Cerpen : Setegar Hati Lelaki

Foto : Stocksnap/Pixabay

Ada seorang lelaki dianiaya lewat kata-kata tajam. Ia tidak mengelak atau menangkis, kecuali tersenyum tulus, dan memahami.

“Kenapa kau menyakiti diri sendiri? Kebenaran itu tidak bisa dibungkam atau disembunyikan. Kebenaran itu cahaya,” kata lelaki itu tanpa emosi. Ia menyentuh bahu wanita itu, lalu menolehkan dagunya, dan melihat kegelisahan di mata yang jernih itu.

Wanita itu menunduk. Digigitnya bibir bagian bawah untuk redakan gejolak hatinya yang meliar di ujung penyesalan.

Ia berharap, berharap sekali lelaki itu mau menumpahkan emosi dan cacian. Lalu, dengan ketegasannya mengakhiri hubungan, menjauhi, dan meninggalkannya teronggok ke dalam penyesalan.

Faktanya, lelaki itu tidak melakukan itu. Ia tegas dalam pendirian. Kokoh dalam kesadaran, memahaminya dengan cinta, dan memaafkannya.

Semula, ia berpikir, tidak ada salahnya menuruti ajakan ED untuk makan siang. Selain lama tidak jumpa, ED menjemput ke kantor, dan perutnya melilit karena lapar.

Persoalan itu timbul, ketika ED mengutarakan maksudnya untuk berbaikan dengannya lagi. Ternyata pernikahan ED kandas di tengah jalan.

Keinginan ED itu membuat ia jadi tersinggung, geram, marah, dan muak. Ia merasa dilecehkan!

Bagaimana tidak! Gara-gara wanita lain, ED meninggalkannya, hingga membuat hatinya terluka.

Beruntung ia segera sadar diri, karena perhatian dan kesabaran lelaki itu, YS yang selama ini setia menemani dan mendampinginya. Sehingga ia mampu melupakan ED. Dan mengalihkan perhatian pada YS yang teman kuliahnya itu.

Ketika ED mengantarkannya kembali ke kantor, ia melihat mobil YS berada di pelataran parkir. Dadanya berdebar keras. Ia lalu menuju ke mobil YS. Dan YS segera membuka pintu menyambut kehadirannya.

“Maaf, saya tidak menyangka, kau datang ke kantor. Kenapa nggak telepon dulu?” katanya menyesal.

“Kebetulan lewat,” kata YS tenang. “Kata teman kantormu, kau makan siang ke luar, makanya kutunggu di parkiran.”

“Kau …!” sergahnya makin gugup.

“Ya. Kenapa? Maksudmu, ED?” YS tersenyum.

“Ya, maaf… Tadi ED menjemputku,” ujarnya bergetar. Lirih, hingga nyaris tidak terdengar.

“Untuk apa minta maaf, karena kau ke luar dengan ED?”

“Kau tidak marah? Aku dan ED baikan kembali?”

“Tidak! Aku percaya padamu. Kau tidak bakal melakukan itu, MOY,” tandas YS serius.

Ia terperangah. Tidak menyangka YS setenang itu, dan percaya diri. Di mata YS itu ia melihat cahaya bintang. Ia sungguh bersyukur pada Allah, karena telah ditemukan dengan YS yang penuh pengertian itu.

“Oke. Sekarang kau bekerja. Aku mau balik ke kantor lagi,” kata YS sambil melepas genggamannya.

Ia mengiyakan. Senyum YS membuat hatinya bahagia.

Pahit Hati

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang