Belajar Merenungkan Pengadilan Manusia dan Pengadilan Allah – Menulis Kehidupan-99

Dalam kehidupan ini ada beberapa hukum yang dijumpai: hukum adat budaya, hukum pasar, hukum negara, hukum alam, dan hukum agama. Bisa dikatakan, ada hukum buatan manusia dan hukum Sang Pencipta. Tulisannya dan tujuannya adalah menjamin hak dan kewajiban, demi tercipta keadilan. Di Indonesia, ada rumusan tekad, “keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dalam konteks Pra-Paskah, saya ingat pengalaman pengadilan Yesus oleh Kayafas dan Pilatus. Lalu kutulis sajak: Pilatus Membasuh Tangannya

Pilatus
Penguasa Romawi di Yerusalem
pada air di wadah itu
engkau basuh galaumu
engkau tumpahkan keringatmu
engkau selamatkan kepentinganmu
engkau sembunyikan nuranimu
engkau bersihkan jiwamu
Setelah jatuhkan keputusan licik
dengan bebaskan penjahat Barabas
sesuai tuntutan para pendemo
Meskipun dengan tuduhan palsu
namun kepentinganmu berpadu
Jadilah Yesus dihukum
“Salibkan dia, bebaskan Barabas”.

Pengadilan manusia
mengagungkan kepentingan diri
memuliakan kepentingan kelompok
termasuk dengan slogan
“Keadilan berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”
Kata-kata penuh makna
berbeda dengan pikiran
dan fakta perbuatan
serta damba nurani
Yang dilakukan dengan sumpah
atas nama Allah
Sang Maha Melihat
Sang Maha Mengetahui
Sang Maha Adil

Pilatus,
sosok penguasa politik dunia
model pengadilan manusia
Pada tulisan INRI
Jesu Nazaremus
Rex Judeorum
Jesus dari Nazareth
Raja orang Yahudi
Kembali engkau patrikan diri
Kemenangan demi tahtamu
Keputusan otak kalahkan nuranimu
Kata sakti pembenaran dirimu
Meskipun peluh keringatmu
tidak mampu sembunyikan galau
antara fakta dan dusta
antara tahta dan jiwa
antara selera dan makna
antara dendam dan cinta
antara dunia dan surga
“Ambillah dia dan salibkan”
Maka para algojo laksanakan
diringi sorak ria dendam
diarak permusuhan dan kemunafikan
disiksa hawa napsu jahat
agar puaskan kesumat
dan langgengkan penjajahan.

Pengadilan manusia
Sering sangat berbeda
dengan pengadilan semesta
dengan pengadilan Pencipta
Karena
Manusia pandai berkata-kata
mampu melawan dirinya
bisa membohongi nuraninya
berani korbankan jiwanya
Demi puaskan selera
Demi penuhi kepentingan raga
Demi selamatkan takhta
Demi menumpuk harta
Demi langgengkan kuasa
Sebagai tuan pemilik segalanya
Sebagai tuhan atas semuanya
“Jika engkau Putra Allah, selamatkan dirimu dan kami”.ws

Pengadilan manusia
memang bukan untuk melahirkan keadilan hakiki
Pengadilan dengan hukum
buatan tangan manusia
adalah
demi kepentingan manusia
para pembuatnya yang pandai menciptakan kata dan cerdas memainkan kekuasaan
Dan
Pengadilan Allah
sepertinya tak berdaya
“Ampunilah musuh-musuh mu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya engkau”
Dari atas palang hina
ketika darah mengucur
dan saat menjelang wafatNya
Yesus ajarkan pengadilan Allah
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Hukum Ilahi menegaskan
Hanya ada satu hukum
“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwa ragamu dan kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”
Pengadilan hakiki Ilahi
berdasarkan Hukum Kasih
karena Allah adalah Kasih
dan manusia citra Allah
“Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mau mengampuni orang yang bersalah kepada kami”