Catatan Anita Martha Hutagalug
HARI KE-22.
Pagi-pagi sudah disediakan sarapan oleh nyonya rumah naburju Mak Marthin/Evi Sitohang. Lalu Oni diajak Pak Marthin/Pahala Junior Pasaribu menjenguk orang sakit bersama Pdt. Alselsius Silaban, seperti Oni ceritakan di postingan “MIMPI KETEMU ONI”.
Menurut Pak Marthin, Boru Sitompul itu sangat mengidolakan Oni dan sudah lama ingin ketemu. Sudah 8 bulan dia terbaring sakit karena kecelakaan. Tulang belakangnya sakit, sudah dioperasi, tapi masih dalam perawatan.
Rumah yang kami kunjungi itu sangat sederhana. Pdt. Silaban dan Pak Marthin lebih dulu masuk. Oni dengar Pak Marthin ngomong, “Kami bawa kejutan buatmu.” Ketika masuk, Oni melihat seorang perempuan muda terbaring, ditemani suami dan 2 anak balita. Tampak wajahnya kaget, matanya menatap seakan tak percaya melihat Oni.
Oni mendekatinya dan mengelus kepalanya. Dia menangis haru. “Senang kali aku Oni datang. Aku kepingin kali ketemu Oni. Tadi malam sampai mimpi aku menemui Oni. Tuhan mengabulkan mimpiku, malah Oni yang datang,” katanya.
Tersentuh sekali hatiku mendengarnya. Oni tahan-tahan air mata. Aku nggak boleh menangis saat memberi penguatan. Dan aku melihat dia perempuan tegar. Dalam keadaan tak berdaya begitu pun, dia masih memberi semangat pada Oni.
“Semangat, ya Oni. Kirim salam buat TIM 11. Kalian luar biasa. Semoga tercapai apa yang perjuangkan,” katanya.
Oni hanya bisa mengatakan supaya dia sabar. Jangan menyesali apapun yang sudah terjadi. Fokuslah pada yang di depan, apa yang harus diperbuat ke depan. Oni juga memberi semangat pada suaminya Canra Hutapea dan berterimakasih karena dia sudah sabar dalam merawat istrinya dan anaknya. Sebelum meninggalkan rumah itu, kami berdoa dipimpin Pdt. Silaban.
Perjalanan Oni bersama TIM 11 ini sungguh menjadi perjalanan ziarah batin bagi pribadiku. Terimakasih buat Pak Marthin yang sudah mempertemukan Oni dengan perempuan luar biasa itu. Semoga sukacita dan berkat dari Tuhan melingkupi keluarga kecilnya.
Sesudah itu TIM 11 mampir ke Apotik Maranatha Junior milik Pak Marthin. Apotik itu berdampingan dengan swalayan mini. Disitu Oni dan Bumi lihat ada ice cream. “Ambil aja apa yang mau, nggak usah segan, nggak usah dibayar,” kata nyonya rumah dengan ramahnya.
Oni dan Bumi segera ambil es krim satu seorang. Anggota TIM 11 yang lain ada yang ambil odol, sabun, shampo, entah apalah. Tapi kami tetap bayar walau pemiliknya memaksa gratis. Agustina sebagai bendahara membayar semua belanjaan kami. “Itu kan usahanya mereka, kita harus bayar,” kata Ito Togu.
Saat TIM 11 pamit meninggalkan mereka, Mak Marthin masih menyalamkan amplop ke Oni. Katanya buat nambah bekal kami selama di perjalanan. Nggak tahu lagi mau bilang apa. Sudah menyediakan tempat menginap buat kami dua malam, menyediakan makanan-makanan enak, mendatangkan tukang kusuk, memfasilitasi TIM 11 mendapat vaksinasi, kami masih dapat uang saku lagi. Entahlah. Pening awak jadinya memikirkan kek mana nanti membalas dendamnya.
Jalan kaki di mulai dari Tugu Pedang. Kali ini yang turun hanya Togu Simorangkir dan Agustina Pandiangan. Kami yang ber-8 istirahat di mobil, karena kemarin baru divaksin. Menjelang siang, kami mampir di warung Opung Simorangkir untuk istirahat. Wah, baru ketemu dongan tubu Ito Togu nih. Beliau menyiapkan minuman buat kami dan indomi aili.
Lanjut lagi Togu dan Agus berjalan kaki. Kali ini ditemani Pdt. Advent Nadapdap dan Ketua GMKI Jambi. Mereka datang jauh dari kota Jambi bersama tiga kader GMKI lain untuk memberi dukungan pada TIM 11. Sementara Oni, Ewin, Yman Munthe, dan Sihombing bersama Ketua Tim Jevri Manik meninggalkan pejalan kaki, hanya dikawal satu mobil. Kami mencari tempat menginap. Terserah mau hotel atau area yang bagus untuk memasang tenda.
Kami menyusuri jalan 10 kilometer ke depan, ke tempat di mana kira-kira Ito Togu dan Agustina closing jalan kaki. Sepanjang jalan hanya ada 1 hotel yang kami temui. Dan setelah disurvey, menurut Ketua Tim kurang layak bagi kami.
Akhirnya kami telusuri lagi di mana kira-kira lokasi yang cocok untuk buka tenda, karena hari juga sudah pukul 17.00 WIB. Lagi bingung mau cari lokasi itu, Oni sambil nonton siaran live Ito Togu. Oni lihat ada seorang bapak-bapak yang menyetir mobil pick-up penuh muatan berhenti, menyalami Ito Togu. Bapak itu marga Samosir.
Ito Togu mengatakan teman-teman lagi mencari tempat menginap. “Di rumahlah tidur Lae. Tapi itulah, rumah papan dan tidur di tikar,” kata amang itu sambil memberikan uang Rp 50.000 untuk membeli air minum. Kata amang itu, rumahnya tepat satu kilometer lagi dari tempat Ito Togu dan Agustina mau melakukan closing.
Oni kontan teriak ke Ketua TIM 11. “Ngak usah lagi pusing, kita sudah dapat penginapan!”
Lantas mobil kami putar arah. “Tuhan bercandanya aneh, kan?” kata Ito Togu di siaran live-nya. Ya, Tuhan emang kadang menggemaskan. Ia selalu memenuhi kebutuhan kami dengan cara suka-suka-NYA.
Saat mobil mau membelok menuju alamat rumah, 2 orang perempuan menyapa Oni dari balik kaca mobil yang terbuka. “Aku mau kasi bingkisan buat Oni,” katanya malu-malu sambil kasih bungkusan. Ternyata isinya 1 celana training dan 1 blus. Juga ada air mineral.
Ya ampun, sampai segitunya Boru Sitorus itu berhasil menemukan Oni. Kami lalu berfoto bersama, sebelum mereka pergi. Sayang fotonya pake kamera HP-nya, jadi nggak ada yang bisa Oni tampilkan. Oni jadi foto baju pemberiannya saja.
Malam ini kami menginap di rumah keluarga amang JH Samosir/Inang Boru Tanjung, yang berlokasi di antara gereja HKBP dan GKPI Pamenang. Amang Samosir berasal dari Parsoburan, dekat lokasi konflik dengan TPL di Natumingka. Kami dibelikan nasi bungkus untuk makan malam.
Perjalanan TIM 11 AJAKTUTUPTPL ini bagi Oni sungguh menjadi perjalanan spritual. Semakin yakin bahwa dalam hidup ini tidak ada yang “ketepatan”, melainkan “ ketetapan”. Jadi, dimana pun kita menginap, yang penting TUTUP TPL! Oni emang kek gitu orangnya. *