan beberapa anggota pasukannya segera menuju ke kantor NHK untuk menggagalkan rencana penyiaran rekaman itu. Sementara itu, sisa pasukan pemberontak meneruskan pencarian rekaman.
Pukul 08.00 telepon berdering di kantor NHK. Setelah diangkat petugas, ternyata itu telepon untuk Mayor Hatanaka, yang sedang berjaga di studio. Telepon diterima dan dari ujung telepon menyembur suara penuh kemarahan. Itu suara Jenderal Shizuichi Tanaka, Komandan AD Distrik Timur, atasan Mayor Hatanaka. Tanaka meledak marah sambil memerintahkan Hatanaka untk kembali ke istana Kaisar.
Hatanaka menurut. Sesampai di istana ia melihat pasukannya telah dilucuti oleh Kempeitai (polisi rahasia jepang) didampingi oleh tentara dari Distrik Timur.
Hatanaka menyerah dan usaha kupnya pun gagal. Ia dan beberapa perwira bawahannya diperintahkan melakukan seppuku, ritual sobek perut, bunuh diri, di halaman istana saat itu juga.
Sepuluh hari kemudian, 25 Agustus, Jenderal Shizuichi Tanaka bunuh diri dengan menembak jantungnya. Dua buah surat tergeletak di mejanya. Satu untuk keluarganya dan satu lagi ditujukan bagi Kaisar. Isi surat semua sama: meminta maaf atas insiden memalukan di istana Kaisar.