Tanpa Maaf dan Ampunan, Hidup ini Makin Berat dan Menderita

Seberat-beratnya beban hidup, lebih berat itu jika kita tidak berani memberi maaf dan ampunan, baik pada sesama dan diri sendiri.

Memberi maaf itu tampak mudah, bahkan sangat mudah dilakukan, tapi, jika diterapkan dari dalam hati itu sulit sekali.

Faktanya, banyak di antara kita yang memberi maaf itu sekadar di mulut. Basa basi. Padahal hatinya kheki, iri, benci, atau mendendam.

Ketika kita memaafkan sekadar untuk menyenangkan orang lain, agar urusan dianggap clear, dan selesai. Sejak saat itu pula, kita menyemai bibit penyakit. Dan kelak, kita bakal memanen penyakit kronis yang sulit diobati.

Jangan pernah anggap remeh atau sepele.

Sesungguhnya, ketika sulit untuk memberi maaf dan mengampuni sesama berarti kita tinggi hati, berjiwa kerdil, menyakiti diri sendiri, dan sekaligus menutup kasih Allah.

Bagaimana tidak menutup sendiri anugerah Allah. Ketika menyimpan iri, benci, atau dendam pada sesama berarti kita menjauhi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hidup kita jauh dari rasa tentram dan damai.

Banyak bukti juga menunjukkan, bahwa orang yang membenci dan mendendam sesama itu hidupnya menderita. Lebih suloyo lagi, jika beban itu dibawa ke liang lahat. Karena ganjalan hati itu membuat derita ini makin berat, menyiksa, dan kita mengalami kesulitan untuk menghadap kepada Allah.

Sebaliknya, ketika kita memberi maaf dan ampunan pada sesama berarti kita sukses berdamai dengan diri sendiri. Tidak sekadar menunjukkan pribadi kita yang berjiwa besar. Tapi, sekaligus kita membuka pintu anugerah Allah.

Dengan memberi maaf, ampunan, dan mengasihi sesama yang bersalah pada kita berarti kita dilimpahi anugerah Allah untuk hidup ikhlas dan bahagia.

Semoga kita semua dimampukan Allah untuk menjadi pribadi yang murah hati.

Foto : Victoria RT/pixabay

Merenungkan Makna Memohon Maaf dan Ampun – Menulis Kehidupan 241

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang