6 Oktober 2020 silam, di Jakarta, seniman Butet Kertaredjasa mewawancarai Basuki Tjahaja Purnama, orang mengenalnya sebagai Ahok, salah satu pertanyaan menarik –yang juga menjadi pertanyaan banyak orang – adalah:
Butet Kertaredjasa: “Andaikan Pak Ahok ini punya kesempatan menjadi RI satu, kira-kira apa yang paling signifikan untuk didandani atau direvolusi?”
Basuki Tjahaja Purnama: “langsung saja pemutihan dosa-dosa lama, supaya jangan dari rezim ke rezim itu terus dijadikan semacam ATM. Siapa sih yang tak pernah buat salah?
Lalu Pilkada seluruh Indonesia, siapa yang ikut, harus bisa membuktikan secara terbalik (asal-usul) hartanya. Kalau kamu mengatakan saya mendapat warisan harta dari orang tua saya yang korup –ya, nggak apa-apa-minimal rakyat tahu mengapa kamu punya harta sekian puluh milyar atau sekian ratus milyar, ya kamu tinggal declare (mengumumkan): ini warisan dari ayah saya mantan menjabat ini. Rakyat nanti yang putuskan.
Kita mesti berasumsi, anak pejabat yang korup pun belum tentu korup. Belum tentu ia tidak punya hati untuk melayani rakyat! Belum tentu dia tidak punya hati menolong yang miskin, yang membutuhkan pertolongan. Yang penting, ia harus bisa membuktikan hartanya dari mana?
Ahok lalu menambahkan:
“Aparat harus dinaikkan gajinya. Prajurit TNI-Polri kita subsidi langsung ke orangnya. Caranya bagimana? Kalau ada prajurit tugas ke daerah operasi, daerah perang, sekali tugas, pulangnya mungkin ia mendapat (kartu) diskon belanja mungkin 10 persen. Dua kali perang, mungkin dapat diskon 20 persen. Kalau sekarang, kita maaf ngomong saja, kita mendapat penghargaan perang begitu banyakpun, kalau datang ke toko modern beli susu, kalau gak ada duit ya nggak dapat susu saya. Coba, (kalau ada diskon tadi) Oh! Pernah perang ini! Dapat diskon 30 persen! Siapa yang bayar? Pemerintah yang bayar, Kemenhan yang bayar ditransfer….kan semua sekarang online!
Butet Kertaredjasa: Pemutihan tadi, juga termasuk, pemutihan nterhadap kejahatan kemanusiaan, kasus yang banyak bertumpuk di masa lalu?
Basuki Tjahaja Purnama: itu yang saya katakan, kalau jadi presiden itu gampang, kita tinggal proses supaya rakyat tahu siapa yang berbuat? Dari mana perjalanannya sampai ada kejadian kayak gitu? Setelah itu sebagai Kepala Negara berhak memberikan pengampunan. Itu rekonsiliasi bangsa ini. Rekonsiliasi bukan berarti menutupi kejahatan, tapi, kejahatan apapun itu harus tercatat, sehingga rakyat –generasi berikutnya- bisa belajar tentang apa yang kesalahan yang dilakukan oleh para pendahulunya.
Butet Kertaredjasa: Tapi persoalannya, Pak Ahok ini masih punya potensi menjadi RI Satu apa kagak, nih?
Basuki Tjahaja Purnama: Saya masih bisa menjadi presiden! Presiden direktur! (tertawa)
Ada Narasi yang Hilang di dalam bangsa ini,…..
Butet Kertaredjasa: Apa??
Basuki Tjahaja Purnama: Tentang siapa Orang Indonesia. Tiba-tiba, seolah-olah, saya bukan Indonesia Asli. Ini yang saya namakan ada Narasi yang Hilang! Kalau kita bangsa Indonesia jadi Eling, jadi sadar, bahwa kita ini adalah manusia yang lebih berguna bagi orang lain, bukan Anda punya keyakinan apa…
Kalau bicara soal keyakinan kan susah, kita mau mengatakan siapa paling benar? Kalau Anda mengatakan beriman sama Tuhan, ya saya mau lihat dari perbuatan kamu, dong! Perbuatan kamu menunjukkan iman kamu nggak? Jadi nggak usah suruh saya menunjukkan iman saya, saya akan tunjukkan melalui perbuatan saya! Anda akan tahu iman saya seperti apa.
Itu yang harus masyarakat tahu tentang konsep itu..
Butet Kertaredjasa: Baik, Pak Ahok cukup, terima kasih..
