Cerita ini, kisah itu, bertebaran foto terpampang senyalang mata memandang dan gesitnya jari jemari berselancar. Terkadang tersenyum, bahkan meledak terbahak sendirian. Tak perduli secangkir teh di meja yang terhidang sedari tadi telah mendingin.
Tak ingin menganggu, aku memandang sekitar. Dan, semua sama saja. Hal yang tak berbeda terjadi di sana-sini. Orang-orang berada di satu meja. Menyantap makanan dan mengunyah dengan cepat. Namun saling membisu, sibuk dengan benda di genggaman tangan masing-masing.
Tidak sabar, sengaja aku menjatuhkan sendok dan garpu hingga jatuh menimbulkan berdenting-denting bebunyian tak berirama.
Nah! Barulah mereka berdua memandangku sembari saling melotot berteriak, “Lihat anakmu… minum susu sampai belepotan begitu! Makanan berhamburan, sendok garpu jatuh…?”
Opss! Siapa suruh main hape melulu… bener,’kan, ituuu namanya HP? Maklum, aku cuma balita yang kerap di sodori si HP itu pula. Tetapi, kubanting saja dia karena sebal telah menyihir orangtuaku menjadi robot yang lebih mahir ngobrol di ruang kelana ketimbang bermain dengan anak mereka sendiri !
Aku menyeringai, membiarkan tetes-tetes susu belepotan di mulutku. Kedua tanganku erat menggenggam biskuit yang mendadak ku remet sampai remuk. Jengkel!
Habis, perempuan yang kupanggil “Mom” itu kembali tak peduli. Dan, lelaki yang kusebut “Dad” juga … lagi-lagi asyik memelototi si HP . Menoleh, bahkan tersenyum pun tidak kepadaku? Apa yang bisa kulakukan selain akhirnya hanya bisa menangis sekencang- kencangnya?
Whoaa, whoaaa, whoaaaa!
- Effi S Hidayat