Seide. id -Aku sudah pernah dapat curhatan begini :
1 Seorang anak lelaki, bungsu, diceramahi oleh ibunya, “Cepatlah kau lulus kuliah. Supaya bisa kau belikan mamak mobil. Abang-abang kau sudah belikan mamak bapakmu rumah.”
2 Seorang gadis, anak sulung, dinasehati, “Nggak usah sekolah tinggi-tinggilah. Lulus SMA nikah aja biar beban orangtuamu ini berkurang.”
Lalu anaknya dijodohkan paksa dengan seorang duda kaya. Ketika si anak menolak dan mengeluarkan pendapat ‘ini namanya jual anak! Ini pelacuran yang dibuat sakral’ si anak ditempeleng bapaknya, dijambak ibunya dan dikatai ‘Dasar anak durhaka!’
Lalu anaknya kabur, kerja jadi ART di kota lain, sambil mengumpulkan biaya untuk kuliah D3. Selama bertahun-tahun itu, anaknya tidak pernah dicari dan tidak disuruh pulang meski pun lebaran. Tapi ketika dia berhasil bekerja di PT, orangtuanya tetiba menagih ‘balas budi’ dan mengungkit-ungkit biaya sejak bayi sampai SMA.
3 Si Bapak pernah menggerayangi tubuh anak perempuannya ketika si anak berusia remaja SMP dan memainkan klitor*snya. Sejak itu si anak membenci bapaknya. Si bapak kemudian menyeleweng dan meninggalkan keluarganya begitu saja tanpa mau menceraikan istrinya.
Ketika sekarang bapaknya tua, stroke separuh badan, dan sudah berpisah dengan pasangan kumpul kebonya…. si anak mati-matian menolak ikut patungan dengan kakak-adiknya membiayai kost dan pengobatan bapak mereka. Si ibu yang tak tahu apa-apa soal pelecehan seksual itu, memarahi anaknya sebagai ‘durhaka’ karena dianggap tidak mampu mengampuni bapak sendiri.
4 Seorang anak lelaki, selama masa kecil disiksa dengan cara dipukuli, disabet dengan gesper, diikat di pohon dan ditonjoki oleh bapaknya, sampai pernah masuk rumah sakit.
Ketika SMA, dia dimarahi oleh bapaknya dan diludahi di depan kawan-kawan sekolahnya… Si anak lalu memutuskan pergi dari rumah, tidak menyelesaikan sekolahnya. Dan menjadi imigran gelap ke Australia. Lalu berjalan waktu bisa jadi warga negara di sana. Tidak pernah pulang kembali ke negeri ini… dan oleh keluarga besar dikasih judul ‘anak yang nggak peduli keadaan orang tua’
5 Seorang pemuda mendengar ayahnya bicara kepadanya dan adik-adiknya “Kalau sudah selesai kuliah, kamu musti bantu bapak bayar hutang. Kamu sekian juta, kamu sekian juta, kamu sekian juta”. Padahal bapak itu tidak pernah hadir bagi keluarganya.
Aku kenyang mendengar kata ‘anak durhaka’ yang sering ditujukan kepada anak-anak di seluruh Indonesia.
Tapi aku lebih muak lagi, ketika mendengar betapa kepa*at perbuatan orangtua-orangtua terhadap anaknya, tetapi masyakarat kita bahkan tidak punya kosakata orangtua durhaka.
Serius..
Pernahkah kita berpikir, bahwa orang-orang yang belum bisa kelola emosinya sendiri, punya sikap keji dan sadis, mustinya dihalangi oleh negara untuk tidak menikah dulu…?
Orang-orang seperti ini belum berhak mendapatkan hak azasinya, karena mereka berpotensi menghancurkan hak azasi orang lain, dalam hal ini adalah anak-anaknya sendiri.
Jika negeri ini punya makian dan sanksi sosial bagi anak durhaka…. maka apa hukumannya bagi orangtua yang beracun ini…?
Oh… rupanya banyak yang merasa berhak menginjak dan menyiksa anak, atas nama mendidik..?
Baik. Ketika kalian jompo dan sudah ngompol, makan juga sudah berantakan karena tanganmu sudah tremor…. maka sebagai proses mendidikmu, ijinkan anakmu memakimu, menjambakmu, menggamparmu atau mengikatmu di pohon ya…? Persis seperti yang dulu kau lakukan pada anak-anakmu ya?
Jika biaya rumah sakit terlalu mahal untuk merawat penyakit tuamu dan membebani anak-anakmu, bersediakah kau ‘dibuang’ (soalnya kamu sudah nggak bisa dikawinkan) agar beban mereka berkurang…?
Bagaimana?
Cukup adil dan masuk akal tidak, ini..?
Mari ubah gaya parenting kita.
Sebelum terlambat.
(Nana Padmosaputro)