Seide.id– Aku memang tidak selalu bisa memahami orang lain. Tapi aku paham sih, kalau ada orang yang :
sengaja memilih baju jelek, padahal ada pilihan lain yang bagus-bagus… karena yang jelek itu bikin dia nyaman. Misalnya orang merasa lebih nyaman pakai daster sobek dan kaos sobek… karena bahannya sudah tipis dan adem.
Tapi aku yakin, kalau mereka tidak akan bangga memakai pakaian nyaman favorit itu ke kondangan, kantor, atau acara sosial lainnya. Pakaian nyaman yang membahagiakan itu akan ditinggal di rumah, dan hanya dipakai di rumah.
Maka… aku juga paham, kalau ada lelaki yang memutuskan punya istri dungu, nurutan, dan pasrahan… karena yang begini ini bikin nyaman.
Nyaman?
Iyalah. Si lelaki tidak perlu up grade pengetahuan, karena istrinya toh lholak-lholok aja… Si lelaki nggak perlu kerja rajin, karena istrinya toh nerima aja dikasih berapapun. Tidak dikasih duit ya puasa. Bayinya dikasih teh manis.
Tapi mari kita amati… apakah lelaki-lelaki seperti ini akan bangga membawa istri seperti ini ke publik…?
Aku belum pernah melihat orang membanggakan dasternya, meskipun bikin nyaman.
Yang sulit kupahami, adalah : sikap kaumku sendiri : kalian ini dinikahi agar menjadi istri alias pasangan hidup? Atau agar menjadi daster? Ditaruh dirumah, dicuci-pakai, dicuci-pakai… dan disembunyikan dari dunia?
Daster nyaman, yang ketika sudah ringsek, akan digantikan oleh daster lain yang juga tidak keberatan dicuci-pakai, dicuci-pakai, dan disembunyikan di rumah…
Low maintenance item yang mudah digantikan, tanpa perjuangan berarti untuk mendapatkannya… karena banyak yang jual. Dan murah.
Betapa stressnya hidup sebagai daster yang mudah ditikung oleh daster lainnya.
Nana Padmosaputro
Ikuti tulisan menarik Nana Padmosaputro : Tidak Akan Mengikat Dia di Peti Matiku