Dicukupi dari Menulis

Seide.id “Serius, kau memenuhi kebutuhan keluarga dari hasil menulis?” tanya JK sambil melotot, karena tidak percaya.

“Yang benar, dampak dari hobi menulis,” jelas saya santai.

“Maksudmu?” JK mengernyitkan dahi. Mungkin, saking penasaran, karena ingin tahu.

Saya tersenyum, mencoba untuk memahami ketidakpercayaannya itu.

Sejak media cetak tumbang, diganti media online, honorarium tulisan itu minim, bahkan banyak media yang tidak memberi honorarium pada penulis.

Berbeda dengan saya, menulis itu sekadar hobi untuk menyalurkan ide gagasan, pengalaman, proses kreatif, maupun peristiwa keseharian itu ke dalam karya dan karsa tulisan.

Jika banyak penulis mengikuti tren dan selera pembaca, saya menulis sekadar untuk berbagi. Menulis sebagai pujian dan ucapan syukur saya kepada Allah.

Saya menulis tidak untuk mencari sensasi, berpolemik, atau menebar kebencian, sara, dan hal negatif lainnya. Tapi saya menulis untuk belajar menata hidup sendiri.

Alasannya, bukan saya tidak peduli untuk membela yang dianiaya, difitnah, atau didholimi itu dengan menulis di medsos. Lebih baik saya berdoa agar mereka yang dianiaya itu tabah dan sabar. Sedang bagi yang senang menghakimi itu dicerahkan hatinya oleh Allah, dan sadar diri.

Sesungguhnya, disadari dan diakui, atau tidak, konflik dan polemik itu muncul dari pikiran sendiri. Ketika kita membaca suatu tulisan yang tendensius, menghakimi, menghina, dan penuh kebencian itu, lebih baik, jika kita tidak langsung reaktif untuk berkomentar, menyanggah, atau membalasnya. Tapi kita berpikir jenih dalam kebeningan hati. Untuk melihat akar masalah dan kebenarannya, lalu menulis hal baik dan positif, tanpa harus membalas dan ganti menghakimi.

Begitu pula yang saya lakukan dalam keseharian. Dengan menata hidup ini, saya lalu membagikan ke dalam tulisan. “Semangat menginjili tanpa kotbah, tapi dengan tindakan kasih lewat tulisan dan karya nyata.”

Hasilnya adalah pikiran dan hati ini makin nyaman, tenang, dan damai. Perubahan perilaku hidup yang makin baik ini membuat saya mampu menjalani rutinitas ini secara maksimal dan produktif.

Hasilnya yang lain adalah usaha dagang saya mulai menggeliat lagi. Pandemi panjang memang sangat berdampak bagi seluruh sektor usaha. Tapi dengan menata pikiran dan hati ini, membuat saya jeli untuk melakukan terobosan di bidang usaha, dan puji Tuhan, hasilnya tampak nyata.

Kini, di setiap ada waktu luang saya manfaatkan untuk berbagi hal baik dan positif dengan menulis di sosmed, berbagi trik bisnis bagi mereka yang ke toko, dan karya kasih yang lain.

Jadi, jika JK bertanya, apakah dari menulis itu saya mampu memenuhi kebutuhan keluarga?

Saya menjawab dengan optimistis, “Ya!” Karena rezeki yang lain itu juga saya peroleh lewat pemasaran online dan saya mempunyai banyak teman baru yang miliki semangat juang tinggi. Bahkan dengan berbagi hal baik dan positif itu lebih bernilai, dibandingkan dengan materi.

Selalu optimistis, sesungguhnya hidup ini harus selalu diperbarui agar jadi baik, dan makin baik lagi.

Mas Redjo /Red-Joss

Keledai Terperosok di Lubang Yang Sama

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang