Seide.id – Mencari alamat orang di kampung dan di kota besar itu ibarat bumi dengan langit. Di kampung, alamat orang yang dicari itu mudah ditemukan, karena tidak banyak gang. Dan umumnya, orang itu mudah dikenali.
Berbeda dengan di kota besar, tanpa alamat yang komplit dan ancar-ancar yang jelas, mencari alamat itu diibaratkan mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Lain di kampung, lain di kota besar. Begitu pula dengan sebagian sifat masyarakatnya.
Di kampung kita mudah menemukan orang yang ramah dan baik hati. Jika ditanya nama dan alamat seorang, mereka segera kenal orang itu, memberi tahu, bahkan rela mengantar ke tempat yang dituju.
Sebaliknya di kota besar. Walaupun alamat rumah dan ancar-ancarnya juga jelas, tidak sedikit orang yang ditanya itu bersikap cuwek dan tidak peduli. Bahkan, jika tidak hati-hati, kita bakal jalan berputar-putar dan tersesat. Padahal alamat yang dituju berada di lingkungan itu. Bisa jadi, bahkan sudah kita lewati.
Cara mudah untuk menemukan nama orang dan alamat di kota besar adalah mencari rumah ketua RT. Dari ketua RT, kita lalu merunut nama orang yang dimaksud.
Tidak berbeda mencari orang dan alamat adalah saat kita mencari panggilan iman. Banyak agama, aliran kepercayaan, dan banyak hal gemerlap lainnya yang ditawarkan di dunia ini. Jika salah memilih, tidak hanya rugi, kecewa, atau menyesal. Bahkan kita dapat disesatkan, menderita, dan celaka.
Langkah bijak untuk menanggapi panggilan iman adalah bertanya pada orang yang berkompeten dan ahlinya.
Hal itu juga tidak mudah di tengah gemerlap dunia yang menjanjikan berbagai kenikmatan semu dan kamuflase pakaian agamis.
Untuk memilih panggilan iman yang sreg di hati, langkah pertama kita adalah mendatangi rumah ibadah. Misal masjid, gereja, vihara, dan sebagainya. Kita bertanya pada pengurus rumah ibadah itu, tentang tata cara belajar agama itu.
Selain itu, untuk menambah ilmu dan wawasan, kita belajar buku-buka keagamaan yang berkaitan dengan iman yang benar. Tujuannya agar keimanan kita makin mantap dan membumi.
“Sejatinya, iman tanpa teladan kasih itu kosong, tidak berguna, dan mati.”
(Mas Redjo)