Foto : Pixabay
Karena kemarau panjang, tanah pun tandus dan sungai jadi kerontang, tapi air laut tak pernah kering.
Begitu pula seharusnya kita. Laut yang harmoni menjaga kehidupan bumi. Dan dua pertiga dari tubuh kita adalah air agar kita tidak kekurangan cairan.
Lihat, sumur itu! Setiap saat diambil airnya, bukan mengering melainkan airnya makin jernih dan segar.
Seharusnya kita meneladani sifat sumur itu yang tidak pernah mengeluh, protes, atau komplain meskipun airnya diambil terus menerus.
Tidak seharusnya kita mengeluh, beralasan, dan beranggapan, bahwa untuk jadi terkenal itu kita harus kreatif, mempunyai ide besar dan melakukan hal-hal yang hebat.
Tidak karena demi gengsi, kita tidak mau melakukan hal yang remeh temeh. Karena hal itu tidak cocok untuk dikerjakan oleh kita yang merasa mumpuni dan hebat. Kita menjaga imej, nama baik, dan tidak ingin permalukan diri sendiri.
Kesombongan itu membuat kita makin egois, dan jiwa ini makin kerdil. Pengakuan masa lalu membuat kita seperti katak dalam tempurung.
Dengan membatasi diri, dunia kita pun makin mengecil, sempit, dan ngap. Akibatnya, kita jadi sulit sendiri.
Sesambat itu membuat hidup kita makin berat. Ke manapun kita pergi dan mencari seakan menemukan jalan buntu, mentok, dan sia-sia.
Padahal dengan meneladani sifat sumur itu, kita diajak hidup bermakna. Dengan membuka diri, kita jadi pribadi yang rendah hati dan berlimpah anugerah Allah.
Untuk jadi hebat itu tidak harus melakukan hal yang besar. Kita dapat melakukan hal yang kecil atau remeh temeh itu dengan cinta yang besar. Dengan semangat melayani, kita jadi pribadi yang dihormati.
Untuk jadi kreatif itu modal yang utama adalah mau membuka hati agar kita makin ringan bekerja, melakukan hal yang baik, dan positif di lingkungan kita.
Lebih daripada itu, dengan datang kepada Allah atau membaca kitab suci, kita tidak bakal kehabisan ide sumber kreativitas.
Arahkan pikiran dan fokus kepada Allah, semoga kita mampu mewujudkan rencana indah-Nya.