Bajing di sebuah taman di Tokyo, Jepang . Karena ulah dan hobinya menggeragot buah itu maka para petani, pekebun buah khususnya, amat sangat sebal dengan bajing. dan dimana-mana si bajing pun diburu buat ditumpas habis, dimusnahkan sebagaimana hewan atau satwa liar lainnya yang dianggap sebagai hama. Foto : Dok Heryus Saputro Samhudi 2007
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
Seide.id 05/08/2023 – Lupakan sejenak makian Rocky Gerung (RG) yang tak pantas pada presiden. Biar penegak hukum yang membereskannya. Artikel ringan berikut ini sekadar ingin mengungkap apa dan bagaimana makian “Bajingan…!” dilontarkan orang-orang. Orang Jawa khususnya.
Apa hubungannya dengan bajing yang sering dianggap tupai? Jika bajing identik dengan tupai, kenapa yang terucap “Bajingan…!” bukan “Tupaian…!”?
Sekilas, bajing memang mirip tupai. Bahkan di masa lalu, para ahli biologi pun pernah menganggap bajing dan tupai sebagai satu kerabat, sampai kemudian didapat hasil riset yang lebih teliti, hingga akhirnya kini para ahli sama sepakat bahwa bajing (yang termasuk golongan keluarga Scuiridae) jauh berbeda dengan tupai yang termasuk dalam garis keluarga Tupaiidae,
Kebiasaan makan keduanya pun berbeda. Bajing misalnya, diketahui amat hobi makan buah-buahan (semisal anggur, durian, kelapa, mangga, papaya dan lainnya), sementara tupai lebih suka mencaplok serangga. Memang, dalam situasi tertentu, kadang tupai juga memakan buah dan bajing memakan serangga. Tapi dalam keseharian tupai itu pemakan serangga, dan bajing pemakan buah dan biji-bijian.
Yang menyebalkan, bajing tak pernah utuh memakan sebutir buah. Di kebun kelapa atau durian menjelang panen misalnya, bajing sang pengerat sering hanya menggerogoti atau melubangi kulit buah dengan tajam giginya, untuk kemudian pindah menggerogoti atau melubangi buah-buah menjelang masak lainnya, hingga buah satu pohon rusak semua dan petani gagal panen.
Karena ulah dan hobinya menggeragot buah itu maka para petani, pekebun buah khususnya, amat sangat sebal dengan bajing. dan dimana-mana si bajing pun diburu buat ditumpas habis, dimusnahkan sebagaimana hewan atau satwa liar lainnya yang dianggap sebagai hama. Berburu bajing dengan ketapel ataupun sumpitan, belakangan malah dengan senapan angin, lumrah terjadi dimana-mana.
Celakanya, bajing sama serupa dengan tupai. Pemanjat dahan dan ranting pohon yang lincah dan andal, pelari cepat dan nyaris tak pernah jatuh, karena sama punya ekor panjang melambai yang memungkinkan bajing (ataupun tupai) melakukan loncat indah dan akrobatik dari cecabang pohon ke tanah. Awam tak peduli bahwa mulut tupai lebih monyong, runcing, ketimbang mulut bajing yang dempak.
Karena kesamaan fisik itu maka di tiap perburuan bajing, yang terpelanting jatuh dan dan tergeletak mati (terhantam kerikil ketapel, passer buluh sumpitan, ataupun cis/peluru timah senapan angin) tak cuma bajing yang memang kerap bikin masalah terhadap hasil kebun petani, tetapi juga para tupai penggemar serangga yang justru berjasa menumpas hama serangga di kebun. Sedih. Ironis.
Tapi, lepas dari soal tupai yang ikut jadi korban, karena serupa bajing yang gemar merusak buah pekebun itu, maka lahir sumpah-serapah atau makian “Bajingan…!” yang ditujukan pada orang-seorang yang berperilaku seperti bajing (bukan tupai). Pencuri, pengganggu, perusuh, hama yang harus ditumpas. Dan satu hal, ungkapan “Bajingan…!” akan selalu diungkap seseorang dengan nada marah, berteriak.
Dalam kehidupan nyata di jalanan kota di Indonesia, makian “Bajingan…!” sebagai ungkapan perilaku seseorang yang jahat, tukang curi yang kabur jika ketahuan, kian dipertegas dengan hadirnya ‘bajing lonjat’. Istilah ini lahir di Jakarta, dipopulerkan pertama kali oleh Surat Kabar POS KOTA, untuk menyebut penjahat yang biasa mencuri isi muatan truk barang yang tengah melaju di kepadatan jalan raya.
“Bajingan…! Muatan truk digondol Bajing Loncat…!” kata sopir truk saat melapor di pos polisi. Saat kejadian, sopir memang tak bisa berbuat banyak, karena truk harus terus melaju, tak boleh berhenti yang hanya bikin macet jalanan. Memanfaatkan situasi itu, si penjahat meloncat naik ke bak truk, ambil barang, dan balik meloncat turun seperti bajing bersama barang curiannya, dan menghilang di keramaian kota.
Nah, pantaskah Jokowo, Presiden Kita, dipadankan dengan bajing atau ‘bajing loncat’ yang gemar mencuri barang bukan miliknya, dan lantas dicaci-maki sebagai “Bajingan…!”? ***
SEIDE 05/08/2023 PK 18:12 wib