HANDRAWAN NADESUL
Medical Doctor, Health Motivator, Health Book Writer and a Poet
Tahun 80-an saya menulis apa saja di koran dan majalah, di luar topik kesehatan, bahkan berani menjadi pengasuh rubrik psikologi, seks, dan perkawinan. Ini soal nekat saja, hanya dari membaca buku teks, tanpa berevet seolah saya ahli.
Jauh hari sebelum Dr Naek L Tobing sejawat ahli seks yang sama-sama dinas di Bogor, dan lebih jauh lagi sebelum Dr Boyke, saya sudah mengasuh rubrik seks di Majalah Kartini, dan Majalah Adam & Eva (Group Majalah Selekta).
Banyak pertanyaan seputar seks dan seksualitas, selain kasus perkawinan, dan terkait dengan itu. Dari banyak menulis dan menjadi pengasuh rubrik itulah saya melahirkan beberapa buku tentang itu.
Salah satu topik yang menarik ihwal gender, yakni aneka-ragam perbedaan lelaki dan perempuan dilihat dari pelbagai aspek. Untuk jenis tulisan ini saya sering menulisnya di Majalah Matra, majalah trend lebih maskulin.
Bahwa kebanyakan lelaki itu suka bungkus perempuan yang dilihatnya, suka kemasannya, sedang perempuan lebih suka apa yang ada di dalam, termasuk kerpribadian, dan isi kepala. Seks lelaki ada di matanya, dan seks perempuan lebih pada telinganya.
Kita acap melihat ada pasangan yang lelakinya lebih tua, atau tidak good looking, tapi perempuannya cantik, bikin kita penasaran kok bukan pasangan serasi. Maunya kita yang cantik dapat yang tampan. Namun rupanya tidak selalu begitu. Ungkapan rahasia di messenger yang suka saya terima dari beberapa wanita, mereka terus terang bilang kagum kepada saya karena saya dibilangnya pintar. Jadi mereka tertarik pada isi kepala.
Banyak teori ihwal jatuh cinta. Ihwal pandangan pertama, ihwal sexual attraction, ihwal preferensi lelaki yang tertarik perempuan lebih tua, atau sebaliknya ihwal perempuan tertarik lelaki yang setua ayahnya. Di luar pertimbangan murni kejiwaan seseorang semata, ada banyak ragam bentuk ketertarikan masing-masing gender.
Kita mengenal istilah “peta cinta” (Love Map), yaitu sesuatu di alam bawah sadar seseorang ihwal kecenderungan memilih sosok tertentu yang memandu seseorang menaruh ketertarikan pada tipe-tipe sosok (baca’: wajah) tertentu. Misal wanita tertarik tipe wajah Brad Pitt, atau lelaki tertarik tipe wajah Syahrini.
Peta cinta terbentuk dari pengalaman masa kecil , didikan, asuhan, dan pengalaman atau trauma masakecil, serta inner child seseorang. Seperti apa warna masakecilnya.
Dengan peta cintanya yang ada di alam bawah sadar, seseorang memiliki ketertarikan pada sekelompok tipe wajah tertentu. Bahwa jodoh itu terjadi apabila orang menemukan seseorang dengan tipe wajah seturut yang dipandu oleh peta cintanya. Artinya, setiap orang dengan yang ada di peta cintanya ini bertemu dengan tipe wajah seturut yang ada di peta cintanya, sehingga membuatnya tertarik. Namun tertarik belum harus memiliki, apalagi kalau sudah punya pasangan. Tertarik lalu menjadi pasangan hidup, itulah momen jodoh itu.
Moral dan agama melarang punya pasangan lebih, maka terhadap orang yang membuatnya tertarik itu, orang tidak selalu memutuskan untuk memilikinya. Di sepanjang hayat kita, bisa saja kita bertemu dengan sosok yang seturut dengan tipe ideal kita, bahkamn bisa beberapa kali. Dan itu yang menjelaskan kenapa orang bisa falling in love berkali-kali. Falling in love again.
Jatuh cinta proses tersendiri. Mulanya ketertarikan wajah ibarat window shopping, lalu karena tertarik setelah lanjut bergaul orang menemukan sexual attraction, yakni suatu dayapikat lain, yang kemudian bisa membawa orang menjadi jatuh cinta. Itu maka bagi yang tak mungkin memiliki, setiap awal ketertarikan hendaknya tidak berlanjut supaya tidak sampai menemukan sexual attraction, yang membawanya ke peristiwa jatuh cinta (lagi). Peta cinta sama-sama dimiliki oleh kedua gender, baik lelaki maupun perempuan.
Sexual attraction sendiri tidak bisa dijelaskan dengan akal. Ada sesuatu yang bikin orang merasa tertarik melebihi hanya sosok wajah. Ini soal rasa. Itu pula yang menjelaskan kenapa menurut kita pihak istri atau pihak suami tidak good looking, tapi mereka saling tertarik.
Itulah sexual attraction yang mereka bisa temukan pada sosok wajah yang sudah memikat hatinya. Dalam sexual atraction ada unsur keterpikatan seksual, misal soal ukuran payudara, bentuk urat keting, bokong, kemontokan, dan unsur sensualitas lainnya. Dan ini misteri.
Tidak semua lelaki, misal, suka payudara besar, tidak semua perempuan tertarik lelaki berotot. Tidak semua lelaki preferensinya perempuan montok, juga tidak semua perempuan suka lelaki kasar berangasan. Ada perempuan lebih terpikat lelaki yang flamboyan, ada lelaki yang preferensi prempuan yang tomboy, dan itu semua misteri. Anak mami, suka perempuan keibuan. Anak bungsu suka pasangan yang bisa ngemong. Perempuan yang sejak kecil kehilangan ayah, preferensi lelaki yang menarik hatinya yang serupa ayahnya. Namun tetap, dalam menemukan preferensi itu baik lelaki maupun perempuan dipandu oleh peta cintanya. Itu teorinya.
Belakangan, menjelang akhir Abad 19, Generasi Baby Busters sudah kurang percaya lagi pada cinta. Omong kosong dengan cinta. Oleh karena cinta saja bukan jaminan perkawinan bakal langgeng. Lebih penting kecocokan atau compatible.
Bintang Hollywood Elizabeth Taylor dan Richard Burton saling mencintai, tapi perkawinannya gagal. Banyak catatan, perkawinan gagal disebabkan ketidak cocokan. Sebagai dokter yang juga dianggap pasien sebagai tempat curhat, selama pengalaman berpraktik saya tidak sedikit menemukan kasus-kasus demikian. “Bercerai dengan alasan sudah tidak cocok lagi”
Maka menjadi penting untuk bekal perkawinan langgeng sebetulnya pasangan lebih memerlukan kecocokan. Masa dating atau pacaran itu saling mencocokkan apakah memang dua latar belakang bisa saling cocok. Kalau tidak cocok jangan dilanjutkan.
Tapi susahnya generasi lebih muda, dalam berpacaran, seks mendahului cinta atau kecocokan. Itu maka dalam memberikan pendidikan seks di sejumlah sekolah tahun 80-an, saya mementingkan penyampaian kiat pacaran agar bisa meraih perkawinan yang tidak perlu gagal.
Kesalahan lain dalam pacaran, masing-masing saling menutupi jati dirinya, sifat aslinya, baik sosok maupun isi dalamnya. Semua kelihatan serba manis dan indah, namun setelah kawin baru kelihatan belangnya, lalu menjadi tidak cocok.
Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL