HUT Kemerdekaan RI di Dunia Penuh Anomali dan Disrupsi

Oleh DIMAS SUPRIYANTO

HARI INI genap 76 tahun bangsa Indonesia dimerdekakan. Bapak bapak pendiri republik, khususnya bapak Soekarno – Hatta – memperjuangkannya dengan darah keringat dan airmata. Kita melanjutkan jerih payah mereka dengan mengisinya.  

Bung Karno pernah berkata, “perjuanganku lebih mudah karena melawan bangsa asing. Perjuangan kalian akan sulit karena melawan bangsa sendiri.”  Di masa lalu, di masa kemarin, dan saat ini, itulah terjadi. Kita sibuk menghadapi perlawanan bangsa sendiri yang kecewa, tersisih, merasa terabaikan, dan nafsu untuk terus berkuasa.  Memanfaatkan masa pandemi.

Memang sedang ada anomali.  Bersamaan dengan itu, ada anomali sedang berlangsung di seluruh dunia. Guncangan yang mengubah tata kehidupan.

Menurut Wikipedia, anomali adalah penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain tidak seperti biasanya. Anomali juga sering di sebut sebagai suatu kejadian yang tidak bisa diperkirakan sehingga sesuatu yang terjadi akan berubah-ubah dari kejadian biasanya.

Tapi jika merunut pada Prof. Dr. Reinald Kasali, kita sedang berada pada era disrupsi yakni era terjadinya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh adanya inovasi yang mengubah sistem dan tatanan bisnis ke taraf yang lebih baru.

Maka kita bisa menyebutnya anomali sekaligus disrupsi, yang mengakibatkan banyak tatanan dalam peradaban dan kebudayaan berubah . Bahkan terbalik. Dan dengan pahit dan jiwa besar kita harus menghadapinya.

Inilah kenyataan hari ini yang menjadi anomali dan disrupsi itu :

Begitu banyak manusia, namun makin sedikit rasa kemanusiaan.

Penemuan obat obatan makin lengkap dan canggih, tapi manusia manusia yang nampak sehat juga rentan menghadapi bermacam penyakit.

Semakin banyak rumah besar dan megah, tapi anggota keluarga makin mengecil. Kita lebih mudah mengakses pendidikan, tapi bukan akal sehat.

Anggaran pertahanan mencapai triliunan, pelatihan militer canggih dilakukan untuk semua angkatan bersenjata. Namun tak berdaya ketika mendapati musuh yang mematikan dari makhluk yang tak nampak, bernama virus!

Harga jam tangan semakin mahal saja, demikian juga waktu. Tapi banyak orang menyia nyiakannya. Padahal, jam tangan yang hilang bisa kembali atau terbeli lagi. Sedangkan waktu yang terbuang tidak kembali

Pemasukan uang makin banyak, tapi pikiran tetap tak tenang. Kecerdasan warga rata rata meningkat, tapi emosi juga meninggi. Mudah hilang sabar.

Manusia sudah mencapai perjalanan ke bulan, tapi tetangga yang dikenal makin sedikit bahkan berkurang.

Pengetahuan makin lengkap, tapi minim kebajikan.  Ada banyak perselingkuhan, sangat sedikit cinta sejati. Begitu banyak teman di media sosial, tapi sedikit dalam dunia nyata.

Sebagai sesama ciptaan tuhan dan bernyawa, binatang tidak banyak memakan dari yang tersedia di bumi. Manusia lah yang cerdas dan bijak bestari – yang menggali dan merusak serta menciptakan polusi di atasnya.

Seorang ibu bisa mengasuh sembilan anak. Namun sembilan anak yang menjadi manusia dewasa, belum tentu, merawat dan peduli serta menjaga seorang ibu. 

Beberapa keluarga mendapat penghormatan justru setelah meninggal. Semasa hidup diabaikan.

Kematian kini menjadi berita harian, namun moment itu hanya menjadi bahan untuk sharing ke sesama rekan di dunia maya.  Kita makin banyak teman di dunia maya, tapi sedikit dalam dunia nyata.  

Internet saat ini seperti oksigen, seperti udara pagi,  yang menyegarkan kehidupan. Konektifitas dengan dunia maya menjadi keharusan. Tanpanya hidup menjadi hampa.

Manusia di dunia saat ini benar-benar sangat sibuk menyembunyikan wajah aslinya, sementara sisi lain sibuk melepas topeng lainnya – “Humans in today world are really very bussy in hiding there real face, while the other hand is busy in removing the others mask, “ begitu pesan yang saya terima di WA Grup teman, kemarin.

Itulah yang terjadi di tengah kehidupan manusia pada bad 21 di tahun 2021 ini. Sedikit upaya untuk saling membantu satu dengan yang lain. 

Kenyataan yang sangat menyakitkan untuk dirasakan untuk diterima.  

KEBAJIKAN yang kami sebut di atas itu merupakan kelanjutan dari ujaran yang sudah ramai disampaikan orang kaya. Dulu mati matian mengejar harta sampai lupa kesehatan. Setelah harta terkumpul akhirnya dihabiskan untuk mengembalikan kesehatan.  

Kita menjadi sejarah peradaban, ketika  compac disk menghapus kaset,  internet mematikan perpustakaan, mesin mencari menyisihkan kamus, Wikipedia menamatkan ensiklopedia, telepon pintar menjauhkan kantor Pos, SMS menggantikan surat menyurat, Youtube menyingkirkan DVD,  Whatsapp menghapus BBM,  Bluetooth memnfrared,  Xender mematikan bluetooth,  android mengalahkan Windows, email menggantikan, peradaban mengikis budaya, komputer menggantikan mesin tik, dan UANG membunuh kemanusiaan. Dan yang sedang in zoom menggantikan kontak fisik.

Jack Ma, manusia ajaib dari Tiongkok,  konglomerat Alibaba.com, menyatakan, cepat atau lambat, kecerdasan manusia akan digantikan dan diambil alih oleh robot, oleh perangkat pintar. Oleh mesin. Maka yang tersisa pada diri tiap manusia adalah hati, kebajikan, dan kearifan. Karena robot tak punya hati. Dan juga pada diri manusia tersisa  Imajinasi. Karena robot juga tidak berimajinasi. Dia diprogram. Kerja berdasar rancangan.

Dia,  Jack Ma, menyatakan itu saat merespon kemajuan digital dan kecerdasan buatan (AI) yang kian mengglobal.

Ingatlah bahwa kemerdekaan republik yang kita nikmati diperjuangkan oleh bapak bapak pendahulu dengan pengorbanan jiwa raga dan nyawa. Kita tinggal mengisi dan mensejahterakannya untuk anak cucu kita.

Salam HUT Kemerdekaan RI ke 76.

Merdeka! Merdeka! Merdeka !  ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.