Nonton Laga Inggris – Italia

foto ilustrasi : sceenshoot youtube

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

“Hebat ya, Bang…, Inggris sama Italia. Sama cantik, sama kuat. Kasih kita tontonan bagus. Menegangkan, karena tos-tosan…!” celetuk Mak Wejang. Saya mengangguk-angguk. Nggak seperti saat Matt Bento dan Mas Gun ngajarin saya agar lancar kerja dengan perangkat seluler, kini saya langsung faham apa maksud Mak Wejang. Pasti dia mau ngomong soal Piala Liga Eropa yang baru saja usai.

Ya, Final Piala Liga Eropa antara kesebelasan Inggris melawan kesebelasan Italia, Senin (12/7/2021) dini hari WIB di Wembley Stadium, London, Inggris, sungguh merupakan sihir modern tersendiri bagi masyarakat dunia yang sedang dihantui pandemi Covid-19. Percaya nggak percaya, seisi rumah seperti janjian, sama seide bangun tengah malam menjelang dini hari, sama seide nonton kanal khusus televisi.

Jalanan sepi mending nonton bola. Adem

Saya sempatkan keluar rumah, melongok sepi malam yang biasanya menghampar sepanjang gang. Eh, ternyata nggak sepi. Nyaris semua bagian depan rumah tetangga terang benderang. Padahal biasanya, jika malam, lampu-lampu teras dimatikan. Cukup lampu di pojok taman dan lampu jalan yang terang benderang, demi hemat energi. “Wah, kirain belum bangun…!” sapa Mas Budi Rahardjo, tetangga depan rumah.

Mas Budi memang pesepakbola tingkat kecamatan. Tak heran bila dia amat bergairah untuk menyaksikan laga final Piala Liga Eropa ini. Dan nyatanya, tak cuma Mas Budi dan para tetangga se-RT yang hobi berat sama tontonan sepakbola, bahkan dari Kaki Gunung Ciremai, cucu kami ikut tampil di video-call yang di’klik’ Bapaknya ke kami, senyum-senyum di layer ponsel seolah bilang, “Eyang nonton juga, kan…?”

Tontonan memang seru dan menegangkan. Kedua kesebelasan bermain cantik dan (pastilah) sama tidak mau kalah, dan terjadilah peristiwa yang menegangkan itu. Pertandingan harus diakhiri dengan tos-tosan alias adu penalti. Bekham dan Pangeran William yang nonton dari tribun kehormatan, tertunduk lesu karena tim eksekutor Inggris cuma berhasil menjebol dua gol ke gawang kipper Italia

Wembley Stadium seperti pecah oleh sorak-sorai penonton pro Itali yang saling mengacungkan tinju dan bakupeluk, rapat, padat, tanpa masker tanpa lagi peduli prokes 5M, sebagaimana yang lagi ketat-ketatnya diterapkan di kampung saya di Tangerang Selatan, Banten, Indonesia. Italia memang berhasil menyarangkan tiga gol ke gawang Inggris. Italia kembali jadi juara Liga Eropa, seperti mereka raih di tahun 1968.

“Nah disini ini hebatnya Liga Eropa, Bang. Banyak negara peserta, sejak babak penyisihan, membolehkan suporter masuk ke stadion untuk menonton pertandingan. Ada yang tetap nerapin prokes Covid-19, dengan keharusan pake masker, dan penonton duduk di bangku renggang. Tapi belakangan, ada juga negara penyelenggara yang membebaskan penonton masuk tanpa prokes Covid-19,” kata Mak Wejang.

Saya cuma bisa mengangguk-angguk, karena faktanya (di televisi) memang begitu. Dalam hajatan sepakbola bergengsi ini, banyak orang di Eropa sana seperti lupa bahwa Covid-19 masih merebak dimana-mana. Puncaknya ya itu tadi, Final Laga Liga Eropa 2021 antara Inggris dan Itali di Wembley Stadium nan bergengsi, menghasilkan skor adu penalti 3-2 untuk kemenangan Italia.

Membolehkan penonton masuk dan ngebludak memadati Wembley Stadium, tanpa mengindahkan bahaya Covid-19 yang kini sudah melahirkan virusDelta, tentu sudah dipikirkan masak-masak oleh otoritas dan penguasa tertinggi di London, pun Inggris. WHO, badan kesehatan dunia di bawah PBB, memang mengkritik kebijakan ini. Tapi kritik tersebut kalah oleh kepentingan bisnis sepakbola.

“Khabarnya, di Inggris, virus Covid-19 dan anak cucunya sudah punah, ya, Bang? Khabarnya orang Inggris amat patuh menerima vaksinasi dan patuh prokes 5M 3T, hingga pertandingan sepakbola dengan penonton berjibun bisa terselenggara, karena herd immunity, tingkat kekebalan masyarakat sudah terbentuk, hingga tak lagi harus takut pada serangan Covid-19. Apa iya begitu, bang…?”

Saya tak bisa menjawab pertanyaan Mak Wejang, karena di luar, di dingin pagi seusai Subuh terdengar suara “Nguing…! Nguing…! Nguing…!” sirine ambulan dengan tone nada yang khas pertanda ada satu lagi korban. Dan benar…! Sebentar kemudian, dari Menara masjid kampung sebelah terdengar pengumuman: “Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang saudara kita…!” ***

12/07/2021

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.