Di Mata Medis Fakta Sembuh Belum Tentu Benar Sembuh

Seide.id -Kita sering rancu memilah mana fakta mana kebenaran. Fakta belum tentu sebuah kebenaran. Dalam kesembuhan penyakit, fakta kesembuhan oleh obat yang belum jelas, belum tentu benar sembuh. Mungkin kebetulan sembuh. Mungkin oleh kekuatan sugesti. Perlu bukti ilmiah untuk memastikan sembuh oleh suatu obat. Dan itu yang dilakukan dunia medis.

Suatu obat baru diterima sebagai obat apabila bisa menyembuhkan semua penyakit yang sama. Kalau suatu obat hanya menyembuhkan sebagian kasus, apalagi kalau hanya beberapa, obat belum terbukti ilmiah (evidance based). Itu yang terjadi pada penyembuhan non-medis atau alternatif, yang buktinya sebatas testimoni. Tertimoni satu-dua sembuh oleh suatu yang mengaku obat, atau cara penyembuhan, ini baru sebagai fakta. Tapi untuk menuju kebenaran medisnya perlu bukti ilmiah.

Demikian yang terjadi di keseharian kita. Kita mudah percaya, dan tidak skeptis terhadap fakta kesembuhan non-medis atau alternatif. Kenyataan ini yang dimanfaatkan pihak pebisnis memasarkan untuk produk kesembuhan non-medis.

Testimoni kesembuhan yang dimanfaatkan pihak pebisnis untuk tujuan promosi, tidaklah sekuat bukti ilmiah. Kita masih menyaksikan lebih 7 stasiun TV yang menyiarkan pengobatan alternatif.

Setahu saya tayangan alternatif sudah dilarang Kemenkes sejak dulu, tapi aneh stasiun TV tetap menyiarkannya sampai hari ini. Tanpa sadar, oleh karena belum terbukti ilmiah, masyarakat konsumennya pihak yang dirugikan. Beberapa sejawat mengatakan ini pembodohan. Sandal berduri diklaim bisa menyembuhkan diabetes, ini pembohongan karena tidak masuk nalar medis. Gelang magnit, bantal magnit, dan sejenis itu lainnya. Semua tidak masuk nalar medis, tapi masyarakat terkecoh terlanjur mejadi konsumennya.

Kalau ada testimoni yang mengaku disembuhkan, itulah baru fakta. Perlu bukti ilmiah, apakah semua pasien dengan kasus yang sama, diberi obat atau cara penyembuhan yang sama, sembuh semua?

Biasanya hanya beberapa yang sembuh saja yang bercerita ke mana-mana, dan ini menjadi promosi. Sedang yang tidak sembuh, galibnya diam saja, memberi kesan kepada publik seolah benar terbukti menyembuhkan.

Terapi medis, sudah terbukti ilmiah. Obat yang sama menyembuhkan semua kasus penyakit yang sama tanpa terkecuali. Selain sembuh, sudah terbukti ilmiah, obat aman bagi tubuh. Tidak demikian halnya yang alternatif.

Penyembuhan alternatif, hanya mengutamakan asal sembuh, tak soal apakah aman tidaknya bagi tubuh. Obat medis baru diterima untuk dipakai, bila selain terbukti ilmiah betul berkhasiat, obat juga terbukti aman bagi tubuh, Bila hanya berkhasiat tapi tidak aman, obat batal dipasarkan.

Obat non-medis, cenderung tidak memperhatikan efek amannya bagi tubuh, Misal, obat herbal Cina, yang mercampur racikan jahe hutan, aristochiaciaea, yang betul punya khasiat, namun bersifat mencetuskan kanker, selain merusak ginjal dan hati, maka tidak aman dan tidak boleh dipasarkan. Herbal Ma Huang salah satunya, di beberapa negara ditarik dari peredaran, karena alasan tidak aman. Bukti bahwa bukan karena dari bahan alam, maka pasti aman.

Apalagi memakai alat-alat yang menggunakan listrik, dan materi fisika lainnya, perlu sudah mendapat restu dari pihak berwenang, yaitu BPOM, atau Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS, FDA, apakah benar berkhasiat, dan aman.

Dulu ada kursi mangnit yang mengklaim bisa menyembuhkan penyakit apa saja. Harganya tidak murah sekitar Rp 40 juta. Belakangan terbukti bohong, karena mengecewakan yang sudah membelinya. Belum terpikir berapa efek buruk materi fisika terhadap tubuh bila ada unsur magnit, atau listrik, atau materi fisika lain yang mengenai dan memasuki tubuh, oleh karena tubuh sendiri punya listrik (bioelectric).

Maka pilih pengobatan yang sudah nyata ada bukti ilimiahnya. Selama ada pilihan medis yang sudah terbukti, kenapa memilih yang belum jelas.

Kerugian konsumen selain kehilangan uang karena tidak menyembuhkan, penyakit berisiko bertambah parah seiring berjalannya waktu. Pasien kanker payudara stadium awal, misalya, yang mestinya mudah disembuhkan oleh medis, tapi menjadi korban gagal sembuh, bahkan bisa kehilangan nyawa akibat memilih terapi non-medis yang tidak jelas, setelah sekian waktu, stadium kankernya sudah terminal dan pihak medis sudah angkat tangan. Kalau saja langsung berobat medis, pasien sudah sembuh sejak awal.

Tidak ada yang mudah dan sederhana dalam pengobatan. Jadi percaya saja pada yang sudah jelas, bukan sekadar fakta kesembuhan, melainkan percaya kepada kebenaran ilmiahnya.

Makin mengklaim bisa menyembuhkan penyakit apa saja, makin besar bohongnya. Tak mungkin satu obat atau satu cara penyembuhan bisa untuk semua penyakit, karena setiap penyakit punya mekanisme sendiri-sendiri.

Dunia kedokteran bukan tidak menerima terapi dan penyembuhan (healing) alternatif. Namun tidak semua yang alternatif masuk nalar medis, dan tidak bisa diterima sebagai pendamping pengobatan medis.

WHO memiliki daftar CAM, complementary alternative medicine, sebut akupunktur, akupresur, homeopathy, chiropractic, dan beberapa lainnya, namun bukan semua yang menamakan diri alternatif, diterima dunia medis.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Ikuti : Perlu Skeptis Terhadap Kesaksian Sembuh