Upaya mempertentangkan Soekarno dan Buya Hamka disampaikan dalam banyak nada. Ada yang keras ada yang lembut, ada yang kasar ada yang halus – tapi tujuan akhirnya sama. Membangun kebencian pada tokoh nasionalis, dan memuliakan tokoh Islamis.
Oleh DIMAS SUPRIYANTO
TAK ADA keragu raguan bahwa Bung Karno dan HAMKA sama sama tokoh besar dan banyak jasanya bagi Bangsa Indonesia. Akan tetapi belakangan ini beredar narasi yang meninggikan HAMKA dan merendahkan Bung Karno.
Kaum Islamis, yang merindu rindu berdirinya negara bersyariah Islam seperti gerombolan 212, New DI/TII FPI, FUI, yang didukung HTI dan Ikhwanul Muslimin, banyak menyinggung itu.
“Bung Karno memang berjasa bagi bangsa kita, tapi jangan lupa dia juga memenjarakan ulama, “ kata Haikal Hasan, tokoh 212, pro FPI, dalam salahsatu ceramahnya. “Ya, seperti rezim (Jokowi) sekarang yang memenjarakan ulama, “ sambungnya.
Demikianlah goals, tujuan akhirnya, mempersamakan Ir. Soekarno dan Ir. Jokowi yang memenjarakan ulama. Tokoh / penguasa Anti Islam.
HH – Tokoh 212 yang dekat dengan Keluarga Cendana itu menutupi fakta bahwa rezim Soeharto, selama 32 tahun kekuasaannya, juga membunuh banyak ulama, khususnya di Aceh (selama DOM) dan Jawa Timur dalam kasus Tapal Kuda, untuk menjatuhkan moral Gus Dur dan NU. Juga dalam kasus Tanjung Priok di ibukota dan tragedi Talangsari di Lampung.
UPAYA mempertentangkan Soekarno dan Buya HAMKA disampaikan dalam banyak nada. Ada yang keras ada yang lembut, ada yang kasar ada yang halus – tapi tujuan akhirnya sama. Membangun kebencian pada tokoh nasionalis, dan memuliakan tokoh Islamis.
“Kemuliaan hati HAMKA, pernah dipenjarakan Soekarno tapi menjadi shalat imam jenazah Bung Karno “ – demikian antara lain narasi tulisan di dunia maya. “HAMKA adalah ulama yang berjiwa besar, sedang Bung Karno adalah penguaza dzalim, “ begitulah kesimpulan pembacanya.
Satu postingan di instagram, kemarin, menyampaikan pesan senada dan tanggapan saya pada postingan di itu adalah : Ada banyak tokoh yang berjuang seperti HAMKA, tapi sedikit yang berjuang seperti SOEKARNO.
Ulama yang memperjuangkan dan memperbaharui pemahaman Islam ada banyak di Indonesia dan dunia. Tapi tokoh yang mempersatukan Indonesia, sangat sedikit, dan salahsatunya Bung Karno.
Tanpa “tangan besi” Soekarno, kita tidak memiliki Indonesia sebesar dan seluas sekarang ini : seluas gabungan semua negara Eropa. Sepanjang Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote!
Ingat, atas perintah Soekarno lah yang memadamkan pembrontakan DI / TII di Jawa Barat dan Kalimantan, Kahar Mudzakar di Sulawesi Selatan dan pemberontakan APRA di Sumatera Barat, juga di Aceh. Tanpa SoekarnoIndonesia sudah terpecah pecah menjadi banyak negara.
PRESIDEN Ir. Soekarno memang harus membayar mahal atas ketegasannya. Dia memenjarakan Buya HAMKA, berseberangan dengan Mohamad Natsir. Menghukum mati SM Kartosoewirjo, rekan alumni sesama murid HOS Tjokroaminoto di Gang Paneleh VII, di tepi Sungai Kalimas, Surabaya.
Dan itulah yang diekspos disekspos kaum Islamis, dan Islam radikal kini.
Mereka tidak mengekspos permusuhan Soekarno dengan Amir Syarifuddin, Tan Malaka, dan Sutan Syahrir – para tokoh kiri yang juga berjuang mendirikan republik. Ingin mendirikan negara bercorak sosialis dan Komunis di Indonesia.
Bahkan Bung Karno juga berselisih dengan Bung Hatta, sesama Proklamator RI.
Dalam proses menjadikan Insonesia seperti sekarang ini, konflik dan ketegangan antar pejuang republik terjadi. Perbedaan pandangan tak terelakan. Dan itu sejarah.
Apa yang harus dikaji dari sana?