Pelecehan Seksual dan Rentetan Perkosaan di Dunia Modelling, era 1980-1990 (3)

Supermodel Speak up

“Kami ‘menyewakan’ fisik kepada klien, tak berarti kami lantas bisa diperlakukan seenaknya. Saya pribadi sangat berharap para korban mau dan berani bicara, ”  kata Paulina Perizkova.

Oleh AYU SULISTYOWATI *

PELECEHAN seksual (sexual harassment) yang masih terus terjadi di dunia model membuat Sara Ziff mendirikan Model Alliance, sebuah organisasi nirlaba yang khusus untuk membantu para model korban pelecehan.

Apalagi sebagian besar model tersebut mengalami kekerasan seksual ketika berusia di bawah 18. Model Alliance ini membuka 24 jam telepon untuk model yang membutuhkan.

“Sejak berdiri 10 tahun lalu, setiap hari selalu ada kasus baru,” ujar Ziff yang belakangan lantas menggagas program RESPECT  yang tujuannya mengundang para perusahaan, agency atau siapa pun yang terlibat dalam industri fashion untuk berkomitmen menghentikan pelecehan dan segala bentuk kekerasan. 

Ziff juga menyayangkan masa ‘aktif’ kasus pelecehan anak yang dibatasi selama 28 tahun. Artinya bila seorang anak dilecehkan saat usianya 16 tahun, maka paling lambat ia harus memperjuangkan keadilannya hingga usia 44 tahun.

Supermodel Sara Ziff Femme Feroce
Supermodel Sara Ziff Femme Feroce. Menggagas gerakan anti pelecehan seksual di dunia modelling.

Kasus inilah yang terjadi pada Carre Otis, yang pernah memperkarakan kasusnya di New York. Meski Ziff mengatakan tiap negara bagian memiliki durasi berbeda untuk hal ini, tapi tak banyak yang membantu korban anak yang ingin menuntut pelecehnya saat dewasa. 

Otis yang kini berusia 53 mengaku tak berharap banyak akan menang melawan Gerald Marie. Tapi ia berharap akan ada keadilan dari kepolisian Perancis yang telah menerima setidaknya 12 laporan melawan Marie. 

Korban lain yang bertestimoni minggu lalu adalah Lesa Amoore, yang bercerita pertama kali bertemu Marie sebelum ulangtahunnya yang ke -18. Sama seperti Otis, Amoore juga jadi budak seks Marie selama tiga tahun berturut-turut. 

“Penyintas pelecehan seksual layak untuk mengajukan tuntutan terhadap pelakunya, selain itu kita juga butuh hukum yang berpihak pada korban dengan trauma,” kata Amoore. 

Otis menambahkan kalau sepanjang karirnya ia terus berjuang melupakan peristiwa pelecehan yang membuatnya trauma berkepanjangan.

“Saya melihat kekerasan seksual terus terjadi di dunia model seolah menjadi hukuman bagi para model yang lahir dengan genetik sempurna. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai bayaran sebuah ketenaran. Sehingga semua kekerasan itu seolah dianggap normal.” 

Paulina Porizkova, model pertama yang pernah menerima bayaran di atas satu juta dollar untuk iklan kosmetik, menimpali kalau para model dibayar lantaran tampang dan tubuh mereka. “Kami ‘menyewakan’ fisik kepada klien, tak berarti kami lantas bisa diperlakukan seenaknya. Saya pribadi sangat berharap para korban mau dan berani bicara.” 

“Saya mendukung Carre dan korban lainnya,” ujar Carla Bruni berapi-api. “Saya rasa sudah waktunya semua ini dihentikan. Meski saya tahu tak ada industri yang kebal dari kekerasan seksual, itu artinya banyak yang harus kita perjuangkan agar perempuan bisa terlindungi dari kekerasan seksual di tempat kerja.” 

Pernyataan Bruni itu didukung supermodel asal Denmark Helena Christensen.

Sementara Milla Jovovich,  mantan model yang belakangan lebih sering jadi aktris punya kepedulian ganda. 

“Saya tak pernah mengalami kekerasan selama bekerja jadi model. Tapi saya sadar bagaimana industri di Barat atau belahan dunia lain memperlakukan anak seperti orang dewasa. Remaja-remaja lugu sangat berpotensi dimanfaatkan. Ini sangat berbahaya. Kekerasan yang dialami bocah cenderung akan membekas seumur hidup,” komentar Jovovich yang mengawali karir model sejak bocah.  

“Sebagai mantan model, ibu dengan anak yang mulai berkarir di industri ini, saya melihat para pelaku pelecehan seksual justru seolah dilindungi dari konsekuensi atas tindakan mereka. Sudah waktunya ini dihentikan,” lanjut aktris yang putri sulungnya, Ever Andersonkini mulai mencoba jadi model remaja. 

“Kita bicara di dunia fashion, tapi saya yakin perempuan pekerja di industry lain rentan pelecehan,” tutup Sara Ziff. “Dan bila kita tak bisa memberi perlindungan pada perempuan segala usia, di mana hati nurani kita?”  ***

  • Kisah para supermodel dunia era 1980-90 akan berlanjut dengan menampilkan sisi lain (Redaksi)
Avatar photo

About Ayu Sulistyowati

Mantan Senior Editor di Catchplay, Penulis Lepas Rumah Beruang Production, Penulis Naskah Lepas di Paso Film Centre, Editor Majalah Prodo, Editor In Chief kemana.com, Sekretaris di Bloomberg, Reporter di cewekbanget.id (1995-1997)