Dietrich von Choltitz, Jendral Jerman Yang Menyelamatkan Paris

Seide.id – Paris pernah dikuasai Jerman saat PD 2 dan Dietrich von Choltitz, jendral Jerman, pernah menyelamatkan ibukota Perancis itu.

Paris itu unik. Dari ujung ke ujung, penuh berisi peninggalan masa lalu yang masih terawat dengan baik. Ada monumen, gedung, istana, menara, gereja dan banyak lagi.

Kota diserahkan begitu saja

Banyak catatan sejarah tertoreh, kisahnya yang tak akan selesai dituturkan dari tahun ke tahun. Tak heran, Paris ini bisa diibaratkan sebagai museum raksasa yang harus dijaga, apapun taruhannya.

Maka, ketika tentara Nazi-Jerman menyerbu dan mengepung Paris pada bulan 10 Juni 1940, pemerintah Perancis buru-buru menemui si penyerbu dan meminta agar kota jangan dibombardir.

Kunci kota diserahkan begitu saja, “silakan ambil kotanya, tapi jangan dirusak”

Keputusan ini diambil agar Paris tidak bernasib seperti Warsawa, ibukota Polandia dan kota Rotterdam di Belanda, yang nyaris rata tanah dibombardir pembom Jerman siang dan malam.

Setelah kota diberikan, tanggal 14 Juni 1940 tentara Jerman berbaris dengan gagah melewati kawasan gapura  Champs Élysées yang terkenal di seluruh jagad. Kota Seribu Cinta itu utuh tak tergores.

Setelah perundingan, Perancis kemudian dibagi dua. Jerman menduduki separuh negeri ke utara, dan pemerintahan boneka yang disebut France-Vichy memegang wilayah sisanya hingga ke selatan sampai ke Laut Tengah.

Pemerintahan baru ini memakai kota Vichy sebagai ibukotanya.

Nah, empat tahun kemudian, ketika angin peperangan berbaik arah, Amerika dan sekutunya berhasil melakukan pendaratan besar besaran di pantai Normandia pada tangga 6 Juni 1944.

Setelah menguasai pesisir barat Perancis, gabungan besar pasukan multinasional ini segera mengarah ke selatan, hendak mengusir Jerman dari Ibukota Paris.

Kalah kuat, tentara Jerman bersiap membumihanguskan Paris! Ribuan bom sudah dipasang dimana-mana.

Nah, warga Perancis, juga dunia, layak ‘berterima kasih’ pada jendral Jerman Dietrich von Choltitz, yang waktu itu bertugas sebagai Gubernur Militer Jerman yang bermarkas di kota Paris.

Mengapa? Ini sekelumit kisahnya.

Jendral Bangsawan

Choltitz ini jendral berselera tinggi. Suka akan kemewahan dan keindahan. Ia menyukai benda-benda bernilai seni tinggi warisan masa lampau.

Semua karena asal usulnya memang bukan kaleng-kaleng. Kelahiran 9 November 1894 ini adalah anak bangsawan Kerajaan Prusia (sekarang Polandia). Keluarganya tinggal di istana, di Łąka Prudnicka, selatan Polandia, dan mereka memiliki hutan pribadi di kawasan antara Prudnik dan Niemysłowice.

Ketika ia ditugaskan memimpin Paris hatinya girang bukan main. Bagi Choltitz, Paris tidak saja Kota Romantis, melainkan juga kota seni. Seluruh kota Paris adalah museum nan indah!

Dan Choltitz, berbeda dengan Erwin Rommel -yang senang menyendiri tak suka hiruk pikuk kota dan segala kemewahannya- Choltitz unik. Ia bermarkas di Hotel Paling mewah saat itu yakni Hôtel Meurice, yang berjarak hanya 4,3 km dari Menara Eiffel.

Peledak

Saat Sekutu mendarat di pantai Normandia, 6 Juni 1944, pasukan ini terus menekan dengan segala kekuatannya. Pasukan Jerman rontok. 10 Divisi setidaknya hampir 250.000 pasukan kocar-kacir.

Satu bulan kemudian Paris pun dikepung. Diam-diam, Hitler memerintahkan pasukan SS memasang ribuan peledak dan ranjau di seluruh kota Paris.

Semua tempat strategis: gedung, jembatan, menara, museum dipasangi peledak. Seluruhnya telah siap.

Picunya didisain terpusat dan dijaga oleh seorang perwira yang tinggal menunggu telepon perintah dari Choltitz maka seluruh Paris akan rata tanah. Prasasti ratusan tahun langsung hancur seketika.

Tanggal 23 Agustus, turun perintah dari Hitler “Paris darf nicht oder nur als Trümmerfeld in die Hand des Feindes fallen” – Paris jangan diserahkan (begitu saja) kepada musuh, serahkan kota dalam wujud puing-puing!

Sepanjang tanggal 24 Agustus, jendral tiga anak itu berada dalam kebimbangan. Ia mencintai Paris Dan kota indah itu tak boleh rusak sedikitpun!

Esoknya, 25 Agustus, dengan perasaan mantap ia menemui jendral sekutu dan menyerahkan kota Paris dalam keadaan utuh!

Dietrich von Choltitz, duduk di mobil, setelah ia menyerah pada pasukan sekutu.

Tahanan mewah

Choltitz ditahan dan dibawa ke London. Ia ditempatkan dalam rumah tahanan besar nan nyaman di Trent Park, utara ibukota bersama tahanan lain yang terdiri atas para perwira senior Jerman yang berhasil ditangkap.

Para tahanan ini dibiarkan bebas, masing-masing memiliki kamar-kamar besar, termasuk ruang duduk nan luas dan nyaman lengkap dengan perapian di lantai bawah.

Room service disediakan 24 jam. Makanan dan minuman melimpah. Di ruang duduk setiap hari berlangsung diskusi menarik. Semua perwira malah merasa betah dan tenang di Trent Park.

Namun, tanpa setahu mereka, semua dinding rumah tahanan itu memiliki mikrofon. Dan, tak jauh dari sana intelijen Inggris menguping siang dan malam, mendengarkan para jendral ngoceh tentang strategi yang digunakan Jerman.

Hasil dari Trent Park diteruskan ke lapangan, Sekutu mengantongi semua strategi rahasia Jerman.

Dietrich Hugo Hermann von Choltitz, wafat 5 November 1966 karena sakit, ia dimakamkan dengan baik di kota Baden-baden, sebuah kota di selatan Jerman berbatasan dengan Perancis.

Para perwira tinggi Perancis hadir saat pemakaman. Bagaimanapun Choltitz telah menyelamatkan satu kota bersejarah yang indah tiada tara dari kehancuran. Dan Perancis tidak melupakan jasa baiknya.

Catatan: Istana dan hutan milik keluarga Choltitz tak pernah bisa kembali. Wilayahnya sudah bukan milik Jerman. Polandia lah yang mewarisi.

Gunawan Wibisono

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.