Berbagi Virus Kebaikan  

Berbagi Virus Kebaikan

Sebuah cup berisi kopi dengan tulisan menyenangkan: Ivy, be happy

Sebuah paper cup berisi kopi panas gula aren disodorkan ke hadapan. Mbak barista pun tersenyum sambil berucap selamat menikmati. Saya segera menangkap tulisan yang tertera di tepian paper cup itu. Ivy, Be Happy.

Hati saya meleleh. Berasumsi dia melihat wajah yang muram, lelah, entah apa lagi. Makin meleleh lagi ketika cairan kopi itu habis saya tenggak. Sungguh mood booster yang menghibur, terasa nikmat di mulut, nyaman di hati.

Berlebihankah saya? Mungkin. Berapa banyak orang yang mungkin biasa saja merespons tulisan Mbak Barista karena telah terbiasa nongkrong di kedai kopi. Saat itu saya mau tak mau melakukannya, demi mata yang wajib melek menghadapi agenda aktivitas yang padat sampai malam hari.

Waktu di ponsel menunjukkan pukul 9 pagi, saya duduk menikmati dua potong arem-arem dan secangkir kopi bertuliskan Be Happy. Momen yang tenang setelah panik ingat-ingat lupa apa uang tiga ratus ribu rupiah sudah masuk dompet atau tertinggal di mesin atm. Untung saja pengguna ATM selanjutnya, seorang Bapak malah menenangkan saya dengan mengajak berhitung bersama uang di genggaman yang baru diambil dari ATM.

Dia tak marah juga tak kesal, malah mendorong saya mengumpulkan ingatan sesaat dari momen menarik uang tadi. Benar saja, di dalam dompet enam lembar limapuluh ribu rupiah yang baru saya ambil, terlipat dengan manisnya.  Sungguh saya tak fokus ketika itu.

Mengapa konsentrasi saya parah sekali di pagi hari tanggal duapuluh satu? Karena kondisi fisik dan mental saya kurang tidur setelah menempuh perjalanan darat Denpasar-Yogyakarta. Kesenangan bungsu saya yang baru kali ini bepergian dengan bus, membuatnya terlalu gembira hingga sulit tertidur.

Dia sibuk menggoda saya, memanggil-manggil nama, meminta ini dan itu, dan segala kehebohan lainnya. Saya … baru tertidur, terjaga, tertidur lagi, terbangun kembali. Akibatnya saya laksana zombie setelahnya.

Itu pun dua jam-an sebelum turun, setelah si kecil akhirnya terlelap, saya malah sibuk putar otak setelah rasa kantuk terlewat. Saya dan si kecil perlu tempat untuk kami tidur sejenak sebelum melakukan aktivitas. Beberapa penginapan yang bisa check in dini hari adalah di tengah kota, dekat Malioboro, yang tentu memerlukan naik taksi online yang tidak saya ketahui ketersediaannya pada waktu itu.

Supir bus berbaik hati menjawab kegalauan saya, dengan mengantarkan langsung kami ke hotel terdekat pool, yang dilalui bus. Wah, saya terharu. Tak perlu bengong atau terkantuk-kantuk menunggu taksi online datang. Proses check in pun sempat dibantu kondektur. Sesegera kami masuk kamar, habis bebersih, seketika juga jatuh tertidur.

Kembali ke pagi hari, kami dibangunkan kedatangan sahabat baik yang akan mengambil alih si bungsu selama saya pelatihan. Kebaikan hati sahabat tersebut yang menjemput dengan mobilnya, walau kemudian mogok, tak memerlukan waktu lama untuk datangnya bantuan dari bengkel terdekat. Info yang saya peroleh, biaya perbaikan malah digratiskan pula. Wah, kenunculan orang baik lagi.

Kembali ke saya sendiri. Empat jam tidur yang singkat, yang cukup mencegah pusing saja tapi belum mampu memulihkan konsentrasi. Peristiwa hilang fokus di ATM masih meloloskan saya dari kesialan. Akan tetapi ada insiden lagi, ketika saya salah menentukan pick up point ojol untuk menjemput saya bergabung dengan rombongan pelatihan

Sekali lagi saya bertemu orang baik. Bapak ojol menawarkan bantuan dengan tetap menjemput pick up point saya yang sebenarnya. Wah, tak terbayang bila terjadi insiden selanjutnya. Kecerobohan saya akan membuat mobil rombongan tertunda keberangkatannya.

Saya pun merenungkan hal-hal yang terjadi selama perjalanan. Tetiba teringat sebuah momen, yang begitu dipikir-pikir justru membuat kami menerima virus kebaikan kemudian, karena telah menyebarkannya terlebih dahulu.

Ketika menikmati indahnya laut saat senja beranjak turun, saya dan si bungsu sempat merogoh uang receh untuk coin boy, yang rela melompat sebagai atraksi hiburan kami. Bungsu saya belajar banyak bagaimana remaja-remaja itu mempertaruhkan tubuh, nyaris terbentur tepian pelabuhan saat kapal masih bersandar.

Bukan itu saja, bersamaan dengan bus kami, ada siswa sekolah dalam perjalanan pulang Denpasar-Solo yang demam. Terlihat kecemasan pada guru dan staf pendamping, yang memijit punggung dan leher siswa yang bersangkutan.

Jujur, saya sedih melihatnya. Saya pun pernah jadi guru pendamping, dan juga seorang ibu, yang tentu cemas bila anak-anak jatuh sakit saat di perjalanan.

Awalnya saya hendak memberi tolak angin, tetapi Ibu Guru bertanya apakah saya membawa paracetamol, karena siswa tersebut sudah demam tinggi. Beruntungnya saya juga membawanya, karena perjalanan itu berdua dengan bungsu saya yang masih anak-anak.

Ibu Guru bilang ke saya sebagai terima kasih, “Bu, kalau ke Solo, mampir ya ke rumah saya. Benar lho, Bu.” Senyum saya mengamininya. Sungguh saya tak berharap apa-apa.

Bungsu saya menjadi saksi peristiwa itu. Dia melihat bahwa kami tak saling bertukar nama, atau telepon. Saya tak perlu dikenang, tak usah dicatat namanya, diberikan tanda kasih karena sudah membantu misalnya.

Saya menolong siswa itu karena saya paham perasaan seorang guru kepada siswanya, ibu kepada anaknya. Bagaimana bila itu terjadi pada siswa saya atau anak saya.

Bungsu saya pun belajar bahwa kebaikan itu tak bernama. Berbagi virus kebaikan adalah menyebarkan semangat bahwa di dunia yang carut marut ini masih ada orang baik.

Sepanjang hari itu saya merasakannya seketika. Hadir dalam diri Pak Supir dan Kondektur bus, bapak dekat mesin atm, Mbak Barista maupun Bapak Ojol.

Perjalanan itu memberi pembelajaran kemanusiaan yang sungguh berharga buat saya.

BACAAN LAIN

Frugal Living, Tampil Daring dan Nilai Parenting.

Parenting 101: Rasa Cinta, Kagum, Suka, dan Sayang, Tak (Seharusnya) Menyakitkan

Kisah Perempuan, Drama Korea dan Realita

Avatar photo

About Ivy Sudjana

Blogger, Penulis, Pedagog, mantan Guru BK dan fasilitator Kesehatan dan Reproduksi, Lulusan IKIP Jakarta Program Bimbingan Konseling, Penerima Penghargaan acara Depdikbud Cerdas Berkarakter, tinggal di Yogyakarta