Serba-Serbi Olimpiade: Ternyata Olimpiade 12 dan 13 Tidak Ada! Mengapa?

Seide.id – Angka 12 dan angka 13 bisa membawa sial?  Masak sih? Ah, nyatanya ada ungkapan, “celaka dua belas”, atau sampai saat ini gedung bertingkat dan kamar hotel juga menghindari pemakaian lantai ke-13 atau kamar no: 13.

Benarkah kedua angka ini bisa membawa malapetaka? Entahlah, faktanya, Olimpiade ke 12 dan ke 13 juga tidak pernah ada!

Bukan kesengajaan, tetapi agaknya ‘alam’ juga ogah memakainya.

Olimpiade ‘seadanya’

Untuk info saja, Olimpiade ke-12  tahun 1940, sedianya akan diadakan di Tokyo, Jepang, karena gejolak militer di Jepang maka hajatan empat tahunan ini lalu dipindah ke Helsinki, Finlandia. Namun acara juga batal, Perang Dunia Kedua berkecamuk di Eropa!

4 tahun berikutnya, 1944, Olimpiade ke-13, London -Inggris– seharusnya jadi tuan rumah juga batal! Perang masih mengamuk di Eropa. Para atletnya malah banyak yang ikut berperang!

Nah, baru di tahun 1948, Olimpiade ke-14, dengan mulus diadakan di London. Raja George VI, ayah ratu Elizabeth II yang berkuasa sekarang, berkenan hadir.

Pelari Inggris John Mark membawa obor Olimpade 1948 di London.

Pesta olah raga kali ini berjalan meriah meski London masih berantakan karena sisa perang. Banyak jalan rusak dan gedung yang hancur! Tawanan Jerman yang masih ada di Inggris lalu diperbantukan untuk membetulkan jalan dan membangun ulang bangunan rusak. Ironis juga, dahulu Jerman yang membom London kini mereka yang harus membereskannya lagi.

Olimpiade kali ini bisa disebut Olimpiade ‘seadanya’, sebab keadaan memang serba darurat! Tak ada Perkampungan Atlet, sebagaimana layaknya sekarang para atlet yang dipusatkan di suatu kawasan, dengan bangunan untuk menginap para atlet yang megah, mewah dan menjulang tinggi.

Para atlet ini diinapkan di barak-barak tentara peninggalan perang. Kamar mandi letaknya jauh dari tenda dan para atlet malah diminta untuk membawa handuk sendiri  karena panitia memang tidak bisa menyediakan. Namanya juga ‘seadanya’.

Bintang Olimpiade.

Dalam setiap Olimpiade selalu muncul atlet yang menjadi bintang pujaan. Nah, demikian juga saat Olimpiade di London ini.

Lucunya, yang menjadi bintang bukan atlet muda nan tampan atau cantik, dia adalah atlet yang sudah menjadi ibu rumah tangga. Usianya sudah 30 tahun dan punya dua anak!

Fanny Blankers-Koen sedang beraksi lari gawang 80 m

Namanya Fanny Blankers-Koen media menyebutnya agak konyol  ‘The Flying Housewife!’ Jangan salah, Fanny  jago lari karena ia mampu menyabet 4 emas untuk nomor 100 m, 200 m, 80 m lari gawang dan 400 m lari estafet. Hebat bukan?

Oh ya, di Olimpiade 1948 ini Jepang dan Jerman tidak boleh ikut. Bisa jadi karena banyak negara peserta yang masih marah karena menganggap kedua negara ini sebagai biang kerok terjadinya PD2.

Baru di tahun 1952, Olimpiade ke-15 di Helsinki, Finlandia, Jepang dan Jerman boleh ikutan lagi. Pegulat Jepang Shohachi Ishii penyumbang emas pertama bagi Jepang setelah perang.

Bagaimana dengan Jerman? Nah, karena negara ini dibagi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur, yang ikut hanya Jerman Barat saja. Kontingan ini menyabet 7 Perak dan 17 perunggu, tanpa medali emas satupun. (gun)

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.