Bukan Sekedar PPKM Gerakkan Imunisasi

Vaksinasi

Oleh ; SUNARDIAN WIRODONO

“Guys, terpapar covid pasti gak ada yg mau. Tapi jika sudah terlanjur mau gimana lagi,” demikian Prof. DR. Ong Koeswandi Skc., seorang profesor doktor spesialis Covid-19, yang saat ini merawat lebih dari 300 pasien isoman di 20 kota berbeda atas permintaan yang sedang menjalani isoman. Tiap hari Prof. Ong mendampinginya meski dengan ‘tele rawat’.

Tulisan itu sudah beredar dari WAG ke WAG. Meski lebih ditujukan pada mereka yang sedang terpapar, sedang menjalani isoman. Intinya baik untuk pengetahuan bagi yang ‘belum’ terpapar. Karena gerakan imunisasi jauh lebih murah dan masuk akal, daripada sekedar PPKM yang secara konseptual mengundang perdebatan karena ketidaksiapan pelaksanaannya. Ini rewriting tulisan aselinya yang semula bergaya ‘tuturan’ a la medsos:

Seorang Profesor Doktor sebenarnya (dan seharusnya) adalah dokter yang tidak merawat pasien secara langsung. Harusnya, posisinya ‘hanyalah’ tempat dokter berkonsultasi. Namun karena panggilan kemanusiaan dan membantu pasien isoman.

Pertama: Pahami dulu Covid. Covid, adalah infeksi virus SARS COV-2. Obat atau lawan dari virus hanyalah antibodi yang diproduksi tubuh kita. Obat-obatan hanyalah “inhibitor cegah virus bereplikasi”, juga obat yang meringankan symptom (gejala) saja. Tidak membunuh virus. Antibodilah yang bisa membunuh virus.

Untuk memproduksi antibodi dibutuhkan (1) protein, (2) vitamin lengkap terutama C-D-E, (3) air (minum) cukup, (4) kalori, (5) istirahat (tidur). Imun tubuh diproduksi optimal saat tidur.

Kedua: Dalam pengamatan pada orang yang terkena covid, keluhan yang paling mengganggu adalah batuk, radang tenggorok, dan sakit perut. Walhasil nafsu makan drop.

Ketika nafsu makan buruk, pasien/isoman mulai makan bubur atau nasi putih dengan sedikit lauk. Akibatnya, rata-rata kualitas makan menjadi buruk karena tidak enak. Parahnya, karbo dan gula adalah makanan virus.

Itu adalah pintu awal perburukan. Jika hal itu bertahan di atas 3 hari, hasilnya mereka akan lemas, dan kondisinya makin memburuk. Akibat lebih jauh, masuk fase keburukan berikut, kurang tidur, kurang istirahat.

Pintu masuk perburukan ketiga, tidak jarang pasien juga kurang minum, kurang asupan vitamin dan mineral yang buruk.

Lawan virus adalah antibodi. Namun sayangnya kondisi ketika sudah terpapar covid, menyebabkan pasien mengalami asupan buruk, kurang minum, dan kurang tidur. Pada saat itu, antibodi tak terproduksi dengan baik. Walhasil kesehatan makin menurun, dan menurun terus.

Tak jarang kematian disebabkan oleh treatment awal yang buruk seperti itu. Pasien meninggal dunia padahal seharusnya masih ada harapan hidup. Jangan-jangan banyak pasien meninggal karena kurang makan dan kurang minum. Itulah hebatnya Virus Sars Cov-2, ia memblokade jalur utama asupan kita.

Karena itu, sesulit apapun, paksakan untuk: (1). Makan. Makanlah yamg tinggi protein seperti telur, susu, kedelai, daging, ayam, ikan, bahkan lebih dari biasanya saat sehat. Walau tenggorokan sakit, dan makan tidakk ada rasanya. Paksakan makan. Anggap itu obat. Kalau muntah, makan lagi. Itu battleground (medan perang) anda.(2). Konsumsi multivitamin dan fokuskan pada C, D, E. (3). Minum sekitar 2 botol besar air mineral (3 liter) sehari. (4). Tidur yang cukup, kendalikan psikis dengan optimisme dan hiburan, atau mendekatkan diri kepada Tuhan. Tergantung selera. (5). Obati gejala-gejalanya (mengenai hal ini, harus atas petunjuk dokter).

Vaksinasi? Yang sehat jangan lupa “divaksin”. Vaksin memancing tubuh memproduksi antibodi lebih dulu sebelum terpapar betulan. Sel memori kita akan mencatat kode protein virus covid. Sekiranya suatu hari terpapar, tubuh lebih siap dan langsung perang melawan virus SARS COV 2. Sehingga menurunkan resiko gejala infeksinya. | Disarikan dari tulisan Prof. Dr. Ong Koeswandi Skc.

Avatar photo

About Sunardian Wirodono

Penulis, Pewawancara, Desainer TV Program, Penulsi Naskah, Penulis Lepas, tinggal di Yogyakarata