Maka sejumlah besar pasukan Jepang juga digelar untuk menjaga perbatasan Manchuria-Sovyet. Jepang menjaga dengan baik wilayah jarahannya: Manchuria.
Hanya saling jaga, kedua pasukan besar dari dua negara hanya duduk menganggur!
Keadaan jadi serba kikuk tatkala di awal tahun 1942, setelah Jepang secara mendadak menggempur Pearl Harbor, Hawaii, 7 Desember 1941, Jepang sangat membutuhkan tentara dalam jumlah besar untuk menyerbu ke Asia daratan dan kepulauan: masuk wilayah Filipina, Indocina, Malaya, Singapura, dan terus merangsek ke selatan menerjang Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
Pendek kata, Jepang kekurangan pasukan!
Maka, diam-diam, sebuah tim -utusan khusus- dikirim ke Moskow untuk melobi Stalin agar menandatangani perjanjian untuk tidak saling serang di perbatasan Manchuria-Sovyet. Stalin setuju. Jepang sangat senang.
13 April 1941 ditandatangani di Moskow perjanjian netralitas -tak saling serang- antar dua negara.
Begitu selesai diteken, secepat kilat Jepang memindahkan pasukan besar penjaga perbatasan tadi ke arah selatan.
Sovyet kirim pasukan segar
Di lain pihak, diam-diam Sovyet juga senang! Stalin juga butuh tentara segar! Di bagian barat wilayahnya sedang diserang Jerman, bahkan kota Stalingrad sekarang dalam genggaman pasukan jendral Friedrich Paulus.
Bersambung Bagian 2:
Sovyet, Amerika dan Inggris sepakat bersatu untuk memerangi Hitler. Angin peperangan berbalik arah.