Seide. Pandemi Covid-19 menampar semua pelaku ekonomi. Dari pedagang kaki lima, pengusaha menengah, hingga pengusaha nasional. Efek karambol dari itu adalah PHK bertahap.
Bagi masyarakat pedesaan, khususnya UMKM ini didesa Gayamsari, Kec Gayamsari, Semarang Timur, keadaan seperti sekarang nyaris tak begitu dirasakan. Mereka memiliki Dana Desa yang digunakan untuk pembangunan kampung, seperti gugur gunung gotong royong dimana masyarakatnya ikut terjun langsung dengan mendapat upah.
Aktivitas pertanian terus berjalan. Petani menanam padi, tembakau maupun palawija. Kondisi semakin membaik ditambah bantuan tunai langsung dari pemerintah dalam rangka PPMM.
Desa yang merupakan pilar Indonesia masih bisa dibilang dalam suasana adem. Mereka nyaris tak terpengaruh hiruk pikuk ibukota. Mereka sibuk bertani dan menjual produk mereka antar desa.
Usaha pemerintah melalui Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terus mendorong UMKM bergerak.
Sayangnya sejak izin mini market diberi kebenasan, UMKM daerah terjepit. Mereka menjadi raja-raja kecil ekonomi daerah. Sementara produk lokal tak terserap.
Mestinya pemda bisa membuat pembatasan mini market dan memberi peluang toko UMKM berkembang. Beberpa konsultan dan pelaku bisnis sering memberikan bimbingan salah satu UMKM / Home Industri. Membuat Cat Water Based, Sabun Cair Kebersihan yang hasilnya saat diuji coba tak kalah kualitasnya dengan para brand merk ternama. Namun peoduknya rak bisa masuk mini market setempat.
Pemerintah telah memberikan pinjaman lunak pelaku usaha kecil melalui UPK namun bersaing dengan kapital raksasa, mereka jatuh sebelum berlari.
Menariknya, pasar tradisional seperti tak ada matinya. Mereka tak hanya menggelar di lapak, tapi juga merambah online. Meski agak gaptek warga desa semangat menjual produk mereka di marketplace model Tokopedia. Sebuah terapi melegakan di tengah himpotan pandemi covid. ( riris zeno)
