Oleh PANDUPAKSI
Bukan perang antarkembang. Melati melawan mawar, bukan! Perang Kembang adalah perang antara Raksasa Cakil melawan Arjuna. Bisa juga melawan Abimanyu, atau bambangan lain yang terlibat dalam pementasan.
Perang Kembang selalu ada dalam setiap pementasan wayang. Seperti halnya godaan (halangan) yang selalu hadir menghadang ketika seseorang menjalankan niat baik.
Umumnya, Raksasa Cakil yang mewakili setan ecek-ecek, tak bakal mampu mengalahkan Arjuna atau Sang Kesatria lain. Ironisnya, para Raksasa Cakil bahkan mati tertusuk keris sendiri. Begitu halnya para raksasa pendukung Raksasa Cakil. Ludes. Ini murni godaan alias sekadar batu sandungan. Tak perlu dicemaskan.
Tetapi, dalam lakon tertentu, Perang Kembang kadang bukan lagi sekadar godaan, melainkan ujian bagi Sang Kesatria yang tengah berjuang menegakkan kebenaran. Dalam kasus ini, Sang Kesatria harus berperang dengan mengerahkan segenap kesaktiannya untuk menaklukkan Si Raksasa.
Ketika akhirnya Sang Kesatria berhasil membunuh raksasa lawan tangguhnya, akan muncul sesosok dewa yang mengaku sebagai jelmaan Si Raksasa. Lalu dewa tersebut siap-sedia membantu memecahkan masalah yang tengah merundung Sang Kesatria. Maknanya, barangsiapa berhasil lulus ujian maka akan menemukan jalan keluar dari permasalahannya.
Dalam pementasan Serial Baratayudha tidak akan ditemui adegan Perang Kembang. Sebab, para setan penggoda sudah punah dibasmi oleh Wisanggeni dan Antasena menjelang Baratayudha berlangsung, atas perintah Sang Hyang Wenang. Mereka dibekali Gada Inten yang mampu menandingi kesaktian Bathari Durga selaku penguasa Alam Jin, Setan, Priprayangan.
Ujian dari para dewa pun tidak akan ada. Para dewa tak perlu lagi menguji. Baratayudha adalah perang bagi mereka yang telah lulus ujian dalam melawan kebatilan. Mereka, para dewa, justru cukup menjadi penonton.
Maka, tak heran jika ada seseorang yang jelas-jelas berjibaku membela rakyat selalu direcoki para Cakil. Terlebih lagi menjelang berlangsungnya Baratayudha. Tetapi, percayalah, para Cakil itu akan mati tertusuk keris sendiri. Bawa keris kok pethakilan!*