Perang Kemerdekaan Melawan Virus

Oleh DIMAS SUPRIYANTO.

SAYA sungguh sungguh ingin bertanya saat berlangsung perang gerilya dan perang kemerdekaan – di seputar 1945 – siapakah yang memberikan Bantuan Sosial Tunai (BST), subsidi UMKM, tunjangan pulsa untuk pelajar dan ASN, token listrik, subsidi gaji, tunjangan untul para pelaku budaya – kepada para gerilyawan dan keluarganya?

Mereka yang jadi gerilyawan mempertaruhkan nyawa untuk melawan musuh yang nampak dan lebih kuat. Bertaruh nyawa tanpa jaminan demi kemerdekaan bangsa dan berdirinya republik.

Siapakah yang memberikan bantuan ekonomi kepada rakyat yang terdampak pada masa konflik daerah, sehingga terjadi pengungsian besar besaran dari Kota Bandung dan Jawa Barat, saat terjadi peristiwa “Bandung Lautan Api” dan teror “DI / TII” ?

Adakah konteks yang menghubungkan situasi perang dulu dan perang sekarang ? Tentu saja ada! Sama sama berperang dan korban kematian berjatuhan. Rakyat jelata menderita. Kepala Negara dan jajaran pembantunya pusing dan tidak fokus membangun.

BEDANYA saat ini kita tengah berperang melawan musuh tak tampak. Perang semesta. Perang global. Begitu banyaknya korban meninggal, keluarga kehilangan orang orang yang dicintai melawan musuh yang tidak mudah ditaklukan. Di seluruh dunia.

Akan tetapi rakyat kini tak perlu mengungsi keluar kota. Mencari daerah aman. Tak ada rumah yang dibakar dan jembatan yang diputus. Laki laki dewasa dan anak anak muda tak perlu mengeluarkan senjata, maju ke medan laga dan mengobarkan jiwa untuk ikut serta dalam perang ini. Cukup diam di rumah: ikuti prokes.

Perang butuh pengorbanan. Ya. Pasti! Tapi untuk perang kali ini di sini tak ada gedung rusak. Tak ada pemadaman listrik. Tak ada pasar dan minimarket tutup.

Karenanya jangan memprovokasi, membelot dan berkhianat.

Jangan sok beragama tapi sebenarnya ingin melawan aturan. Melawan pemerintah dan negara. Ulama sudh kasi fatwa keselamatan umum lebih penting dibanding ibadah bersama. Jangan belagak pilon. Jangan sok bego.

Kabah di Mekah, Vatikan di Roma dan Jerusalem tutup dan diisolasi lantaran tak kebal virus. Tak ada larangan ibadah agama apa pun – asal di rumah saja.

PENGORBANAN Anda saat ini belum apa apanya dengan perang bapak nenek moyang kita menjelang kemerdekaan dan masa revolusi. Saat konflik Aceh, Timor Tiimur dan Ambon.

Negara sudah menghabiskan seribu triliun lebih untuk perang ini. Perekonomian macet. Usaha banyak tutup – pengangguran di mana mana. Jangan merasa hanya diri sendiri yang menderita. Jangan lihat ke atas. Lihat ke samping dan ke bawah.

Mereka yang memanfaatkan kesulitan negara untuk ambisi politik terserah Anda menyebutnya apa. Tapi kita tahu siapa mereka yang dulu memakzulkan Gus Dur juga. Rezim Cendana, kelompok yang kalah dalam pemilu, mafia, kartel, kelompok mantan, yang sedang terjerat mega utang dan skandal dan sebagian aparat negara yang kecewa dan tak kebagian posisi.

Tuhan Yang Maha Pemberi Petunjuk memberikan kesempatan kepada kita semua untuk mengalami perang ini – agar generasi saat ini ikut mengambil hikmahnya. Menghadapi musuh yang tak tampak.

Juga musuh kasat mata di tengah kita, elit elit yang sedang melampiaskan syahwat politik di tengah rakyat dan negara yang sedang tertimpa bencana pandemi ini. Memanfaatkan suasana, menunggangi mahasiswa – yang cuma bisa menyebarkan meme – pekerja dan rakyat jelata yang sedang bingung melakukan apa. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.