Tak Kan Habis Zamzam Diminum Jemaah (1)

Air Zamzam - Diteguk dari tempatnya

Nyaris tiap detik tiap hari sepanjang tahun sejak setidaknya 14 abad silam ada saja peziarah dari segenap penjuru dunia yang singgah dan meneguk Zamzam, air sumur yang tampilannya tak beda jauh dari umumnya sumur tua di manapun. Bahkan belakangan ini, di tiap musim haji, lebih dari 2 juta orang jamaah datang ke Masjidil Haram yang bisa dipastikan tiap jamaah akan berusaha minum Zamzam.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 02/07/2023 – Membawa oleh-oleh setelah berpergian jauh merupakan hal lumrah dilakukan siapapun. Demikian juga bagi para muslimin dan muslimat sedunia yang pulang ibadah haji ataupun umroh. Beragam barang yang ditengarai sebagai produk khas Makkah (dan Madinah), Arab Saudi (walau faktanya banyak barang datang dari negeri lain) dibeli jamaah dan dibawa dibawa pulang ke rumah.

Tapi sila tanya, atau selisik ke rumah orang yang baru pulang haji dan umroh, apa barang favorit yang tak kan pernah lupa dicangking (kalau perlu dipaketkargokan) pulang, baik untuk kebutuhan pribadi maupun untuk icip-icip tetangga, sanak kerabat dan handai tolan? Jawabnya pasti: Zamzam, air mineral dari Sumur Zamzam yang terletak kitaran 20meter sebelah timur Ka’bah di Masjidil Haram.

Yang menarik, Sumur Zamzam itu tidak besar. Tahun 1994, saat kawasan sekitarnya masih ‘tampak langit’, bersama beberapa rekan wartawan Ibukota (antara lain Ahmadun Yosi Herfanda/Republika, almarhum Danarto/budayawan/ penulis buku Orang Jawa Naik Haji, Eddie Karsito/Pikiran Rakyat, dan Isson Chaerul/Majalah Gadis, saya potret diameternya hanya kitaran 2meter saja.

Nyaris tiap detik tiap hari sepanjang tahun sejak setidaknya 14 abad silam ada saja peziarah dari segenap penjuru dunia yang singgah dan meneguk Zamzam, air sumur yang tampilannya tak beda jauh dari umumnya sumur tua di manapun. Bahkan belakangan ini, di tiap musim haji, lebih dari 2 juta orang jamaah datang ke Masjidil Haram yang bisa dipastikan tiap jamaah akan berusaha minum Zamzam.

Tak cukup sekadar diminum sepanjang berada di Makkah (ataupun di Madinah) saat pulang ke negeri masing-masing (entah itu jamaah Melayu, Afrika, China, Eropa ataupun Amerika Serikat) tak kan lupa mereka menenteng oleh-oleh air Zamzam yang penuh rahmat dan berkah. Saking hebohnya sampai-sampai pemerintah Arab Saudi membatasi, tiap jamaah hanya boleh bawa pulang 5 liter Zamzam.

“Boleh dong kami dikasih seteguk Zamzam buat obat. Orang tua di rumah sedang sakit,” begitu ucap sesorang kepada tetangga yang baru pulang umroh ataupun haji, dan yang diminta (selagi Zamzam masih ada) akan dengan senang hati memberi oleh-oleh dari Makkah itu, yang sejak baheula dipercaya banyak orang bahwa Zamzam itu berkah Allah SWT dan berkhasiat obat bagi peminumnya.

Berbagai penelitian ilmiah, termasuk oleh para sarjana muslim di Barat, memastikan bahwa air mineral asal sumur suci di bawah Masjidil Haram itu aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi manusia. Jutaan peziarah sudah meneguknya dari zaman ke zaman, dan sumur itu tak pernah kering untuk selalu memberi manfaat sebagai sumber air minum yang sehat. Ajaib.

Berbagai sumber, para geoloog dan sejarawan menyebut bahwa sumur Zamzam berusia setidaknya 4000 tahun. Berkait konteks sejarah peradaban manusia, ini berarti setara dengan masa Nabi Ibrahim alaihisalam (as.) dari Palestina, yang di masa tua — dari perkawinan kedua dengan Siti Hajar radiatullahu anhu (ra.) dan mereka tinggal di Lembah Bakkah — baru dikaruniai anak: Ismail as.

Allah SWT memerintahkan Ibrahim kembali ke Palestina, meninggalkan Siti Hajar dan bayi Ismail di Lembah Bakkah yang gersang hanya berbekal sedikit air. Suatu hari bayi Ismail menangis kehausan, saat stok air habis dan air susu Siti Hajar pun kering. Siti Hajar pun meletakkan bayi Ismail di sebuah batu, lalu berlari tujuh kali bolak-balik dari Bukit Sa’fa ke Marwah, untuk mencari sumber air.

Tak menemukan air dan balik ke titik awal, Siti Hajar terkejut mendapatkan ‘alas’ bebatuan tempat dimana bayi Ismail direbahkan kini nyaris digenangi air yang deras memancar. Subhanallah. Dengan perantara Malaikat Jibril, Allah SWTmemancarkan air dari lubang kerikil yang tercukil kaki si bayi saat menendang-nendang kehausan. “Zome zome…!” teriak Siti Hajar karena air tak henti mengalir.

Dari kata Zome zome yang berarti ‘berhenti(lah) mengalir’ sebagaimana diucap Siti Hajar maka sumber pancaran air itu lantas disebut Sumur Zamzam. Sementara proses berjalan dan berlari-lari yang dilakukan Siti Hajar antara Sa’fa dan Marwah disebut Sa’i, dan kini ditapaktilasi jamaah haji sedunia menjadi rukun ke-4 dari 6 rukun haji. Demikian diriwayatkan sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Pusat Studi dan Penelitian Zamzam Arab Saudi yang berkantor di satu bagian Masjidil Haram menyebut bahwa beberapa waktu kemudian Ibrahim as. kembali ke Bakkah untuk tugas ilahiyah membangun (kembali) Baitullah/Ka’bah, bangunan pertama di dunia yang (atas perintah Allah SWT) dibangun Nabi Adam as, tapi runtuh dan hilang di suatu masa.

Ibrahim (dibantu Ismail) kembali membangun Ka’bah di titik poros dimana dulu Nabi Adam membangunnya, tak jauh dari Sumur Zamzam, hingga mencapai bentuknya (kotak kubus tidak simetris) sebagaimana yang kita saksikan sekarang. Hadirnya kembali Ka’bah atau Baitullah (rumah Allah) dan Sumur Zamzam yang dikelola Ismail dan keluarganya, menjadikan Lembah Bakkah peristirahatan para kafilah.

Para kafilah tak cuma datang berziarah dan istirah sejenak, tapi kemudian juga tinggal menetap di kawasan lembah dimana air Zamzam melimpah dan bisa digunakan siapapun secara gratis. Bakkah pun lantas berobah jadi kota, dan kata Bakkah lambat laun berobah menjadi Makkah. Pengelolaan Ka’bah dan Sumur Zamzam menjadi hal yang diperebutkan sepeninggal Nabi Ismail as. (Bersambung)

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.