Momentum Berkorban di Masa Pandemi

Oleh DIMAS SUPRIYANTO M

Assalamualaikum Warrahmatulahi Wabarukatuh.

Kepada saudara saudaraku sekalian. Salam Sejahtera untuk kita semua. Selamat memperingati dan merayakan Idul Adha 1442 Hijriah bertepatan dengan 20 Juli 2021. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Di tengah gelombang purifikasi agama – upaya mengembalikan cara cara beragama abad ala abad pertengahan –  mari kita hayati esensi ajaran agama dalam konteks kehidupan di hari ini. Di abad 21 ini. Di Indonesia pada hari ini. Lebih khusus pada masa pandemi ini. 

Apa makna merayakan Idul Adha dan berkurban di masa pandemi Covid 19  ini? 
Semua agama mengisahkan tokoh tokohnya sebagai simbol, acuan dan ajaran yang diterapkan sepanjang zaman. Maka sangat relevan mengaitkan Idul Qurban di era pandemi ini.

Pada amalan ibadah qurban kita diajak mengenang dan mencontoh ketulusan peran sebuah keluarga Nabi Ibrahim dan Isma’il serta isteri Nabi Ibrahim Siti Hajar yang setia dalam mewujudkan tujuan hidup bertakwa kepada Allah Swt.

Umat Islam melakukan kurban sebagai tindakan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Sedangkan berkorban adalah tuntutan perjuangan yang tak mungkin terelakkan yang harus dibarengi dengan sikap lapang dada, sabar dan tahan menderita demi mencapai cita-cita yang mulia. 

Kita bisa belajar pada Nabi Ibrahim yang begitu mengasihi putranya tapi tak ragu mengorbankan atas perintah Allah.  Berqurban atau berkorban adalah menahan ego. 

Penyelenggaraan kurban pada hakekatnya adalah untuk menanamkan pendidikan sosial berupa perhatian yang lebih besar kepada kaum fakir miskin dengan membagikan sebagian daging korban itu untuk mereka. 

Qurban yang sampai kepada Allah Swt adalah takwa dari orang yang melakukannya.  Sedangkan daging atau darah binatang korban itu menjadi hak bagi si miskin.

Seberapa ikhlas Anda berkorban untuk sesama di masa pandemi ini?

Berkurban adalah tindakan yang disertai pandangan yang jauh ke depan. Untuk mencapai kesempurnaan, kita tidak mudah puas dan terlena oleh kesenangan sesaat. 

Orang yang bijak adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya (untuk kepentingan sesaat) dan beramal untuk sesudah mati (untuk kepentingan abadi), sedangkan orang yang lemah (mentalnya) memperturutkan hawa nafsunya dan berangan-angan agar Allah memperkenankan angan-angannya (yang tidak mungkin terjadi, karena ia tidak berkorban dan bermujahadah). (HR Tirmidzi). 

Kepada umat yang tengah diuji dengan Covid, atau terdampak hingga mengalami ketidak-beruntungan – ketahuilah bahwa seorang mukmin yang istiqomah (teguh) sungguh pantang jika sedang menderita. Kita sedang  mendapat cobaan dari Allah dengan kesusahan maka hindari meratapi nasib dan menyesali perjalanan hidup ini, hingga kehilangan gairah dalam hidup. 

Karena pada hakekatnya tidak seorang pun di antara manusia yang pernah benar-benar terlepas dan terbebas dari pengalaman hidup yang kurang dan bahkan tidak menyenangkan. 

Dalam berkurban kita harus sabar. 

Justru kita harus menerima penderitaan itu dengan sabar menanggungnya.

Kemudian dijadikan  motivasi untuk berupaya sungguh-sungguh dengan menanamkan semangat berkurban.

Selamat memperingati dan merayakan Idul Adha 1442 Hijriah bertepatan dengan 20 Juli 2021. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Dengan semangat pengorbanan yang tinggi sebagaimana tauladan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar  kita mendekatkan diri kepada Allah Swt dan dengan rida-Nya kita akan mendapatkan kebahagiaan abadi dan hakiki. Amin. 

Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarukatuh. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.