Refleksi: Cerita Dua Perempuan

Cerita Dua Perempuan

Dua orang tua renta masih mencari uang untuk menyambung hidup

Ada dua perempuan tua wara-wiri di sekitaran kompleks. Ya satu, kerap saya temui ngedeprok di depan pintu masuk minimarket. Gonta-ganti. Kalau tidak di depan Al*a, ya, Indoma*t. Satunya lagi, memiliki benjolan besaaar di lehernya, tapi tak spesialis meminta-minta seperti yang pertama. Dia selalu membawa gembolan, apaaa saja: kerupuk, snek, bahkan… pakaian untuk dijajakan. Jujur, saya membelinya karena iba sekaligus terlecut daya juangnya. 

Yang satu lagi? Jujur pula, biarpun agak sedikit jengkel menemuinya duduk ‘hanya’ untuk mengemis belas kasihan orang, saya tak kuasa menampiknya. Biar bagaimanapun, menampak fisiknya nanringkih, hati saya tak tega. Sehingga suatu hari, suatu saat berbeda, saya sempat mengajak ngobrol kedua perempuan itu. 

Lalu, apa kesimpulannya? Mengapa wira-wiri di jalan, Bu? ” Cari uang buat makan, apa saja saya lakukan termasuk berjualan di jalan, “kata perempuan yang punya penyakit fisik, sebut saja Sri. 

Dan, sang nenek pengemis? Rumahnya ternyata lumayan jauuuh, di Serang. ” Ya, untuk nyambung idup…. “tawanya lirih tersekat nada serak bergeletar. 

” Ibu tak punya anak dan saudara? “

“Saudara sudah pada meninggal. Anak sih, banyak. Tapi, semua sibuk ngurus keluarga masing-masing…. “

Cep. Cep. Cep! 

Saya terdiam, tak tau mesti bilang apa lagi. Kalimat terakhirnya bikin saya ‘nyes’. “Sibuk ngurus keluarga masing-masing…”, kedengaran klise,tapi tak terbantahkan. 

Suatu perasaan menyesal menyelinap di relung batin. ‘Kapok saya menilai orang berdasar perasaan suka dan tak suka cuma lihat apa yang tampil di luar tanpa berusaha nyimak menyelam ke dalam! “

Semua orang punya peperangan masing-masing. Memikul salibnya masing-masing, entah bagaimana cara pilihan menjalaninya. 

Ah, masihkah kita cuma asyik nyinyir, mencerca? 

@cttpagi9124, 7:59.

#jurnalsyukurfi

Cerita “Tempe”

Budidaya Jamur Tapi Tak Punya Lahan, Tak Punya Kumbung Jamur ? Sewa Saja dan Nikmati Passive Income

Buya Syakur, Sang Pencerah di Abad 21 Telah Pergi

Avatar photo

About Effi S Hidayat

Wartawan Femina (1990-2000), Penulis, Editor Lepas, tinggal di BSD Serpong, Tangerang