Bukan Mendendam, Melainkan Mengasihi

Kebaikan kita dimanfaatkan teman untuk kepentingan sendiri itu hal biasa. Ditipu relasi bisnis, itu juga bukan hal baru. Bahkan, ketika kita difitnah oleh orang yang iri dan benci, hal itu juga bisa terjadi

Pertimbangannya adalah bagaimana kita menyikapi peristiwa buruk dan tidak berkenan di hati itu dengan bersikap bijak.

Kecewa, sakit hati, bahkan emosi itu hal yang wajar dan manusiawi. Tapi, menjadi tidak wajar ketika kita membiarkan masalah itu berlarut-larut, sehingga kita menjadi baperan dan uring-uringan.

Padahal, benturan dalam bersosialisasi dengan masyarakat itu merupakan hal yang biasa dan lumrah. Yang membedakan adalah sikap kita dalam merespons benturan itu.

Ketika kita bersikap reaktif untuk merespons hal negatif itu, berarti kita tidak berbeda dengan kelakuan mereka. Lebih suloyo lagi, dengan membalas sakit hati itu kita bisa kehilangan persahabatan.

Sikap yang menghina, melecehkan, atau memprovokasi itu mudah memerahkan telinga dan menyulut emosi. Tapi, kita harus mampu mengontrol diri untuk bersikap tenang dan rendah hati. Istilahnya, “kepala boleh panas, tetapi hati harus tetap dingin”.

Sebab, marah itu tidak menyelesaikan masalah, bahkan semakin memperkeruh persoalan.

Konflik itu tidak ada gunanya dan tidak ada untungnya. Karena, kalah menang jadi abu. Menang kalah, semua sama rugi.

Jauh berbeda hasilnya jika kita berani untuk mengalah, memaafkan, dan tidak menanggapi hinaan, kecamanan, atau fitnahan itu.

Dendam itu meracuni hati dan sumber segala penyakit. Hidup kita juga tidak tenang.

Tetapi, dengan memaafkan dan mengampuni, kita memutus mata rantai permusuhan.

Dengan mengasihi dan mendoakan, kita menghendaki orang itu menjadi baik.

Kita berdamai dengan diri sendiri berarti kita memenangi cinta kasih dalam semua hal.

Mengampuni adalah dasar kasih Allah agar kita hidup damai dan bahagia.

Maaf, Ampunan, dan Kasih itu Sembuhkan Luka Jiwa

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang