Meluruskan Food Addictive

Meluruskan Ihwal Food Additive

DR HANDRAWAN NADESUL

Saya ingin meluruskan ihwal food addtive atau zat tambahan dalam makanan sehubungan dengan yang banyak orang sekarang konsumsi dalam postingan di atas. Bahwa food additivie dibutuhkan dalam industri makanan, selama zat kimia yang terkandung direstui FDA dan BPOM, karena dinilai aman. Termasuk pengawet. 

Tapi menjadi berbeda kalau di kita masih ada pengawet yang tidak aman, seperti pemakaian boraks dan formalin, dan itu yang saya ingin membela masyarakat, untuk berhati-hati. Saya juga memaksudkan pewarna yang tidak aman, bukan pewarna makanan yang diterima dunia. Siapa tidak prihatin kalau masyarakat kita masih bebas, dan tanpa mereka sadari, nyaris setiap hari mengonsumsi kerupuk, saus tomat, sirop, yang masih memakai pewarna tesktil, yang sudah pasti tidak aman dan tidak diperkenankan dunia dikonsumsi manusia. 

Kalau saya bahas pemanis buatan (sweetener) juga bukan berarti semua pemanis buatan tidak aman. Tapi permen, jajanan industri rumahan, bahkan industri pabrik masih ada yang memakai aspartam, misalnya, dan sacharin, kenapa bukan memilih stevia. 

Lalu soal micin atau MSG. Saya tidak bilang itu terlarang, melainkan melihat cara pakai micin di kita yang rata-rata kalau bukan semua penjaja makanan di luar, restoran, yang takarannya berlebihan, itu yang sebetulnya memprihatinkan, dan saya perlu memberi tahu. 

Dosis aman micin atau MSG tidak lebih dari 30 mg/Kg berat badan, atau sekitar kurang dari 2 Gram/hari. Lebih dari 3 Gram/hari terbilang tidak aman. Tentu efek buruk micin bukan hanya sebab satu dua kali mengonsumsinya, bayangkan konsumen jajanan kita, anak sekolah, hampir tiap hari, kalau bukan setiap hari, menelan MSG dari bakmi baso, dari gorengan, dan entah dari jajanan apa lagi. 

Buruk Jika Berlebihan

Dosis MSG berlebih setiap hari untuk waktu lama, di mata medis, siapa berani menyepelekan. Tidak juga saya pribadi. Saya ingin memberi tahu masyarakat untuk lebih menyadari kekeliruan menelan MSG bila berlebihan, mengingat bukan tanpa ada efek samping. 

Walau betul MSG sodium glutamate ini tergolong asam amino yang tubuh juga bikin, dan banyak terkandung dalam sayur dan buah, dan akrab dengan tubuh sekalipun MSG yang ditelan dari luar, namun bila berlebihan, pasti buruk dampaknya. 

Metabolisme asam amino non esensial ini terhadap kerja otak, karena sejatinya MSG ini membantu metabolisme otak. Obat-obat “pinter” buatan farmasi memanfaatkan glutamat ini. Bahan yang dinilai aman namun apabila dikonsumsi dengan takaran berlebihan, tentu menjadi tidak aman. Kerja leptin sebagai salah satu neurotransmitter otak yang memberi tahu tubuh sudah kecukupan asupan kalori, terputus oleh kelebihan asupan MSG. Penyakit metabolik bisa muncul bila dosis MSG melebihi takaran juga apabila dikonsumsi berlebihan untuk waktu lama, dan aman selama yang tubuh konsumsi masih moderate, yakni 30 mg/Kg berat badan. Insulin resistance yakni apabila kualitas insulin di bawah normal, bisa terjadi apabila menelan MSG berlebihan, juga apabila dikonusmsi untuk waktu lama, lebih dari 3 Gram per hari. Artinya diabetes type 2 berisiko muncul sebagai akibat buruk MSG. 

Fungsi MSG sebagai penyedap merupakan upaya manusia meraih kenikmatan lidah. Silakan saja dikonsumsi, dengan catatan, ada risiko menjadi tidak aman bagi tubuh apabila takarannya sudah sampai menimbulkan gangguan pada tubuh sebagaimana saya ungkap di atas.

BACA LAINNYA:

Lima Mitos Kesehatan Gigi Perempuan Hamil

Eropa Menghadapi Krisis Ledakan Kasus Covid-19

Dokter Bisa Salah, Pasien Belum Tentu Selalu Benar

Avatar photo

About Handawan Nadesul

Medical Doctor, Health Motivator, Health Book Writer and a Poet