Insting

Seide.id – Manusia banyak sekali meniru hewan ketika membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang membuat nyaman. Tapi, alih-alih mengakui kehebatan hewan-hewan itu, manusia justru cenderung ‘malu’ mengatakan bahwa itu karena kecerdasan atau karena hewan ‘menggunakan’ otaknya. Atas sesuatu yang dibuat atau dilakukan oleh hewan, manusia mengatakan itu adalah karena insting, bukan karena otak. Insting, artinya lebih kepada: naluri. Naluri cenderung berarti: reflec atau spontan. Baik insting, spontan atau naluri, kita pungut dari bahasa asing.

Dari beberapa ‘karya’ hewan yang ditiru manusia, atara lain:

Formasi angsa.

Ada satu keluarga unggas, satu jenis angsa yang untuk survive mencari makan atau menghindar dari udara dingin yang membekukan, mencari iklim yg lebih hangat, mereka eksodus terbang sejauh ribuan km, melintas antar benua. Ketika berbondong-bondong terbang itu, formasi yang mereka lakukan adalah meruncing berbentuk segi tiga, dengan bagian yang runcing selalu di depan. Tepatnya bukan segitiga, tetapi seperti ujung anak panah. Angsa paling depan, memimpin ‘penerbangan’. Tapi, tak seterusnya memimpin. Angsa-angsa bergiliran menjadi pemimpin dan pemandu penerbangan dahsyat itu, bukan karena KKN, tajir atau karena keturunan angsa tertentu, tapi memang karena setiap angsa punya insting, eh otak, eh…

Nanti setelah beberapa jam, bergantian dengan temannya yg di belakang. Baik di sisi belakang kiri atau belakang kanan. Begitu seterusnya. Formasi seperti itu ‘bukan tak difikirkan’. Karena, ketika melaju membelah atau mengikuti udara, pergerakan angin pun diperhitungkan. Setelah dipajari oleh para penerbang (manusia), ternyata formasi seperti itulah yg paling efektif dan benar.

Ada satu jenis angsa tertentu, konon jika melintas antar benua itu, pada ketinggian tertentu, tak lagi mengepakkan sayap. Mereka tinggal melayang mengikuti angin. Sayap seperti terkunci oleh semacam ‘engsel’ di tulang sayap, sehingga sayap tetap terbuka, dan sang angsa tak merasa lelah. Bahkan konon pula sang angsa yang berada di bekakang bisa tidur dan -tentu saja- tetap terbang!

Heksagonal. Sudah diketahui bersama, bahwa sarang lebah madu, berbentuk heksagonal, yg artinya: ‘segi banyak, (6 sisi) dengan sisi-sisi yang sama panjangnya satu sama lain. Heksagonal, adalah bentuk ‘persegi dan dari lingkaran’. Ilmuwan kerap berdebat tentang hal ini. Ilmuwan berkesimpulan, bahwa bentuk seperti inilah memang yang paling nyaman untuk menaruh larva. Manusia meniru heksagonal itu karena kokoh dan ringan. Tapi ‘cuma sebatas’ meniru bentuknya saja. Hloo,…ada yang lainnya? Tentu saja ada, dan tak kalah penting. Untuk membuat tempat itu nyaman, para lebah pekerja ‘berfikir’ bahwa kamar-kamar itu (ajaib karena besarnya sama!) harus direkatkan dan diolesi semacam lilin supaya tetap kering dan tak berjamur.

Ketika manusia ‘menemukan’ bagaimana membuat dan memanfaatkan bendungan di aliran sungai pada tahun 1920an, berang-berang sudah melakukannya ratusan ribu tahun lalu! Berang-berang dianggap memiliki kekuatan dan kecerdasan yg mengherankan. Sekilas, hewan yang sedikit lebih besar dan gemuk daripada musang ini, seperti marmut gendut pada umumnya. Tapi,…hanya dengan giginya yang luarbiasa kuat dan tajam, dia bisa menebang pohon berdiameter 40-50an cm, seperti manusia menggunakan kampak! Pohon keras yang tingginya mencapai 30an meter itu, dipotong-potong. Dipilah-pilah. Batang pohon yg besar diletakan di dasar bendungan. Kemudian ditindih dengan batu-batu cukup besar. Lalu, ditindih dengan dahan, lalu ranting-ranting. Semua itu dilakukan sendiri. Dan bendungan itu…berfungsi!

Aries Tanjung, Spiderman

Ada jenis kerang yang kulit cangkangya ditiru oleh manusia. Cankang itu, jika dilihat dengan kaca pembesar, maka akan terlihat seperti lempengan batu bata yang disusun sangat rapi, direkatkan dengan semen dan mengikat. Seperti kita ketahui, jenis kerang itu (abelone?) adalah jenis cangkang yg kekuatannya terbukti, meski bertubi-tubi dihantam ombak laut. Dengan perbandingan itu, jika dibuat bangunan sebesar mol, dengan kekuatan sama,… maka arkitek bisa menghenat biaya pembangunan sampai 60%!

Yang belum berhasil ditiru oleh manusia, tetapi terus, terus dan terus dicoba adalah jaring laba-laba. Kadang terfikir olehku,…bagaimana laba-laba menempelkan tali-tali utama jaringnya di suatu jarak yang cukup jauh. Awalnya aku mengira, dia menyusuri ranting satu ke-ranting lainnya. Ternyata, bukan. Ternyata sang laba-laba menggunakan angin untuk menerbangkan untaian jaringnya. Nanti setelah ‘tali utama’ jaring melekat di suatu tempat, setelah menjajagi kekuatannya, dia membuat untaian lagi, untuk diterbangkan angin lagi. Nanti, setelah dia menganggap tali-tali dasar untuk jaringnya cukup, barulah dia ‘berkeliling’ membuat jaring. Jaring itu adalah rumah tempat mengintai mangsa sekaligus menjerat!

Kekuatan jaringnya? Wuiiih,…kuat sekali! Inilah yang terus dipelajari oleh ilmuwan. Mari kita bayangkan kekuatannya. Seekor kumbang yang sedang terbang di udara, tentu menggunakan kekuatan penuh. Ketika sang kumbang terjerat sarang laba-laba dan sang laba-laba yang notabene tubuhnya sebesar kumbang atau bahkan lebih kecil dari kumbang, akan menunggu dengan sabar. Nanti setelah sang kumbang lelah dan kehabisan tenaga, barulah sang laba-laba ‘membungkusny’, menyimpannya. Untuk nanti dihisap cairan tubuhnya. Kita melihatnya sebagai peristiwa alam biasa saja.

Tapi, jika kita membayangkan tubuh laba-laba itu sebesar tubuh kita, manusia,… jika kita bisa membuat jaring dari dalam tubuh kita sendiri, maka yang tersangkut di jaring itu adalah sebuah pesawat terbang kecil berpenumpang 6 orang, dan jaring itu tak koyak. Begitulah kira-kira kekuatan jaring laba-laba…


Ilustrasi: Lukisan lama berjudul “spiderman”…(akrilik di karton duplex dimounting di papan, berukuran 80x55cm). Jika tak ada hubungannya dengan tulisan, maka dengan tak mengurangi rasa hormat, aku minta dunsanak untuk menghubung-hubungkannya..

(Aries Tanjung)

Weird Food Diaries