Lakon ‘Ontran Ontran ing Keraton Mataram’

Paku Buwono XIII di Singgasana

Konflik internal terjadi setelah Sri Susuhunan Paku Buwana XII mangkat pada 12 Juni 2004 lalu. Kala itu Sang Raja yang tak memiliki permaisuri tidak menunjuk putra mahkota. Akibatnya anak keterunan PB XII saling klaim sebagai pewaris tahta. Dua kubu saling mendeklarasikan diri sebagai raja Keraton Surakarta. Konflik di antara keluarga keraton terus berlangsung hingga kini.

Oleh DIMAS SUPRIYANTO

DALAM pertunjukan seni ketoprak, kerap dimainkan lakon bertajuk ‘Ontran ontran’. Di antaranya, lakon ‘Ontran Ontran Mataram’,  ‘Ontran Ontran Banyuwangi’, ‘Ontran Ontran Trenggalek’, dan ‘Ontran Ontran Cirebon’.  ‘Ontran ontran’ artinya gegeran, kehebohan, kerusuhan, gejolak  politik yang diakibatkan memanasnya suhu elite terkait perebutan kekuasaan, baik di kadipaten (kabupaten) atau keraton (pusat kerajaan).

Dalam kehidupan nyata, di luar panggung ketoprak,  telah terjadi ‘ontran ontran’ pekan ini,  di Keraton Surakarta Hadiningrat. Penobatan Sri Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi selaku pewaris dan penerus Sri Paku Buwono XII – sebagai penerus Dinasti Mataram – pemberian gelar Gusti Kanjeng Ratu pada permaisuri  serta penobatan KGPH Purbaya sebagai Putra Mahkota – yang kelak akan menjadi Paku Buwono XIV –  menimbulkan konflik baru di antara adik adik, bibi dan ponakan raja,  yang merasa lebih berhak dan menentukan.

Konflik dan ‘ontran ontran’ terjadi setelah Sri Susuhunan Paku Buwana XII mangkat pada 12 Juni 2004. Kala itu Sang Raja yang tak memiliki permaisuri tidak menunjuk putra mahkota. Akibatnya anak keterunan PB XII saling klaim sebagai pewaris tahta. Dua kubu saling mendeklarasikan diri sebagai raja Keraton Surakarta.

Mereka adalah Hangabehi, putra ke dua  dan Tedjowulan, putra ke 15. Hangabehi yang merupakan putra tertua dari selir ketiga PB XII mendeklarasikan diri sebagai PB XIII pada 31 Agustus 2004, dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS) .

Sedangkan Pangeran Tedjowulan, mengukuhkan diri sebagai Paku Buwono XIII pada 9 November 2004, dengan gelar  Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunagara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram. Saat itu Tedjowulan masih aktif sebagai anggota TNI berpangkat Letkol (Inf).

Sejak saat itu, sampai delapan tahun berikutnya, Keraton Surakarta Hadiningrat mulai memiliki dua raja alias raja kembar.

Konflik kakak beradik itu akhirnya didamaikan oleh BRA Moeryati Soedibjo, cucu Sri Susuhunan Paku Buwono X – yang juga pendiri Mustika Ratu bersama sama Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo di Jakarta, tahun 24 Mei 2012 lalu,  dengan pengangkatan Pangeran Tedjowulan sebagai Mahapatih.

Panembahan Agung Tedjowulan akhirnya kembali masuk ke keraton setelah delapan tahun berada di luar keraton.  Tedjowulan bersedia melepas gelar raja dan selanjutnya bergabung dengan kakaknya, Paku Buwono XIII (Hangabehi) sebagai Mahamenteri/Mahapatih dan mendapat gelar Kangjeng Gusti Pangeran Harya Panembahan Agung (KGPHPA).

Meski demikian – acara penobatan Pangeran Tejowulan mendapat pertentangan dari adik beda ibu, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari alias Gusti Moeng, pada 26 Agustus 2013.

Gusti Moeng adalah putri dari Sri Susuhunan Paku Bowono XII (Raden Mas Suryo Guritno), dari Kanjeng Raden Ayu (KRA) Pradapaningrum.              Sedangkan Pangeran Tedjo Wulan merupakan putra Paku Buwono XII dari pernikahannya dengan KRA Retnodiningrum.

Sri Susuhunan Paku Buwono XII (Raden Mas Suryo Guritno),  ayahanda dari Paku Buwono XIII  (Gusti Raden Mas Suryo Partono) memiliki 25 anak dari enam isteri.

GKR Wandansari yang terlahir dengan nama Gusti Raden Ayu (GRAy) Koes Murtiyah dan beberapa kerabat keraton – yang tergabung di Lembaga Dewan Adat (LDA) – memaksa masuk ke dalam Sasana Putra di kawasan Keraton Surakarta dan membuat kekacauan dengan membubarkan secara paksa acara ‘halal bihalal’ sekaligus pengukuhan Tejowulan sebagai Mahamenteri yang diadakan oleh Pakubuwana XIII.

Lembaga Dewan Adat yang diketuai oleh GKR Wandansari, didukung oleh GKRAy Koes Moertiyah, GKR Retno Dumilah, GKR Indriyah serta putri PB XIII, GKR Timur Rumbai Kusumadewayanti dan lainnya.

Di luar kraton, Gusti Moeng pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009–2014 dari Partai Demokrat. Di Komisi II yang menangani Pemerintahan daerah di Indonesia, otonomi daerah, Kementerian Dalam Negeri Indonesia, Badan Pertanahan Nasional dan Komisi Pemilihan Umum.  Sebelumnya, Ia adalah Anggota DPR RI periode 1999-2004 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Sedangkan Pangeran Tedjowulan pernah menjabat Komandan Yonif 407/Padma Kusuma pada tahun 1995–1997 dan pensiun sebagai Kolonel Infanteri. Dia lulusan  Akademi Militer di Magelang pada tahun 1984.

Dari kiri: Mahapatih Tedjowulan, Pangeran Purbaya, dan GKR Wandansari alias Gusti Moeng.

BABAK terbaru –  pekan ini, pengangkatan putra mahkota Gusti Raden Mas (GRM) Suryo Aryo Mustiko atau Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Purbaya  yang baru berusia 20 tahun, dan masih kuliah di Undip Semarang,  di Sasana Sewaka pada Minggu (27/2/2022) lalu ditentang. Lagi lagi oleh  Lembaga Dewan Adat, yang diketuai Gusti Moeng alias Gusti Kanjeng Ratu  Wandansari.

Di LDA,  Gusti Moeng mendapat dukungan dari GKR Koes Indriyah, GKR Koes Moertiyah, dan KGPH Puger

Menurut Gusti Moeng, GRM SuryoMoestiko tidak berhak jadi Putra Mahkota Keraton Surakarta karena lahir dari isteri yang saat dinikahi bukan seorang perawan.

KGPH Purbaya,  sang putra mahkota yang akan menjadi Paku Buwono IV, merupakan putra tunggal dari Asih Winarni, salah satu istri PB XIII Hangabehi.  Bersamaan dengan penobatan Putra Mahkota KGPH Purbaya, Ibundanya juga mendapat gelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Paku Buwono XIII.  Pengukuhan dilakukan saat acara Tingalan Dalem Jumenengan atau peringatan naik tahta PB XIII yang ke-18.

Gusti Kanjeng Ratu  Wandansari alias Gusti Moeng, kejadian di Keraton Kasunanan tidak terjadi di Pura Mangkunegaran, sebagai sesama penerus Dinasti Mataram Islam.

Gusti Moeng meminta Gusti Pangeran Haryo (GPH) Paundra Jiwa Suryanegara yang tertua di Pura Mangkunegara menjaga adik adiknya, demi kelangsungan Pura Mangkunegaran.   Paundra Suryanegara – yang pernah populer sebagai pemain sinetron dan bintang iklan – merupakan putra sulung dari dua bersaudara pasangan G.P.H Sujiwokusumo dengan Sukmawati Soekarnoputri, putri Presiden RI Soekarno.

Dari pihak seberang, Pengageng Sasana Wilapa, Kanjeng Raden Arya (KRA) Dani Nur Adiningrat menyebut bahwa pembicaraan lebih lanjut perdamaian dan pengembangan keraton Surakarta bisa dilakukan asalkan para penentang kedudukan Si Susuhunan Paku Buwono XIII mengajukan pengampunan dan diampuni oleh Sinuwun. 

Gusti Moeng mengeluh dia sulit berkomunikasi dengan Sang Raja, notabene kakak kandungnya sendiri.  Gusti Moeng menuding, Sri Susuhunan Paku Buwono XIII (Hangabehi) dibentengi dan dimanfaatkan oleh orang orang sekitarnya.

Hampir dipastikan “Ontran ontran ing Keraton Mataram”  di antara anak cucu pewaris dan penerus Dinasti Mataram akan terus berlanjut.

Selamat Menonton! ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.