Foto : Bruce Mars / Unsplash
Tujuan tiap orang bangun pagi itu tidak sama. Ada orang yang ingin sembayang, menyiapkan sarapan anak, atau berangkat kerja karena letak kantor yang jauh.
Bangun pagi, jika dijalani sebagai rutinitas biasa itu tidak ada gregetnya. Waktu berlalu cepat, dan seakan tidak berarti.
Lain halnya, jika bangun pagi itu disyukuri sebagai ungkapan pujian agar kita makin mendekatkan diri pada Allah. Sehingga, apapun yang kita lakukan pada keluarga dan sesama didasari kasih untuk menyenangkan hati-Nya.
Hal itu yang harus kita jalani sebagai kebiasaan baru. Bangun pagi ibarat jiwa disegarkan kembali agar kita makin dekat dan sungguh mengenal Allah.
Kita melakukan sembayang bukan sebagai ritual biasa, melainkan muncul dari kesadaran jiwa, karena kita sungguh dikasihi Allah.
Kita membangun seni komunikasi yang baik dengan Allah. Dengan mata hati, kita membaca Kitab Suci, mendengar dan melihat anugerah-Nya agar kita setia melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup keseharian.
Lewat perilaku, kita menghadirkan wajah kasih Allah dalam menjalani apapun peran kita dalam keluarga maupun di tengah masyarakat.
Kunci sukses untuk menyenangkan hati Allah adalah kita harus mampu meninggalkan egoisme diri agar kita miliki pribadi yang rendah hati. Hidup untuk melayani sesama dengan sukacita, dan ikhlas.
Bangun pagi yang segar, penuh makna dan memberi motivasi diri untuk hidup lebih baik.