Dugem, Narkoba, Skandal ‘LV’ dan Matinya Hati Nurani

Masalah skandal Louis Vuitton di Kota Tangerang berkembang, bukan hanya merk LV asli tidak menjual bahan pakaian, melainkan juga harga pengadaan Rp 675 juta yang memenangi tender, sudah termasuk jahit. Sedangkan di laman resmi Kota Tangerang disebutkan ada uang jahit Rp.600 juta, sehingga total anggaran 1,2 miliar . Foto kain sprei ala Louis Vuitton di dijual di dunia toko online.

Oleh DIMAS SUPRIYANTO

TERTANGKAPNYA lima anggota DPRD di Labura, Sumatera Utara  saat razia narkoba dan terkuaknya skandal seragam merk Louis Vuitton (LV alias ‘el-vi’) untuk 50 anggota DPRD Kota Tangerang, mengundang banyak kecaman dan komentar, namun ada satu pernyataan yang menjadi garis merahnya : Matinya hati nurani! 

Pandemi Corona Covid 19 sudah melalui setahun, terjadi pembatasan di mana-mana, banyak usaha tutup, bisnis hancur, rakyat kehilangan pekerjaan, tak ada penghasilan dan bertahan hidup. Kemiskinan meningkat. Tapi ada saja oknum yang mencari peluang untuk bermegah megah dan menguras duit negara.

Pekan lalu, lima orang anggota dewan dari Labuhanbatu Utara (Labura) terjaring razia polisi saat dugem di sebuah hotel di Kisaran, Sabtu, (7/8/2021) dini hari.   Lima anggota DPRD Labuhanbatu Utara dinyatakan positif narkoba setelah terjaring razia di karaoke di Asahan.

Kelimanya berada dalam satu ruangan bersama delapan wanita pemandu lagu atau ladies companion (LC). “Iya diamankan satu lokasi mereka satu ruangan begitu,” kata Kasat Narkoba Polres Asahan AKP Nasri Ginting, saat dimintai konfirmasi, Senin (9/8/2021). Lima anggota dewan itu ditahan bersama belasan orang lainnya yang ikut terjaring razia.

Kasat Narkoba Polres Asahan AKP Nasri Ginting mengatakan, ada 17 orang yang diamankan. “Laporan dari anggota saya, ada lima orang anggota DPRD,” ujar Nasri di depan kantor Sat Res Narkoba. Berdasarkan informasi diperoleh, ke lima anggota DPRD itu yakni JS dan PG  (Hanura), MA B  (PPP), KAP  (Golkar) serta GK (PAN). Dari pihak partai masing masing sudah menegaskan akan sanksi kepada yang bersangkutan. Bahkan memecat mereka.

Maka, benarlah kata penyinyir itu, dunia bisnis dan politik memang tak jauh dari tipu menipu. Setelah menipu dan mengakali rakyat pemilih, alih alih berjuang untuk rakyat malah dugem dan konsumsi narkoba. Mereka membuat pencitraan dengan busana merk wah, supaya terkesan berwibawa menyembunyikan kinerja mereka yang amburadul.

Setelah skandal Louis Vuitton di Kota Tengerang terbongkar,  terungkap aksi tipu tipu di antara mereka dan saling lempar tanggung-jawab satu dengan yang lain. Ketua Dewan mengaku tidak tahu menahu, pihak pengusaha menyatakan merk itu permintaan anggota dewan sendiri.

Muka Buruh dan Petani

Teringat pernyataan Pak H. Rosihan Anwar, tokoh pers, mahaguru jurnalistik bagi wartawan Indonesia. Dia punya ungkapan menohok untuk orang orang kampung yang memaksakan diri menjadi orang modern, semata mata karena punya uang dan kedudukan: “Muka petani pakai dasi!”.

Jika melihat wajah wajah para politisi terpilih, mereka wajah wajah agraris, dari kaum petani. Tidak masalah, sebenarnya. Mereka tokh juga (seharusnya) mewakili dan menyuarakan hati nurani kaum petani. Sehingga tak ada kemendesakan untuk tampi “wah” – sok sokan seperti orang kaya. Warga elite.

Jas beskap bernuansa tradisi daerah, malah lebih mengundang simpati, karena mempertahankan kebudayaan dan identitas bangsa, ketimbang sok berLouis Vuitton-ria, padahal wajah mereka, wajah buruh dan petani.

Lebih memalukan, ternyata merk Louiss Vuitton yang ditawarkan merk abal abal, karena merk fashion papan atas dari Prancis itu, tidak menjual bahan meteran. Di laman pengecer online banyak ditawarkan bahan ‘LV’ meteran dan murah, teriak netizen. Sprei LV juga ada.  Kalau mau beli langsung di Mangga Dua dan Tanah Abang tersedia, katanya

Louiss Vuitton selama ini lebih dikenal menjual tas wanita dan perhiasan, untuk para wanita. “LV tidak pernah ada segmen bisnis untuk penjualan fabric material or uniform (bahan kain atau seragam),” kata Eunike Santosa, communication manager Louis Vuitton Indonesia pada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Selasa (10/8).

Tapi sementara itu, politisi wakil rakyat mengaku tertipu, bukan karena KW-nya, melainkan karena merk itu tak pernah disebut. Ketika menjadi viral, mereka merasa dipermalukan. Saling menyalahkan di antara petinggi DPRD dan Sekwan, dan entah siapa yang memberi proyek.

Rp. 675 Termasuk jahit.

Sedangkan dari perusahaan yang menang tender, tak mau rugi. Mereka mengajukan tuntutan, karena sudah tanda tangan kontrak. Alias tak bisa batal. Bahkan perusahaan (CV) yang memenangi tender pengadaan baju dinas DPRD Kota Tangerang bakal mengajukan gugatan kepada Pemkot Tangerang terkait pembatalan kerja sama. Pihak CV juga menjelaskan soal pakaian yang disebut-sebut berbahan merek ternama Louis Vuitton.

Kuasa Hukum CV Adhi Prima Sentosa, Yanto Irianto, selaku pemenang tender pengadaan bahan sekelas Louis Vuitton (LV) bakal menggugat Pemkot Tangerang, terkait pembatalan sepihak yang dinyatakan Ketua DPRD Kota Tangerang, Gatot Wibowo pada konferensi pers,  Selasa (10/8).

Yanto Irianto memberikan keterangan baru, yang menyebutkan anggaran pengadaan seragam DPRD berbahan mewah sekelas LV senilai Rp675 juta itu untuk biaya pengadaan bahan dan penjahitan.

Hal tersebut jauh berbeda dengan informasi lelang yang tayang di laman website www.lpse.tangerangkota.go.id, yang menyebutkan kalau anggaran senilai Rp675 juta itu untuk pengadaan bahan. Sementara ongkos jasa penjahitan seragam senilai Rp600 juta.

“Termasuk (ongkos jahit) itu kan lima stel. Satu orang kan lima stel. Jatuhnya satu orang Rp5 juta dengan lima stel. Bagian harian, bagian safari dan segala macam,” terang Kuasa Hukum CV Adhi Prima Sentosa Yanto Irianto dikonfirmasi, Kamis (12/8).

Dia malah mengaku tidak paham, dengan besaran anggaran Rp 600 juta, yang dialokasikan untuk biaya jasa penjahitan seragam DPRD tersebut.

“(Ongkos jahit Rp600 juta) saya nggak paham, yang jelas saya ikut tender dengan nilai yang tadi disampaikan (Rp675 juta),” ucapnya, kepada awak media.

Dia juga memastikan, kalau perusahaan yang dia bela saat ini adalah perusahaan resmi yang kerap mengikuti tender serupa di sejumlah instansi pemerintah di berbagai kota lainnya. Dia membantah, dugaan alamat CV Adhi Prima Sentosa yang berdomisili di Cirebon, Jawa Barat itu fiktif.

“Alamat betul, alamat rumah saya. saya selaku kuasa hukum. tidak mengada-ada. betul semua alamatnya,” terang Yanto.

“Kami akan gugat pihak pemda Kota Tangerang. Kami sudah dirugikan. Karena secara profesional perusahaan kami lengkap, workshop-nya ada. Dan seragam kami sudah dikenal. Kami akan tuntut,” kata Staf Legal perusahaan itu,  Rabu (11/8). ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.